IRWAN Pemimpin Nan Amanah, itulah slogan yang selalu diusung oleh kader partai dan simpatisan calon Gubernur Sumatera Barat yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerakan Indonesia (Gerindra). Menurut mereka, sosok Irwan pantas melanjutkan kepemimpinannya di Ranah Bundo Kanduang ini karena dianggap berhasil memimpin dan memajukan Sumatera Barat.
Apakah gelaran Pemimpin Nan Amanah layak disandang Irwan Prayitno? Mungkin iya, mungkin tidak. Bagi kader partai dan simpatisannya, tentu merasakan lekat tangan Irwan Prayitno selama memimpin Sumatera Barat. Sebab, mereka selalu berinteraksi dengan tokoh yang satu ini. Kalaulah mereka tidak merasakan lekat tangannya, mana mungkin mereke menyematkan gelaran seagung itu.
Bagi yang tidak setuju dengan gelaran itu, maka mereka melihat Irwan dari sisi lain. Bisa jadi dari sisi ke kritisan, bisa jadi karena faktor kebencian. Mereka yang mengkritisi akan cenderung berbicara disisi program yang telah dilaksanakan Irwan Prayitno selama memimpin Sumatera Barat. Mereka akan melihat kemajuan Sumatera Barat dari program yang dilaksanakan itu, apakah program itu telah mampu memajukan daerah ini, atau malah sebaliknya dianggap gagal?
Adapun pembenci Irwan Prayitno, akan meneliti satu persatu kesalahan dan kegagalan Irwan Prayitno dari sudut pandang mereka. Mereka akan berkutat pada ucapan yang mereka yakini keluar dari mulut Irwan Prayitno, "cukup sekali saja menjadi Gubernur Sumatera Barat." Ucapan yang belakangan dibantah oleh Irwan Prayitno sendiri.
Dalam catatan DR Hidayat, S.T, MT., Dosen Teknik Elektro Universitas Bung Hatta Padang yang dimuat situs pkspiyungan tenyata banyak hal yang sudah dilakukan oleh Irwan Prayitno selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, baik program baru, maupun melanjutkan pembangunan yang lama terbengkalai.
Khusus pembangunan infrastruktur diantaranya, jalan By Pass yang sudah lebih 10 tahun terbengkalai, sekarang sudah dilanjutkan dan direncanakan selesai awal tahun 2016. Jalan kelok 9, lebih 6 tahun terbengkalai dan sekarang sudah selesai. Fly over Aur Kuning Bukittinggi. Perbaikan Jalan Padang Solok sekarang sudah lebar dan mulus, jalan evakuasi alai ke by passs, jalan lintas Manggopoh Lubuk Basung ke Pasaman, jalan raya Solok menuju Muaro Labuh (Solok Selatan), jalan lintas Sumatera menuju Darmasraya yang sudah mulus. Jalan Sicicin-Malalak sebagai alternative menuju Bukittinggi juga sudah selesai dan banyak lagi yang lainnya. Untuk prestasi ini Sumbar mendapat penghargaan Keciptakaryaan dan apresiasi dari Menteri Pekerjaan Umum.
Beberapa pembangunan infrastruktur Sumbar yang sedang dalam proses antara lain: 1. Gedung Pusat Kebudayaan Sumbar, yang juga berfungsi sebagai shelter untuk evakuasi jika terjadi bencana gempa/tsunami dan sebagai ruang terbuka. Lokasi di Taman Budaya dan Museum, dengan reklamasi pantai laut Padang. 2. Islamic Centre seluas 10 hektar, lengkap dengan penginapan, pusat perbelanjaan serta asrama haji baru untuk embarkasi Padang. 3. Stadion Utama Sumbar berdaya tampung 30-40 ribu penonton di Nagari Sikabu, Lubuk Alung 4. Fly Over Simpang Duku, Highgrade Highway Duku ke Siscincin sebagai bagian trase jalan Tol Padang Pekanbaru. 5. Rail Bus Airport Minangkabau, dari pusat kota Padang ke BIM hanya 30 menit. 6. Kereta Api Trans Sumatera ke Pakan Baru melalui Sijunjung. 7. Jalan Layang Silaing Padang Panjang. 8. Terowongan Malalk-Balingka Koto Gadang. 9. Jembatan Ngarai Sianok. 10. Jembatan Kabel Sungai Dareh Dharmasraya. 11. Pelabuhan Baru Teluk Bayur. 12. Pusat Ilmu Pelayaran Indonesia (Wilayah Barat) Sumbar, sekarang sudah selesai. Demikian catatan DR Hidayat, S.T, MT.
Selaku kepala daerah, ia mendapat sejumlah penghargaan dari negara. Empat tahun kepemimpinan Irwan ditandai dengan sedikitnya 137 penghargaan dari pemerintah yang diraih Sumatera Barat. Sebanyak 22 penghargaan diraih ditahun 2011, berikutnya 33 penghargaan di tahun 2012, dan 20 penghargaan di tahun 2013, selebihnya diraih pada tahun 2014 dan 2015. Penghargaan yang diraih mulai dari Pennghargaan Ketahanan Pangan Nasional 2010, penghargaan Pelaksanaan Penerapan e-KTP Terbaik (9 Kab/Kota tahun 2011), Anugerah Parahita Ekapraya (Komitmen Gubernur untuk Pelaksanaan Program Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Penghargaan Provinsi Terbaik Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil tahun 2013 dan lainnya.
Dalam beberapa kesempatan, penulis sempat berdiskusi dengan beberapa pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Dalam diskusi tersebut penulis mengajukan pertanyaan, "Apa sih yang kalian rasakan selama Irwan Prayitno memimpin Sumatera Barat?" Rata-rata mereka menjawab kenyamanan. Selama diimami Irwan Prayitno mereka merasa nyaman dalam bekerja, tanpa merasakan tekanan berarti dari pimpinan.
Tidak ada "setoran wajib" yang harus dipersembahkan kepada sang gubernur, karena memang dia tidak pernah minta. Sang gubernur hanya meminta mereka bekerja dengan profesional, dan memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat. Kenyamanan itu juga dirasakan karena tidak ada rasa was-was akan diganti oleh sang gubernur, dan memang sejak menjabat Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno sangat jarang melakukan mutasi. Kalau pun ada mutasi, biasanya hanya menyisip pejabat yang pensiun atau pejabat yang dinilai gagal melaksanakan tugas yang telah diamanahkannya.
Mungkin berdasarkan inilah, lantas kader partai dan simpatisannya menegaskan, jika IRWAN PEMIMPIN NAN AMANAH dan layak melanjutkan pada periode kedua sebagai Gubernur Sumatera Barat. Gelaran pemimpin amanah memang berat untuk disandang, karena pengertian amanah itu sendiri berkaitan dengan istilah agama.
Manusia menurut ajaran Islam adalah khalifah di muka bumi, bertugas menata kehidupan sebaik mungkin sehingga tercipta kedamaian dalam hidup di tengah manusia yang dinamis. Kehidupan damai tidak serta merta, akan tetapi diciptakan dan dirancang. Oleh karena itu perlu diciptakan perangkat-perangkat dan aparat-aparat untuk menciptakan perdamaian tersebut.
Dalam bahasa agama, amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Rasulullah saw bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (Ahmad dan Ibnu Hibban).
Oleh karena itu, dalam pandangan al-Qur'an, pemimpin yang diangkat oleh masyarakat sebenarnya berada pada posisi menerima amanah, sedangkan masyarakat sebagai pemberi amanah. Tentu saja, ajaran agama mengatur bahwa penerima amanah, pada saatnya nanti, harus mempertanggungjawabkan amanahnya kepada si pemberi amanah, yaitu pada "pengadilan" masyarakat di dunia, dan "pengadilan" Allah swt di Padang Mahsyar nanti.
Berkenaan dengan pemberian amanah, ada satu ayat yang cukup menyentak kita:
Rasulullah saw bersabda, “Jika amanah diabaikan maka tunggulah kiamat.” Sahabat bertanya, “Bagaimanakah amanah itu disia-siakan, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab, “Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.” (HR Bukhari).
Abu Said (abdurrahman) bin Samurah menceritakan sebuah hadis yang disampaikan Rasulullah saw kepadanya, "Ya Abdurrahman bin Samurah, jangan menuntut kedudukan dalam pemerintahan, karena jika kau diserahi jabatan tanpa minta, kau akan dibantu oleh Allah untuk melaksanakannya, tetapi jika dapat jabatan itu karena permintaanmu, maka akan diserahkan ke atas bahumu atau kebijaksanaanmu sendiri. Dan apabila kau telah bersumpah untuk sesuatu kemudian ternyata jika kau lakukan lainnya akan lebih baik, maka tebuslah sumpah itu dan kerjakan apa yang lebih baik itu. (HR Bukhari dan Muslim).
Abu Ja’la (ma’qil) bin Jasar berkata, "Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: tiada seorang yang diamanati oleh allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti allah mengharamkan baginya surga. (HR Bukhari dan Muslim).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Mantan Ketua Kastrat KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang
Apakah gelaran Pemimpin Nan Amanah layak disandang Irwan Prayitno? Mungkin iya, mungkin tidak. Bagi kader partai dan simpatisannya, tentu merasakan lekat tangan Irwan Prayitno selama memimpin Sumatera Barat. Sebab, mereka selalu berinteraksi dengan tokoh yang satu ini. Kalaulah mereka tidak merasakan lekat tangannya, mana mungkin mereke menyematkan gelaran seagung itu.
Bagi yang tidak setuju dengan gelaran itu, maka mereka melihat Irwan dari sisi lain. Bisa jadi dari sisi ke kritisan, bisa jadi karena faktor kebencian. Mereka yang mengkritisi akan cenderung berbicara disisi program yang telah dilaksanakan Irwan Prayitno selama memimpin Sumatera Barat. Mereka akan melihat kemajuan Sumatera Barat dari program yang dilaksanakan itu, apakah program itu telah mampu memajukan daerah ini, atau malah sebaliknya dianggap gagal?
Adapun pembenci Irwan Prayitno, akan meneliti satu persatu kesalahan dan kegagalan Irwan Prayitno dari sudut pandang mereka. Mereka akan berkutat pada ucapan yang mereka yakini keluar dari mulut Irwan Prayitno, "cukup sekali saja menjadi Gubernur Sumatera Barat." Ucapan yang belakangan dibantah oleh Irwan Prayitno sendiri.
Dalam catatan DR Hidayat, S.T, MT., Dosen Teknik Elektro Universitas Bung Hatta Padang yang dimuat situs pkspiyungan tenyata banyak hal yang sudah dilakukan oleh Irwan Prayitno selama menjabat Gubernur Sumatera Barat, baik program baru, maupun melanjutkan pembangunan yang lama terbengkalai.
Khusus pembangunan infrastruktur diantaranya, jalan By Pass yang sudah lebih 10 tahun terbengkalai, sekarang sudah dilanjutkan dan direncanakan selesai awal tahun 2016. Jalan kelok 9, lebih 6 tahun terbengkalai dan sekarang sudah selesai. Fly over Aur Kuning Bukittinggi. Perbaikan Jalan Padang Solok sekarang sudah lebar dan mulus, jalan evakuasi alai ke by passs, jalan lintas Manggopoh Lubuk Basung ke Pasaman, jalan raya Solok menuju Muaro Labuh (Solok Selatan), jalan lintas Sumatera menuju Darmasraya yang sudah mulus. Jalan Sicicin-Malalak sebagai alternative menuju Bukittinggi juga sudah selesai dan banyak lagi yang lainnya. Untuk prestasi ini Sumbar mendapat penghargaan Keciptakaryaan dan apresiasi dari Menteri Pekerjaan Umum.
Beberapa pembangunan infrastruktur Sumbar yang sedang dalam proses antara lain: 1. Gedung Pusat Kebudayaan Sumbar, yang juga berfungsi sebagai shelter untuk evakuasi jika terjadi bencana gempa/tsunami dan sebagai ruang terbuka. Lokasi di Taman Budaya dan Museum, dengan reklamasi pantai laut Padang. 2. Islamic Centre seluas 10 hektar, lengkap dengan penginapan, pusat perbelanjaan serta asrama haji baru untuk embarkasi Padang. 3. Stadion Utama Sumbar berdaya tampung 30-40 ribu penonton di Nagari Sikabu, Lubuk Alung 4. Fly Over Simpang Duku, Highgrade Highway Duku ke Siscincin sebagai bagian trase jalan Tol Padang Pekanbaru. 5. Rail Bus Airport Minangkabau, dari pusat kota Padang ke BIM hanya 30 menit. 6. Kereta Api Trans Sumatera ke Pakan Baru melalui Sijunjung. 7. Jalan Layang Silaing Padang Panjang. 8. Terowongan Malalk-Balingka Koto Gadang. 9. Jembatan Ngarai Sianok. 10. Jembatan Kabel Sungai Dareh Dharmasraya. 11. Pelabuhan Baru Teluk Bayur. 12. Pusat Ilmu Pelayaran Indonesia (Wilayah Barat) Sumbar, sekarang sudah selesai. Demikian catatan DR Hidayat, S.T, MT.
Selaku kepala daerah, ia mendapat sejumlah penghargaan dari negara. Empat tahun kepemimpinan Irwan ditandai dengan sedikitnya 137 penghargaan dari pemerintah yang diraih Sumatera Barat. Sebanyak 22 penghargaan diraih ditahun 2011, berikutnya 33 penghargaan di tahun 2012, dan 20 penghargaan di tahun 2013, selebihnya diraih pada tahun 2014 dan 2015. Penghargaan yang diraih mulai dari Pennghargaan Ketahanan Pangan Nasional 2010, penghargaan Pelaksanaan Penerapan e-KTP Terbaik (9 Kab/Kota tahun 2011), Anugerah Parahita Ekapraya (Komitmen Gubernur untuk Pelaksanaan Program Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Penghargaan Provinsi Terbaik Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil tahun 2013 dan lainnya.
Dalam beberapa kesempatan, penulis sempat berdiskusi dengan beberapa pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Dalam diskusi tersebut penulis mengajukan pertanyaan, "Apa sih yang kalian rasakan selama Irwan Prayitno memimpin Sumatera Barat?" Rata-rata mereka menjawab kenyamanan. Selama diimami Irwan Prayitno mereka merasa nyaman dalam bekerja, tanpa merasakan tekanan berarti dari pimpinan.
Tidak ada "setoran wajib" yang harus dipersembahkan kepada sang gubernur, karena memang dia tidak pernah minta. Sang gubernur hanya meminta mereka bekerja dengan profesional, dan memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat. Kenyamanan itu juga dirasakan karena tidak ada rasa was-was akan diganti oleh sang gubernur, dan memang sejak menjabat Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno sangat jarang melakukan mutasi. Kalau pun ada mutasi, biasanya hanya menyisip pejabat yang pensiun atau pejabat yang dinilai gagal melaksanakan tugas yang telah diamanahkannya.
Mungkin berdasarkan inilah, lantas kader partai dan simpatisannya menegaskan, jika IRWAN PEMIMPIN NAN AMANAH dan layak melanjutkan pada periode kedua sebagai Gubernur Sumatera Barat. Gelaran pemimpin amanah memang berat untuk disandang, karena pengertian amanah itu sendiri berkaitan dengan istilah agama.
Manusia menurut ajaran Islam adalah khalifah di muka bumi, bertugas menata kehidupan sebaik mungkin sehingga tercipta kedamaian dalam hidup di tengah manusia yang dinamis. Kehidupan damai tidak serta merta, akan tetapi diciptakan dan dirancang. Oleh karena itu perlu diciptakan perangkat-perangkat dan aparat-aparat untuk menciptakan perdamaian tersebut.
Dalam bahasa agama, amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Rasulullah saw bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (Ahmad dan Ibnu Hibban).
Dalam al-Quran Rasulullah saw diperintahkan untuk menyampaikan, “inni lakum rasuulun amiiri." Artinya, sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang tepercaya bagimu. Redaksi yang sama terulang 6 kali di dalam al-Quran, diantaranya 5 kali dalam surat Asy-Syu’araa’ dan satu kali di dalam surat Ad-Dukhan. Al Amin adalah orang yang amanah, terpercaya, dan bertanggung jawab. Allah SWT memerintahkan setiap hambanya untuk berlaku amanah, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisa’ ayat 58).
Oleh karena itu, dalam pandangan al-Qur'an, pemimpin yang diangkat oleh masyarakat sebenarnya berada pada posisi menerima amanah, sedangkan masyarakat sebagai pemberi amanah. Tentu saja, ajaran agama mengatur bahwa penerima amanah, pada saatnya nanti, harus mempertanggungjawabkan amanahnya kepada si pemberi amanah, yaitu pada "pengadilan" masyarakat di dunia, dan "pengadilan" Allah swt di Padang Mahsyar nanti.
Berkenaan dengan pemberian amanah, ada satu ayat yang cukup menyentak kita:
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." (QS. Al Ahzab ayat 72).
Rasulullah saw bersabda, “Jika amanah diabaikan maka tunggulah kiamat.” Sahabat bertanya, “Bagaimanakah amanah itu disia-siakan, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab, “Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.” (HR Bukhari).
Abu Said (abdurrahman) bin Samurah menceritakan sebuah hadis yang disampaikan Rasulullah saw kepadanya, "Ya Abdurrahman bin Samurah, jangan menuntut kedudukan dalam pemerintahan, karena jika kau diserahi jabatan tanpa minta, kau akan dibantu oleh Allah untuk melaksanakannya, tetapi jika dapat jabatan itu karena permintaanmu, maka akan diserahkan ke atas bahumu atau kebijaksanaanmu sendiri. Dan apabila kau telah bersumpah untuk sesuatu kemudian ternyata jika kau lakukan lainnya akan lebih baik, maka tebuslah sumpah itu dan kerjakan apa yang lebih baik itu. (HR Bukhari dan Muslim).
Abu Ja’la (ma’qil) bin Jasar berkata, "Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: tiada seorang yang diamanati oleh allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan pasti allah mengharamkan baginya surga. (HR Bukhari dan Muslim).
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Mantan Ketua Kastrat KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »