![]() |
Ilustrasi: Antri di sebuah SPBU. |
PARANOID kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) sebenarnya banyak melanda rakyat bawah. Mereka trauma karena kenaikan BBM selalu diikuti dengan kenaikan harga barang dan semua lini yang berkaitan.
Kalau masyarakat kelas menengah dan atas sebenarnya hanya terpengaruh sebentar saja. Kalaupun mereka komentar, itu hanya sambilan saja. Mereka bahkan komen didalam mobil dan ruangan ber-AC bersama gadget yang harganya Rp3 jutaan. Mereka oke-oke saja. Yang mereka komentari biasanya adalah masalah sistem dan kebocoran subsidi itu.
Kesalahan berulang yang dilakukan pemerintah adalah menyamakan semua kelas dalam masyarakat, tapi tidak menyamakan pendapatan masyarakat.
Hidup di Indonesia ini memang berbahaya. Kalau pendapatan habis untuk biaya sehari-hari sebelum datangnya pendapatan lain, pemerintah tidak mau tahu. Mati aja deh lu di jalan. Who cares ?
Seandainya kenaikan BBM dibarengi dengan penyediaan infrastruktur transportasi dan konversi, sistem subsidi yang adil, memberantas monopoli pangan dengan menghidupkan Bulog, maka semua pasti legowo.
Lha, BBM impor dan mengikuti kenaikan internasional belum lagi kurs rupiah terhada dollar, kalau gak naik ya jebol semua cadangan kas negara. Kalau pengen harga turun, nasionalisasi semua proyek yang berhubungan dengan BBM. Tapi kan itu berarti perang sama US dan sekutunya. Jangankan nasionalisasi, beli minyak dari Iran aja kita takut kok.
Untuk mengurai benang kusut yang sudah puluhan tahun itu tentu tidak mudah, semudah koar-koar di media sosial. Tugas kita hanya memilih pemerintah yang lebih bersih untuk menyelesaikan masalah rumit itu satu persatu.
Penulis adalah Denny Siregar, pemerhati masalah sosial, politik, agama dan budaya. Tinggal di Jakarta.
Kalau masyarakat kelas menengah dan atas sebenarnya hanya terpengaruh sebentar saja. Kalaupun mereka komentar, itu hanya sambilan saja. Mereka bahkan komen didalam mobil dan ruangan ber-AC bersama gadget yang harganya Rp3 jutaan. Mereka oke-oke saja. Yang mereka komentari biasanya adalah masalah sistem dan kebocoran subsidi itu.
Kesalahan berulang yang dilakukan pemerintah adalah menyamakan semua kelas dalam masyarakat, tapi tidak menyamakan pendapatan masyarakat.
Hidup di Indonesia ini memang berbahaya. Kalau pendapatan habis untuk biaya sehari-hari sebelum datangnya pendapatan lain, pemerintah tidak mau tahu. Mati aja deh lu di jalan. Who cares ?
Seandainya kenaikan BBM dibarengi dengan penyediaan infrastruktur transportasi dan konversi, sistem subsidi yang adil, memberantas monopoli pangan dengan menghidupkan Bulog, maka semua pasti legowo.
Lha, BBM impor dan mengikuti kenaikan internasional belum lagi kurs rupiah terhada dollar, kalau gak naik ya jebol semua cadangan kas negara. Kalau pengen harga turun, nasionalisasi semua proyek yang berhubungan dengan BBM. Tapi kan itu berarti perang sama US dan sekutunya. Jangankan nasionalisasi, beli minyak dari Iran aja kita takut kok.
Untuk mengurai benang kusut yang sudah puluhan tahun itu tentu tidak mudah, semudah koar-koar di media sosial. Tugas kita hanya memilih pemerintah yang lebih bersih untuk menyelesaikan masalah rumit itu satu persatu.
Penulis adalah Denny Siregar, pemerhati masalah sosial, politik, agama dan budaya. Tinggal di Jakarta.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »