PERTANYAAN terbanyak yang saya amati dalam situasi seperti ini adalah "kenapa sekarang ini begitu banyak fitnah ?"
Fitnah pastinya buruk, tapi juga ada kebaikannya. Terutama ketika kita memahami dengan benar bahwa Tuhan selalu berada pada sisi kebaikan, seburuk apapun situasinya. Fitnah yang begitu massif kita temui akhir-akhir ini, selain sebagai penanda akhir zaman supaya kita bersiap-siap, juga sebagai bagian dari petunjuk adanya barisan kaum munafik.
Kita akan sulit menentukan kebenaran ketika baju kita sama, karena pada dasarnya kita diperintahkan untuk berprasangka baik terhadap siapapun. Dengan memanfaatkan prasangka baik inilah, kaum munafik bergerak menarik keluar seorang muslim dari barisannya. Mereka - seperti janji iblis kepada Tuhan untuk menyesatkan manusia - menjadikan manusia memandang baik perbuatannya.
Karena rahmat Tuhan berlaku untuk semua mahluk, begitu juga kepada iblis, maka Tuhan mengijinkan iblis untuk melakukan kerjaannya. Tapi Tuhan juga melindungi hambaNya, terutama yang taat pada perintahNya. Senjata yang diberikan Tuhan kepada hambaNya yang ikhlas adalah hidayah. Baca surat Al-Hijr untuk memahami situasi ini, terutama ayat 39-42.
Hidayah ini tidak serta merta datang. Ia diperoleh dengan usaha keras manusia yang mencarinya. Maka, Tuhan pun menurunkan begitu banyak peristiwa dengan intensitas yang berbeda supaya kita melatih akal kita. Dan terbukti, tidak banyak manusia yang selamat dari situasi ini. Mereka yang tidak selamat biasanya yang mempunyai hasad di hatinya dan terpesona dengan segala aksesoris keulamaan di mata mereka.
Akal mereka beku dan bingung dengan situasi sekarang ini. Pada akhirnya, mereka mengikuti kemana arah terbanyak manusia bergerak. Karena buat mereka, yang banyak-lah yang benar. Iblis berhasil menjaring manusia sebanyak-banyaknya untuk mengikuti jalannya. Nabi Saw menggambarkan situasi ini melalui sabdanya, "umatku banyak tapi mereka seperti buih di lautan."
Dengan hidayah sebagai rahmat Tuhan, akal-akal manusia yang mendapatkan kemuliaan ini melihat situasi ini sebagai petunjuk. Akal mereka terang benderang melihat kesalahan sebagai kesalahan. Mata mereka dengan jelas melihat fitnah sebagai wabah, bukan sebagai perhiasan.
Tuhan sudah mengingatkan untuk berpegang kepada "tali-tali Allah dan Jalan yang lurus "supaya kita tidak tersesat di badai fitnah ini. Mereka bukan apa, tapi siapa.
Sambil minum kopi, kenapa tidak mencoba untuk mencari siapa "tali-tali Allah" dan "jalan yang lurus" itu, sebelum iblis dengan kemampuannya yang luar biasa menyesatkan pandangan anda ?
Ditulis Oleh : Denny Siregar, Pengamat Sosial, Politik, Budaya, dan Agama. Tinggal di Jakarta.
Fitnah pastinya buruk, tapi juga ada kebaikannya. Terutama ketika kita memahami dengan benar bahwa Tuhan selalu berada pada sisi kebaikan, seburuk apapun situasinya. Fitnah yang begitu massif kita temui akhir-akhir ini, selain sebagai penanda akhir zaman supaya kita bersiap-siap, juga sebagai bagian dari petunjuk adanya barisan kaum munafik.
Kita akan sulit menentukan kebenaran ketika baju kita sama, karena pada dasarnya kita diperintahkan untuk berprasangka baik terhadap siapapun. Dengan memanfaatkan prasangka baik inilah, kaum munafik bergerak menarik keluar seorang muslim dari barisannya. Mereka - seperti janji iblis kepada Tuhan untuk menyesatkan manusia - menjadikan manusia memandang baik perbuatannya.
Karena rahmat Tuhan berlaku untuk semua mahluk, begitu juga kepada iblis, maka Tuhan mengijinkan iblis untuk melakukan kerjaannya. Tapi Tuhan juga melindungi hambaNya, terutama yang taat pada perintahNya. Senjata yang diberikan Tuhan kepada hambaNya yang ikhlas adalah hidayah. Baca surat Al-Hijr untuk memahami situasi ini, terutama ayat 39-42.
Hidayah ini tidak serta merta datang. Ia diperoleh dengan usaha keras manusia yang mencarinya. Maka, Tuhan pun menurunkan begitu banyak peristiwa dengan intensitas yang berbeda supaya kita melatih akal kita. Dan terbukti, tidak banyak manusia yang selamat dari situasi ini. Mereka yang tidak selamat biasanya yang mempunyai hasad di hatinya dan terpesona dengan segala aksesoris keulamaan di mata mereka.
Akal mereka beku dan bingung dengan situasi sekarang ini. Pada akhirnya, mereka mengikuti kemana arah terbanyak manusia bergerak. Karena buat mereka, yang banyak-lah yang benar. Iblis berhasil menjaring manusia sebanyak-banyaknya untuk mengikuti jalannya. Nabi Saw menggambarkan situasi ini melalui sabdanya, "umatku banyak tapi mereka seperti buih di lautan."
Dengan hidayah sebagai rahmat Tuhan, akal-akal manusia yang mendapatkan kemuliaan ini melihat situasi ini sebagai petunjuk. Akal mereka terang benderang melihat kesalahan sebagai kesalahan. Mata mereka dengan jelas melihat fitnah sebagai wabah, bukan sebagai perhiasan.
Tuhan sudah mengingatkan untuk berpegang kepada "tali-tali Allah dan Jalan yang lurus "supaya kita tidak tersesat di badai fitnah ini. Mereka bukan apa, tapi siapa.
Sambil minum kopi, kenapa tidak mencoba untuk mencari siapa "tali-tali Allah" dan "jalan yang lurus" itu, sebelum iblis dengan kemampuannya yang luar biasa menyesatkan pandangan anda ?
Ditulis Oleh : Denny Siregar, Pengamat Sosial, Politik, Budaya, dan Agama. Tinggal di Jakarta.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »
