Jangan Hanya Bisa Menyalahkan Pemimpin

Anna Yulend: Jangan Hanya Bisa Menyalahkan Pemimpin
Fly Over Bukittinggi, Salah Satu Keberhasilan Wali Kota Ismet Amzis. 
KENAPA ya, masyarakat selalu saja mencari cari kasalahan pemimpin? Khususnya wali kota Bukittinggi. Yang selalu menyalahkan berarti mereka tidak mampu memimpin diri sendiri. Kalau semuanya tergantung dengan pemimpin, kapan majunya negeri ini. Seharusnya kita bisa menghargai pemimpin di negeri ini.  Yang jelas beliau sudah pasti bekerja.

Sebagai perantau asal Kota Bukittinggi, saya merasa prihatin melihat kampung halamannya. Betapa tidak, menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di kota jam gadang tersebut, suhu politik memanas dan telah menjurus kepada black kampanye.

Saya melihat, sebagai Walikota Bukittinggi, Ismet Amzis selalu dipojokan dengan semua permasalahan kota. Misalnya soal kemacetan dan perpakiran pada saat lebaran di kota tersebut. Saya menilai, kritik yang dilayangkan kepada Ismet Amzis sudah tidak sehat lagi dan cenderung kepada fitnah.

Selama memimpin Kota Bukittinggi, sudah banyak keberhasilan yang dicapai Ismet Amzis. Pembangunan fly over atau jalan layang dilakukan pada masa Ismet Amzis yang tujuannya untuk mengurai kemacetan di kota tersebut. Nanti tidak ada pembangunan dikatakan pemerintah bobok atau tidak bekerja. Sementara sudah dibangun sarana dan prasarana, tetapi tidak dimamfaatkan sebagai mana mestinya.

Seandainya beliau sudah tidak menjabat lagi atau kepempinan Kota Bukittinggi diganti dengan kepemimpinan yang baru, tinggal meneruskan hal positif yang telah dilakukan pemimpin sebelumnya. Seandainya ada yang belum sempurna di pemerentahan yang lalu diperbaiki agar lebih baik.

Selalu menyalahkan pemimpin, merupakan perbuatan yang kurang baik, bahkan lebih cenderung ke arah ghibah yang dilarang agama. Dalam sebuh sabdanya, Rasulullah SAW melarang perbuatan ghibah.

”Tahukah kalian apa itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka kata Nabi saw: “engkau membicarakan saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab Nabi SAW: Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah mengghibah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu telah membuat kedustaan atasnya.”(HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935).

Jika sebagian masyarakat mengangap semua yang dilakukan pemimpin yang sekarang salah, maka pemimpin yang akan terpilih nantinya juga diangap salah terus. Jadi kalau seperti ini terus, pelaku kritik itu pun yang jadi pemimpin tetap juga akan dipersalahkan. Contohnya, sudah dibangun fly over, tapi tidak difungsikan sebagaimana mestinya.

Apakah hal yang sangat sederhana harus pemimpin juga yang mengatur. Saya bericontoh sederhana, kita sudah dibuatkan sebuah rumah oleh orang tua kita. Di dalamnya ada kamar mandi, ada kamar tidur, ada dapur, ada ruang tamu dan lain-lain. Nah seharusnya kita bisa menggunakan fasilitas yang sudah dibuatkan untuk kita. Kalau mau mandi, mandilah dikamar mandi. Kalau mau tidur, tidurlah dikamar. Jangan tidur di kamar mandi atau di dapur. Harus sesuaikan dengan fungsinya masing-masing.

Begitu juga dalam hal pemerintahan di Bukittingi, sudah dibuatkan tempat parkir, jangan lagi parkir sembarangan. Di bangun fly over, jangan lagi di bawahnya untuk tempat berdagang. Apatah lagi, Walikota Bukittinggi Ismet Amzis jabatannya akan berakhir 13 Agustus 2015 mendatang.

Atau kritikan yang memojokan itu dilakukan lawan-lawan politik beliau, karena saya dengar beliau beniat kembali maju untuk periode 2015-2020 sebagai Walikota Bukittinggi. Kalau iya, berarti ini adalah murni black kampanye, bukan kritik yang bersifat membangun lagi.

Ditulis: Anna Yulend, perantau Minang asal Bukittinggi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »