![]() |
Oleh: Zamri Yahya, SHI |
PERINGATAN Hari Jadi Kota Padang yang jatuh pada setiap tanggal 7 Agustus, selalu dimeriahkan oleh Pawai Telong-Telong. Pawai yang menghadirkan berbagai ragam kreasi per kecamatan dan kelurahan di Ranah Bingkuang ini selalu saja menjadi tontonan menarik bagi warga kota pada setiap peringatan hari jadi kota mereka.
Termasuk pada peringatan hari jadi Kota Padang yang ke-346 tahun 2015 ini. Pelaksanaan Pawai Telong-Telong dipusatkan di Danau Chimpago, salah satu objek wisata yang cukup diminati di Kota Padang, persis terletak di kawasan Muaro Lasak Pantai Padang. Kegiatan tersebut dilepas langsung Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno didampingi Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah, Wakil Walikota Padang Emzalmi Zaini, dan Ketua DPRD Kota Padang Erisman Chaniago.
Satu persatu, kecamatan dan kelurahan, dipimpin camat dan lurah masing-masing maju ke depan panggung memperagakan kreasi Telong-Telong buatan mereka. Kebanyakan diantara kecamatan dan kelurahan membuat maniatur ikan, durian, dan hasil bumi lainnya. Selain itu, juga ada maniatur mesjid, rumah adat, kota tua, dan monumen perjuangan. Hal ini lumrah, karena Kota Padang terletak di pesisir pantai yang mana kehidupan masyarakat mereka sebagian besar adalah nelayan. Sedangkan di dataran tinggi, penduduk kota ini hidup sebagai petani dan berkebun.
Lantas, apa hubungannya dengan Pauh Kota Pahlawan? Ya, pada saat giliran Kecamatan Pauh dipanggil protokol acara, sang protokol meneriakan, Pauh Kota Pahlawan. "Giliran Pauh Kota Pahlawan maju ke depan panggung. Saat ini, putra Pauh H Emzalmi mendampingi Walikota Mahyeldi dalam memimpin Kota Padang," cakap Odi, si Protokol Pembawa Acara. Wakil Walikota H Emzalmi Zaini, merupakan putra daerah Kuranji Kenagarian Pauh IX, sama halnya dengan Gubernur Irwan Prayitno yang juga putra Taratak Paneh Kuranji.
Tentu sebutan itu bukan tanpa alasan. Bahkan Camat Pauh Wardas Tanjung sangat bangga daerah yang dipimpinnya disebut Pauh Kota Pahlawan. Namun, dalam catatan Rusli Amran, sejarawan Minangkabau, Pauh Kota Pahlawan bukan hanya Kecamatan Pauh sebagai wilayah pemerintahan yang ada sekarang. Tapi Pauh Kota Pahlawan itu adalah Pauh IX yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Kuranji, dan Pauh V yang berada di wilayah Kecamatan Pauh.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada 7 Agustus 1669 terjadi pergolakan masyarakat Pauh dan Koto Tangah melawan monopoli VOC. Meski dapat diredam oleh VOC, peristiwa tersebut kemudian diabadikan sebagai tahun lahir Kota Padang. Rusli Amran menulis tentang Pauh, kota pahlawan, mengutip tulisan De Steurs dalam buku De vestiging en uitbreiding der Nederlanders ter Sumatra's Westkust atau Pendudukan dan Perluasan Orang-orang Belanda di Sumatera Barat (1849). De Steurs mengakui, kontrak-kontrak dagang yang dipaksakan dan larangan membikin garam sangat menjengkelkan rakyat. Hal ini menimbulkan pemberontakan-pemberontakan dan balas dendam.
Kota Pahlawan Pauh, menurut Van Bazel, antara 1665 dan 1740 tidak kurang dari 20 kali memberontak terhadap kekuasaan Belanda. Pauh memang luar biasa. Hanya merupakan daerah kecil lebih kurang 6 kilometer dari timur Kota Padang dengan sedikit penduduk.
Orang-orang Indonesia yang membenci Belanda atau anasir yang pro-Aceh banyak yang berdiam di Pauh atau Koto Tangah sewaktu mereka terpaksa meninggalkan kota-kota yang telah dikuasai oleh VOC, Kompeni Belanda.
Orang Pauh dianggap sebagai orang-orang pemberani dan ditakuti. Hasil bumi terpenting ialah padi sebab di daerah Pauh yang terletak di kaki Bukit Barisan terbentang luas sawah. Pada tahun 1665 terjadinya perang Rupit, perang Rupit adalah peperangan masyarakat Pauh melawan Belanda. Antara tahun 1665 – 1740 rakyat Pauah selalu memberontak terhadap kekuasaan Belanda. Walau Kota Pauh selalu dibumi hanguskan oleh Belanda, tetap, rakyat kembali dan menyusun pemberontakan dari tanah pusakonya.
Jacob Gruys pada bulan April 1666 dengan 200 pasukan Belanda dan pasukan-pasukan pembantunya menyerang kota Pauh untuk memadamkan pemberontakan rakyat. Serangan itu berakhir tragis bagi Belanda, hanya 70 serdadu yang kembali hidup-hidup, Jacob Gruys sendiri juga tewas, begitu pula 2 kapten dan 5 letnan.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Wakil Ketua PK KNPI Kuranji
Termasuk pada peringatan hari jadi Kota Padang yang ke-346 tahun 2015 ini. Pelaksanaan Pawai Telong-Telong dipusatkan di Danau Chimpago, salah satu objek wisata yang cukup diminati di Kota Padang, persis terletak di kawasan Muaro Lasak Pantai Padang. Kegiatan tersebut dilepas langsung Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno didampingi Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah, Wakil Walikota Padang Emzalmi Zaini, dan Ketua DPRD Kota Padang Erisman Chaniago.
Satu persatu, kecamatan dan kelurahan, dipimpin camat dan lurah masing-masing maju ke depan panggung memperagakan kreasi Telong-Telong buatan mereka. Kebanyakan diantara kecamatan dan kelurahan membuat maniatur ikan, durian, dan hasil bumi lainnya. Selain itu, juga ada maniatur mesjid, rumah adat, kota tua, dan monumen perjuangan. Hal ini lumrah, karena Kota Padang terletak di pesisir pantai yang mana kehidupan masyarakat mereka sebagian besar adalah nelayan. Sedangkan di dataran tinggi, penduduk kota ini hidup sebagai petani dan berkebun.
Lantas, apa hubungannya dengan Pauh Kota Pahlawan? Ya, pada saat giliran Kecamatan Pauh dipanggil protokol acara, sang protokol meneriakan, Pauh Kota Pahlawan. "Giliran Pauh Kota Pahlawan maju ke depan panggung. Saat ini, putra Pauh H Emzalmi mendampingi Walikota Mahyeldi dalam memimpin Kota Padang," cakap Odi, si Protokol Pembawa Acara. Wakil Walikota H Emzalmi Zaini, merupakan putra daerah Kuranji Kenagarian Pauh IX, sama halnya dengan Gubernur Irwan Prayitno yang juga putra Taratak Paneh Kuranji.
Tentu sebutan itu bukan tanpa alasan. Bahkan Camat Pauh Wardas Tanjung sangat bangga daerah yang dipimpinnya disebut Pauh Kota Pahlawan. Namun, dalam catatan Rusli Amran, sejarawan Minangkabau, Pauh Kota Pahlawan bukan hanya Kecamatan Pauh sebagai wilayah pemerintahan yang ada sekarang. Tapi Pauh Kota Pahlawan itu adalah Pauh IX yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Kuranji, dan Pauh V yang berada di wilayah Kecamatan Pauh.
Menurut catatan sejarah, Kota Padang mulai berkembang sejak kehadiran bangsa Belanda di bawah Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1663, yang diiringi dengan migrasi penduduk Minangkabau dari kawasan luhak. Selain memiliki muara yang bagus, VOC tertarik membangun pelabuhan dan permukiman baru di pesisir barat Sumatera untuk memudahkan akses perdagangan dengan kawasan pedalaman Minangkabau. Selanjutnya pada tahun 1668, VOC berhasil mengusir pengaruh Kesultanan Aceh dan menanamkan pengaruhnya di sepanjang pantai barat Sumatera, sebagaimana diketahui dari surat Regent Jacob Pits kepada Raja Pagaruyung yang berisi permintaan dilakukannya hubungan dagang kembali dan mendistribusikan emas ke kota ini.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada 7 Agustus 1669 terjadi pergolakan masyarakat Pauh dan Koto Tangah melawan monopoli VOC. Meski dapat diredam oleh VOC, peristiwa tersebut kemudian diabadikan sebagai tahun lahir Kota Padang. Rusli Amran menulis tentang Pauh, kota pahlawan, mengutip tulisan De Steurs dalam buku De vestiging en uitbreiding der Nederlanders ter Sumatra's Westkust atau Pendudukan dan Perluasan Orang-orang Belanda di Sumatera Barat (1849). De Steurs mengakui, kontrak-kontrak dagang yang dipaksakan dan larangan membikin garam sangat menjengkelkan rakyat. Hal ini menimbulkan pemberontakan-pemberontakan dan balas dendam.
Kota Pahlawan Pauh, menurut Van Bazel, antara 1665 dan 1740 tidak kurang dari 20 kali memberontak terhadap kekuasaan Belanda. Pauh memang luar biasa. Hanya merupakan daerah kecil lebih kurang 6 kilometer dari timur Kota Padang dengan sedikit penduduk.
Orang-orang Indonesia yang membenci Belanda atau anasir yang pro-Aceh banyak yang berdiam di Pauh atau Koto Tangah sewaktu mereka terpaksa meninggalkan kota-kota yang telah dikuasai oleh VOC, Kompeni Belanda.
Orang Pauh dianggap sebagai orang-orang pemberani dan ditakuti. Hasil bumi terpenting ialah padi sebab di daerah Pauh yang terletak di kaki Bukit Barisan terbentang luas sawah. Pada tahun 1665 terjadinya perang Rupit, perang Rupit adalah peperangan masyarakat Pauh melawan Belanda. Antara tahun 1665 – 1740 rakyat Pauah selalu memberontak terhadap kekuasaan Belanda. Walau Kota Pauh selalu dibumi hanguskan oleh Belanda, tetap, rakyat kembali dan menyusun pemberontakan dari tanah pusakonya.
Jacob Gruys pada bulan April 1666 dengan 200 pasukan Belanda dan pasukan-pasukan pembantunya menyerang kota Pauh untuk memadamkan pemberontakan rakyat. Serangan itu berakhir tragis bagi Belanda, hanya 70 serdadu yang kembali hidup-hidup, Jacob Gruys sendiri juga tewas, begitu pula 2 kapten dan 5 letnan.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Wakil Ketua PK KNPI Kuranji
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »