![]() |
Oleh: H Muslim Kasim Datuk Sinaro Basa. |
WALAUPUN ini pahit, tapi harus kita akui, ternyata—khusus di pada komoditi sayuran-- teknologi pertanian kita diperkirakan tertinggal 10 tahun dari kemajuan teknologi pertanian propinsi Sumatera Utara. Beberapa hari yang lalu, saya meninjau Balai Benih Holtikultura Berastagi. Balai benih yang ada di sana, benar-benar pantas dinamakan sebuah balai pembibitan sayur mayur yang terukur dan menjadi pemasok bibit bagi para petani di Sumatera Utara. Bibit sayuran yang mereka tangkar seperti kentang, archis, wortel, buncis dan lainnya merupakan bibit unggul yang teruji di lapangan dan menguntungkan petani.
Bukan itu saja, di daerah ini petani dikawal hingga penanganan pasca panen dan dicarikan pasar sampai ke luar negeri. Sementara, petani di daerah kita, untuk mendapatkan bibit kentang,wortel, dan jenis sayuran lainnya, sulitnya bukan main. Akibatnya, produksi sayuran kita rendah.Kualitasnya juga tidak bagus.
Pada sisi lain, kita memang sudah membangun Balai benih, petani sudah jadi penangkar, tapi sejak beberapa tahun belakangan ini, balai benih itu sayangnya tak lagi berfungsi sesuai dengan Tupoksinya. Penangkaran sayuran kita terutama kentang, kurang mendapat binaan dari Dinas Pertanian. Akibatnya, flow of seed (alur benih) antar lapang tidak berjalan. Ini merugikan petani kita!
Dan ini, menjadi salah satu “PR” bagi kita, bagaimana dan apa yang harus kita lakukan untuk menjadikan balai benih benar-benar kembali menjadi balai benih yang sesuai fungsinya dan mampu menyediakan kebutuhan benih bagi para petani. Kita tak boleh terjebak pada obsesi pengembangan satu komoditi yang belum teruji benar kemanfaatannya bagi para petani kita.Banyak komiditi lain yang mesti diurus dan dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan petani.
Potensi lahan sawah kita sekitar 230 ribu ha. Sekitar 44 ribu hektar di antaranya tingkat intensitas pertanaman masih 100%.Artinya, pada lahan tersebut dapat dioptimalkan dengan menanam komoditi lain, seperti jagung. Ada 44 ribu hektar lahan yang harus kita fungsikan.Bila tak ditangani dengan tepat, maka potensi itu akan menjadi sia-sia belaka dan petani akan tetap juga menjadi warga yang akrab dengan berbagai derita yang menghimpit mereka sepanjang musim.
Target kita, bagaimana caranya supaya dunia pertanian Sumatera Barat menjadi maju dan petaninya tidak lagi dalam kehidupan yang susah, tapi menuju kehidupan yang nyaman dan sejahtera. Kita hindari apa yang disebut dengan lips program.
Pada kunjungan kerja ke Sumatera Utara tersebut, menyambung pembicaraan pihak PT Sanghyang Seri dengan Gubernur, General Manager (GM) perusahan itu, Syaiful Bachri menyatakan kesiapannya bekerjasama dengan pemerintah propinsi Sumatera Barat dalam peningkatan produksi pangan, sesuai dengan program Nasional ketahanan pangan.
Perusahaan ini akan menyewa lahan petani sebanyak Rp 4 juta tiap musim tanam/3 bulan. Pelaksanaan tanaman diserahkan pada petani. Bibit dan pupuk disediakan perusahaan tersebut.Petani diberi upah tanam. Perusahaan akan memberikan bonus produksi. Bila produksi melebihi 5 ton, maka kelebihan ini diberikan kepada petani yang bersangkutan. Diprediksi, produksi berkisar antara 6 hingga 7 ton. Syarat; lahan tersebut berada di kawasan irigasi teknis. Lahan petani itu disewa selama 2 musim tanam berkelanjutan. Yang ditanam adalah jagung.
Produksi jagung kita pada saat terkini baru 450 ribu ton permusim, kita harapkan dengan adanya kerjasama ini produksi jagung kita mencapai 1 juta ton. Kita berharap, kerjasama ini dapat meningkatkan perekonomian para petani.
Pada sisi lain, dalam mengatasi kelangkaan bibit kentang di Sumatera barat, telah kita upayakan mendatangkannya dari Pengalengan Jawa Barat dan Sumatera Utara. Dalam pada itu, untuk jangka panjang kita telah mendorong salah satu kelompok tani di Alahanpanjang untuk melakukan penangkaran pembibitan kentang granola.Semoga, kebangkitan dunia pertanian kita membawa angin segar bagi peningkatan taraf hidup para petani kita.
(Penulis adalah Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat)
Bukan itu saja, di daerah ini petani dikawal hingga penanganan pasca panen dan dicarikan pasar sampai ke luar negeri. Sementara, petani di daerah kita, untuk mendapatkan bibit kentang,wortel, dan jenis sayuran lainnya, sulitnya bukan main. Akibatnya, produksi sayuran kita rendah.Kualitasnya juga tidak bagus.
Pada sisi lain, kita memang sudah membangun Balai benih, petani sudah jadi penangkar, tapi sejak beberapa tahun belakangan ini, balai benih itu sayangnya tak lagi berfungsi sesuai dengan Tupoksinya. Penangkaran sayuran kita terutama kentang, kurang mendapat binaan dari Dinas Pertanian. Akibatnya, flow of seed (alur benih) antar lapang tidak berjalan. Ini merugikan petani kita!
Dan ini, menjadi salah satu “PR” bagi kita, bagaimana dan apa yang harus kita lakukan untuk menjadikan balai benih benar-benar kembali menjadi balai benih yang sesuai fungsinya dan mampu menyediakan kebutuhan benih bagi para petani. Kita tak boleh terjebak pada obsesi pengembangan satu komoditi yang belum teruji benar kemanfaatannya bagi para petani kita.Banyak komiditi lain yang mesti diurus dan dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan petani.
Potensi lahan sawah kita sekitar 230 ribu ha. Sekitar 44 ribu hektar di antaranya tingkat intensitas pertanaman masih 100%.Artinya, pada lahan tersebut dapat dioptimalkan dengan menanam komoditi lain, seperti jagung. Ada 44 ribu hektar lahan yang harus kita fungsikan.Bila tak ditangani dengan tepat, maka potensi itu akan menjadi sia-sia belaka dan petani akan tetap juga menjadi warga yang akrab dengan berbagai derita yang menghimpit mereka sepanjang musim.
Target kita, bagaimana caranya supaya dunia pertanian Sumatera Barat menjadi maju dan petaninya tidak lagi dalam kehidupan yang susah, tapi menuju kehidupan yang nyaman dan sejahtera. Kita hindari apa yang disebut dengan lips program.
Pada kunjungan kerja ke Sumatera Utara tersebut, menyambung pembicaraan pihak PT Sanghyang Seri dengan Gubernur, General Manager (GM) perusahan itu, Syaiful Bachri menyatakan kesiapannya bekerjasama dengan pemerintah propinsi Sumatera Barat dalam peningkatan produksi pangan, sesuai dengan program Nasional ketahanan pangan.
Perusahaan ini akan menyewa lahan petani sebanyak Rp 4 juta tiap musim tanam/3 bulan. Pelaksanaan tanaman diserahkan pada petani. Bibit dan pupuk disediakan perusahaan tersebut.Petani diberi upah tanam. Perusahaan akan memberikan bonus produksi. Bila produksi melebihi 5 ton, maka kelebihan ini diberikan kepada petani yang bersangkutan. Diprediksi, produksi berkisar antara 6 hingga 7 ton. Syarat; lahan tersebut berada di kawasan irigasi teknis. Lahan petani itu disewa selama 2 musim tanam berkelanjutan. Yang ditanam adalah jagung.
Produksi jagung kita pada saat terkini baru 450 ribu ton permusim, kita harapkan dengan adanya kerjasama ini produksi jagung kita mencapai 1 juta ton. Kita berharap, kerjasama ini dapat meningkatkan perekonomian para petani.
Pada sisi lain, dalam mengatasi kelangkaan bibit kentang di Sumatera barat, telah kita upayakan mendatangkannya dari Pengalengan Jawa Barat dan Sumatera Utara. Dalam pada itu, untuk jangka panjang kita telah mendorong salah satu kelompok tani di Alahanpanjang untuk melakukan penangkaran pembibitan kentang granola.Semoga, kebangkitan dunia pertanian kita membawa angin segar bagi peningkatan taraf hidup para petani kita.
(Penulis adalah Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »