ADA orang-orang yang terus menerus menasihati dirinya dengan kebaikan. Mereka mengambil kata motivasi, kata mutiara, men-share tulisan sebagai pemenuhan jiwa mereka yang terus menerus haus akan kestabilan diri.
Orang-orang seperti ini berhati rendah. Mereka tidak menempatkan diri lebih tinggi karena mereka tahu bahwa mereka butuh ilmu dan ilmu akan mudah masuk kepadanya. Mereka belajar kepada siapa saja, bahkan semut pun mereka cermati. Mereka kagum akan fungsi-fungsi alam ini yang sebenarnya menjadi penasehat bagi diri mereka, asal mereka bisa mengambil makna-maknanya.
Duduklah bersama mereka, biarkan mereka bercerita. Pengalaman-pengalaman mereka adalah buku penuh warna. Nasihat untuk diri mereka adalah nasihat untuk jiwa kita. Kehidupan mereka adalah bagian dari pembelajaran.
Kehidupan mereka dan kehidupan kita adalah kopi pahit, yang selalu kita tambahkan pemanis di dalamnya sesuai takaran lidah kita, bukan takaran lidah orang lain.
***
Nikmat Itu Ada di Kedalam
Sejuta orang berdoa meminta rizki besar yang halal.
Tuhan menurunkan malaikat-malaikan untuk menguji kepercayaan mereka terhadap kekuasaanNya. Para pendoa dikikis dari kesombongan melalui kesulitan-kesulitan. Separuh gugur karena tidak mampu menahan.
Separuh lagi mampu mendapat pelajaran, dan diuji dengan sedikit kesenangan. Separuh dari mereka gugur karena lalai dan melupakan Tuhan.
Separuh sisanya mampu menahan dan diuji kembali dengan kesakitan yang lebih dalam. Mereka gugur di tengah jalan karena tidak sanggup bertahan.
Separuh yang bertahan kemudian diangkat dari lumpur dan diberikan kenikmatan. Mereka merasa cukup dengan semua yang diberikan.
Sedikit sekali dari mereka yang mempunyai pemahaman, bahwa dibalik rejeki yang mereka minta dan diturunkan karena kesabaran, ada rejeki yang jauh lebih besar yang diberikan.
Rejeki itu berupa kenikmatan dalam mendekatkan diri kepada Tuhan, dan tidak layak disandingkan sebesar apapun nikmat materi yang mereka dapatkan.
(Ditulis Denny Siregar, Pengamat Sosial Keagamaan, Tinggal di Jakarta)
Orang-orang seperti ini berhati rendah. Mereka tidak menempatkan diri lebih tinggi karena mereka tahu bahwa mereka butuh ilmu dan ilmu akan mudah masuk kepadanya. Mereka belajar kepada siapa saja, bahkan semut pun mereka cermati. Mereka kagum akan fungsi-fungsi alam ini yang sebenarnya menjadi penasehat bagi diri mereka, asal mereka bisa mengambil makna-maknanya.
Duduklah bersama mereka, biarkan mereka bercerita. Pengalaman-pengalaman mereka adalah buku penuh warna. Nasihat untuk diri mereka adalah nasihat untuk jiwa kita. Kehidupan mereka adalah bagian dari pembelajaran.
Kehidupan mereka dan kehidupan kita adalah kopi pahit, yang selalu kita tambahkan pemanis di dalamnya sesuai takaran lidah kita, bukan takaran lidah orang lain.
***
Nikmat Itu Ada di Kedalam
Sejuta orang berdoa meminta rizki besar yang halal.
Tuhan menurunkan malaikat-malaikan untuk menguji kepercayaan mereka terhadap kekuasaanNya. Para pendoa dikikis dari kesombongan melalui kesulitan-kesulitan. Separuh gugur karena tidak mampu menahan.
Separuh lagi mampu mendapat pelajaran, dan diuji dengan sedikit kesenangan. Separuh dari mereka gugur karena lalai dan melupakan Tuhan.
Separuh sisanya mampu menahan dan diuji kembali dengan kesakitan yang lebih dalam. Mereka gugur di tengah jalan karena tidak sanggup bertahan.
Separuh yang bertahan kemudian diangkat dari lumpur dan diberikan kenikmatan. Mereka merasa cukup dengan semua yang diberikan.
Sedikit sekali dari mereka yang mempunyai pemahaman, bahwa dibalik rejeki yang mereka minta dan diturunkan karena kesabaran, ada rejeki yang jauh lebih besar yang diberikan.
Rejeki itu berupa kenikmatan dalam mendekatkan diri kepada Tuhan, dan tidak layak disandingkan sebesar apapun nikmat materi yang mereka dapatkan.
(Ditulis Denny Siregar, Pengamat Sosial Keagamaan, Tinggal di Jakarta)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »
