Raksasa ASEAN

Raksasa ASEAN
Presiden Jokowi Saat Ground Breaking Jalan Tol Trans Sumatera. 
RAKYAT Sumatera sedang bergembira. Sudah lebih dari 15 tahun mereka menunggu realisasi pembangunan tol Trans Sumatera.

Trans Sumatera adalah mega proyek yang akan menghabiskan investasi total Rp330 triliun. Panjangnya tol dari Lampung sampai Aceh mencapai 2.700 kilometer. Di samping tol juga dibangun rel kereta api dan jalur pipa gas.

Proyek ini berkali-kali dicanangkan akan mulai dibangun, tapi selalu kandas entah kenapa. Bahkan saat Dahlan Iskan menjadi meneg BUMN, ia sudah berencana akan melakukan peletakan batu pertama di Maret 2013, dan gagal lagi.

Apa yang tidak dipunyai Dahlan dulu adalah atasan yang pemberani. Dahlan selalu terkendala dalam mendobrak benteng atas, dengan begitu rumitnya birokrasi istana.

Benteng itu runtuh seketika di tangan Jokowi. Ia menghancurkan birokrasi berbelit dan menyederhanakannya sehingga percepatan pembangunan bisa dimulai. Tadi, Jokowi meresmikan ground breaking di Lampung tanpa upacara meriah. Sebuah pencapaian yang membuat semua bernafas lega, terutama bagi warga Sumatera.

Sebenarnya untuk apa Tol Trans Sumatera itu dibangun dengan dana sebegitu besar ?

Percepatan pembangunan di satu wilayah tidak mungkin terjadi tanpa infrastruktur yang memadai. Selama ini Sumatera berkembang dengan pelan dan menjadi terpinggirkan dibanding Jawa. Padahal potensi sumber daya dan masyarakatnya sangat besar.

Dengan terbangunnya jalur transportasi, maka akses-akses akan tercapai dengan mudah, cepat dan menjadi murah. Apalagi dengan dibangunnya pelabuhan-pelabuhan raksasa di beberapa titik di Sumatera maka ekonomi Sumatera akan menggeliat.

Dengan akses yang terbangun, maka industri-industri tidak lagi akan terpusat di Jawa. Bahkan kemungkinan besar dibangun pusat-pusat industri seperti yang dilakukan Malaysia dengan membangun wilayah-wilayah industri khusus.

Jadi satu saat kita akan mengenal Banten sebagai silicon valley-nya Indonesia, Lampung sebagai pusat industri otomotif, Medan menjadi pusat industri tekstil dan Jakarta adalah pusat industri keuangan. Pusat pemerintahan bisa saja bukan lagi berada di Jakarta, seperti Malaysia yang memindahkan pusat pemerintahannya dari Kuala Lumpur ke Putrajaya.

Dengan menyebarnya pusat-pusat Industri maka menyebar pula tenaga kerja dan secara langsung ini akan membuka simpul kepadatan di Jakarta yang sudah masuk pada taraf bencana. Sentralisasi sudah tidak zamannya sekarang.

Sebagai negara maritim, Indonesia adalah sebuah bahtera raksasa yang lapuk karena lama tidak terawat. Sekarang kita melihat mereka mulai melakukan renovasi di mana-mana dan 5-10 tahun lagi, kapal ini siap berlayar menuju kancah internasional dan butuh 10 tahun lagi untuk menjadi leader di Asean.

Sudah berapa lama kita tidak berani menegakkan kepala dan selalu mengagumi apa yang dilakukan bangsa lain ?

Mari kita angkat secangkir kopi sebagai tanda bahwa kita pernah menjadi bangsa yang besar dan akan kembali berkibar. Kita bukan macan, kita sebenarnya raksasa di Asean.

Ditulis Oleh: Denny Siregar, Pemerhati Permasalahan Sosial, Politik, dan Keagamaan, tinggal di Jakarta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »