RASANYA hampir tidak ada pejabat publik maupun pejabat partai yang tidak dendam kepada KPK. Apalagi sejak era kepimpinan Abraham Samad, KPK seperti mesin pemecah batu yang efektif. Semua partai dihantam sampai porak poranda. Bahkan PKS yang dulu pernah menjadi tempat pencalegan-nya.
Sulit sekali lolos dari jeratan hukum KPK. Bukti-bukti yang mereka keluarkan di pengadilan seperti nada-nada teratur bagi hakim untuk "malu" jika tidak memberi tersangka hukuman berat. Bukan itu saja, KPK pun sudah meruntuhkan para GodFather di daerah. Atut dan Fuad Amin bukan orang sembarangan. Mereka kuat dan ganas. KPK sudah menunjukkan kredibilitas dan integritasnya. Hal yang sulit dibantah oleh mereka yang punya nurani.
Jadi ketika akhirnya KPK tersudut begitu rupa, kita bisa melihat siapa yang bersorak terang-terangan dan yang berrsujud syukur diam-diam. Yaitu mereka yang sekarang berada di penjara dan yang terancam di penjara.
Tidak mudah melawan korupsi di negeri ini. Kita sudah terlalu lama dijarah. Kasusnya pun sudah pada taraf Mega. Terlalu banyak yang terlibat. Terlalu besar taruhannya. Pada situasi ini, KPK adalah musuh bersama. Serigala dan Hyena sejenak melupakan permusuhan mereka.
Apa yang salah dari KPK ? Mereka terlalu berani, itu saja. Mungkin di sini tidak boleh pakai kacamata kuda untuk memberantas korupsi. Beginilah resikonya. Kacamata kuda dan keberanian yang sama dipakai oleh sahabat Nabi yang setia, Abu Dzar. Ia tidak memandang siapa berpangkat apa dan sekaya apa. Ia hantam dengan lidahnya karena Nabi melarangnya menggunakan pedangnya.
Bagaimana nasib Abu Dzar akhirnya?
Sama seperti KPK. Rakyat mencintainya tapi tidak mampu berbuat apa-apa. Bahkan Imam Ali Kwh pun terikat oleh perjanjiannya dengan Nabi Saw untuk tidak memecah belah umatnya. Ia mengantar Abu Dzar yang juga sahabatnya, keluar dari kota karena diusir Utsman bin Affan.
Abu Dzar bukan orang suci, sama seperti yang banyak dituduhkan orang kepada para pimpinan KPK. Ia hanya ingin bertindak benar sesuai yang diyakininya. Tapi kebenaran tidak meninggalkan pembela baginya.
Kesendirian Abu Dzar, sama seperti kesendirian KPK. Mungkin memang begitulah kodratnya.
Seperti yang dikatakan Rasulullah Saw, sahabat tercintanya, sambil menepuk lembut pundaknya, "Abu Dzar berjalan sendirian, meninggal sendirian dan akan dibangkitkan sendirian....”
Ditulis Oleh: Denny Siregar, tinggal di Jakarta.
Sulit sekali lolos dari jeratan hukum KPK. Bukti-bukti yang mereka keluarkan di pengadilan seperti nada-nada teratur bagi hakim untuk "malu" jika tidak memberi tersangka hukuman berat. Bukan itu saja, KPK pun sudah meruntuhkan para GodFather di daerah. Atut dan Fuad Amin bukan orang sembarangan. Mereka kuat dan ganas. KPK sudah menunjukkan kredibilitas dan integritasnya. Hal yang sulit dibantah oleh mereka yang punya nurani.
Jadi ketika akhirnya KPK tersudut begitu rupa, kita bisa melihat siapa yang bersorak terang-terangan dan yang berrsujud syukur diam-diam. Yaitu mereka yang sekarang berada di penjara dan yang terancam di penjara.
Tidak mudah melawan korupsi di negeri ini. Kita sudah terlalu lama dijarah. Kasusnya pun sudah pada taraf Mega. Terlalu banyak yang terlibat. Terlalu besar taruhannya. Pada situasi ini, KPK adalah musuh bersama. Serigala dan Hyena sejenak melupakan permusuhan mereka.
Apa yang salah dari KPK ? Mereka terlalu berani, itu saja. Mungkin di sini tidak boleh pakai kacamata kuda untuk memberantas korupsi. Beginilah resikonya. Kacamata kuda dan keberanian yang sama dipakai oleh sahabat Nabi yang setia, Abu Dzar. Ia tidak memandang siapa berpangkat apa dan sekaya apa. Ia hantam dengan lidahnya karena Nabi melarangnya menggunakan pedangnya.
Bagaimana nasib Abu Dzar akhirnya?
Sama seperti KPK. Rakyat mencintainya tapi tidak mampu berbuat apa-apa. Bahkan Imam Ali Kwh pun terikat oleh perjanjiannya dengan Nabi Saw untuk tidak memecah belah umatnya. Ia mengantar Abu Dzar yang juga sahabatnya, keluar dari kota karena diusir Utsman bin Affan.
Abu Dzar bukan orang suci, sama seperti yang banyak dituduhkan orang kepada para pimpinan KPK. Ia hanya ingin bertindak benar sesuai yang diyakininya. Tapi kebenaran tidak meninggalkan pembela baginya.
Kesendirian Abu Dzar, sama seperti kesendirian KPK. Mungkin memang begitulah kodratnya.
Seperti yang dikatakan Rasulullah Saw, sahabat tercintanya, sambil menepuk lembut pundaknya, "Abu Dzar berjalan sendirian, meninggal sendirian dan akan dibangkitkan sendirian....”
Ditulis Oleh: Denny Siregar, tinggal di Jakarta.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »