![]() |
Dede Nuzul Putra, anggota DPRD Kota Padang. |
BentengSumbar.com --- Ironis, sebagai Kota Serambi Madinah Al Munawwarah, kehidupan malam di Kota Padang justru mengarah ke ranah maksiat. Seharusnya, sebagai kota kembar kota nabi, Ranah Bingkuang harus terdepan dalam pemberantasan maksiat.
Bahkan, menurut Dede Nuzul Putra, anggota DPRD Kota Padang, kota ini hanya sekedar tempat singgah pria hidung belang dari daerah lain untuk melepaskan nafsu bejatnya. "Padang hanya 'tampek manganai' oleh orang daerah lain, terutama bagi bos-bos yang lagi ketiban rejeki panen di kebunya," cakapnya.
Dikatakan Dede Nuzul Putra, filosofi sebagai kota kembar Kota Madinah Al Munawwarah tidak tampak di Kota Padang. Sebab, kehidupan malam telah mengusai Kota Padang. "Kita tidak mengambil hakikat bahwa Islam menghargai perempuan, sebab faktanya sekarang diperdagangkan di Kota Padang," tegasnya.
Tentu kondisi ini, tegas Dede lagi, bertentangan dengan falsafah adat, "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai." Untuk itu, penanaman nilai agama dan adat harus dilakukan sejak dini.
"Kita akan urung rembuk untuk mengatasi permasalahan ini. Kalau perlu sejak usia dini, yaitu pada bangku sekolah. Caranya dengan memisahkan siswa lelaki dan perempuan pada ruangan belajar. Lelaki menempati ruangan khusus lelaki, perempuan menempati ruangan khusus perempuan," terangnya.
Selain itu, RT/RW juga harus aktif mengawasi lingkungannya. Kalau RT/RW tidak peka dan tidak memiliki kepedulian, tentu ini akan terus terjadi. "Kita mulai dari RT/RW agar ikut mengawasi lingkuangannya. RT/RW harus berperan sebagai ninik mamak," pungkasnya. (BY)
Bahkan, menurut Dede Nuzul Putra, anggota DPRD Kota Padang, kota ini hanya sekedar tempat singgah pria hidung belang dari daerah lain untuk melepaskan nafsu bejatnya. "Padang hanya 'tampek manganai' oleh orang daerah lain, terutama bagi bos-bos yang lagi ketiban rejeki panen di kebunya," cakapnya.
Dikatakan Dede Nuzul Putra, filosofi sebagai kota kembar Kota Madinah Al Munawwarah tidak tampak di Kota Padang. Sebab, kehidupan malam telah mengusai Kota Padang. "Kita tidak mengambil hakikat bahwa Islam menghargai perempuan, sebab faktanya sekarang diperdagangkan di Kota Padang," tegasnya.
Tentu kondisi ini, tegas Dede lagi, bertentangan dengan falsafah adat, "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai." Untuk itu, penanaman nilai agama dan adat harus dilakukan sejak dini.
"Kita akan urung rembuk untuk mengatasi permasalahan ini. Kalau perlu sejak usia dini, yaitu pada bangku sekolah. Caranya dengan memisahkan siswa lelaki dan perempuan pada ruangan belajar. Lelaki menempati ruangan khusus lelaki, perempuan menempati ruangan khusus perempuan," terangnya.
Selain itu, RT/RW juga harus aktif mengawasi lingkungannya. Kalau RT/RW tidak peka dan tidak memiliki kepedulian, tentu ini akan terus terjadi. "Kita mulai dari RT/RW agar ikut mengawasi lingkuangannya. RT/RW harus berperan sebagai ninik mamak," pungkasnya. (BY)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »