PRIBAHASA ini agaknya cocok dialamatkan kepada mantan Walikota Padang Fauzi Bahar. Pribahasa tersebut bermakna kebaikan yang banyak hilang karen kesalahan yang sedikit saja.
Betapa tidak, sebelum tragedi 17 Januari 2014, boleh dikata Fuazi Bahar merupakan pemimpin yang dipuji-puji kalangan ormas dan tokoh Islam di daerah ini. Dia dianggap Walikota Padang yang mampu memberantas judi togel, dan maksiat lainnya. Padahal, semua orang tahu, memberantas judi togel sangat sulit dilakukan, apatah lagi 'bisnis haram' terindikasi dibacking oleh orang-orang kuat.
Fauzi Bahar juga dikenal dengan program jilbanisasinya. Semua pegawai Pemerintah Kota Padang dan siswi sekolah yang ada di Ranah Bingkuang wajib berbusana muslim bagi yang beragama Islam. Fauzi Bahar mengeluarkan Instruksi Walikota Padang nomor: 451.422/Binsos-iii/2005 yang ditetapkan tanggal 7 Maret 2005.
Instruksi Walikota itu berisi 12 poin. Aturan busana muslim termaktub dalam poin kesepuluh, “Bagi Murid/Siswa SD/MI,SLTP/MTS dan SLTA/SMK/MA se Kota Padang diwajibkan berpakaian Muslim/Muslimah yang beragama Islam dan bagi non Muslim dianjutkan menyesuaikan pakaian (memakai baju kurung bagi Perempuan dan memakai celana panjang bagi laki-laki)”.
Gara-gara mewajibkan pakaian muslim ini, Fauzi Bahar dianggap pro syariah. Protes pun datang dari penggiat demokrasi dan HAM yang menganggap Instruksi Walikota Padang nomor: 451.422/Binsos-iii/2005 tersebut telah menciderai HAM dan demokrasi. Protes juga datang dari negeri yang nun jauh di ujung Eropa sana, yaitu dari Ratu Elizabeth II, Ratu Kerajaan Inggris Raya.
Fauzi juga terkenal kerena subuh mubarakah yang dia gagas. Wirid remaja dihidupkan kembali. Dalam suatu wawancara dengan sosok yang satu ini, dia berkata, "Saya tidak membangun fisik dulu, tetapi membangun karakter warga kota agar kembali kepada agama dan budayanya. Manfaatnya akan terasa 15 tahun yang akan datang, bukan sekarang."
Sampai tragedi tanggal 17 Januari 2014 itu tiba. Berawal dari penolakan investasi dan pembangunan Super Blok Lippo Group atau Rumah Sakit Siloam, pada hari Senin, pada saat perpisahan dengan warganya, sebagai tanda akan mengakhiri jabatan Walikota Padang, Fauzi Bahar didemo besar-besaran oleh orang-orang yang mengatasnamakan umat Islam.
Demo yang diduga kuat diboncengi oleh kepentingan bisnis tertentu, walau berkali-kali dibantah pihak pendemo, berangkat dari Kantor Gubernur Sumbar menuju kediaman Walikota Padang di jalan A Yani No. 11 Padang. Fauzi Bahar pun menuding bahwa dibalik pendemo ada agenda partai tertentu yang merupakan koalisinya pada masa jabatan Walikota Padang kedua kalinya. Sekian jengkelnya karena tau siapa otak dibalik demo itu, dalam orasi dia dianggap mengeluarkan kata-kata tak pantas.
Maka digelarilah dia dengan embel-embel Walikota Pacaruik. Mungkin sekali itu dia mengeluarkan kata-kata kotor - dan yang menudingnya pun mungkin lebih sering menggunakan kata-kata yang lebih kotor dari itu - tapi dia sudah dicap sebagai "WALIKOTA PACARUIK." Stigma negetif yang dilekatkan kepadanya dan itu selalu menjadi bahan lucu yang diulang-ulang oleh pembenci dan lawan politiknya.
Oh Fauzi Bahar, nasib mu sungguh tragis, ketiban sial diakhir masa jabatan..... .....
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua PK KNPI Kuranji
Betapa tidak, sebelum tragedi 17 Januari 2014, boleh dikata Fuazi Bahar merupakan pemimpin yang dipuji-puji kalangan ormas dan tokoh Islam di daerah ini. Dia dianggap Walikota Padang yang mampu memberantas judi togel, dan maksiat lainnya. Padahal, semua orang tahu, memberantas judi togel sangat sulit dilakukan, apatah lagi 'bisnis haram' terindikasi dibacking oleh orang-orang kuat.
Fauzi Bahar mampu mengumpulkan dan memberdayakan zakat selama memimpin Kota Padang. Bahkan Ia mendapatkan penghargaan dari Indonesia Magnifience of Zakat (IMZ) dalam IMZ Award 2011. Kategori penghargaan yang diterimanya adalah Indonesian Zakat Development Figure, atas prestasinya yang telah mengumpulkan zakat sebanyak Rp 15 miliar dalam satu tahun. Prestasi yang sampai saat ini sangat dirasakan manfaatnya oleh kalangan dhuafa di daerah ini.
Fauzi Bahar juga dikenal dengan program jilbanisasinya. Semua pegawai Pemerintah Kota Padang dan siswi sekolah yang ada di Ranah Bingkuang wajib berbusana muslim bagi yang beragama Islam. Fauzi Bahar mengeluarkan Instruksi Walikota Padang nomor: 451.422/Binsos-iii/2005 yang ditetapkan tanggal 7 Maret 2005.
Instruksi Walikota itu berisi 12 poin. Aturan busana muslim termaktub dalam poin kesepuluh, “Bagi Murid/Siswa SD/MI,SLTP/MTS dan SLTA/SMK/MA se Kota Padang diwajibkan berpakaian Muslim/Muslimah yang beragama Islam dan bagi non Muslim dianjutkan menyesuaikan pakaian (memakai baju kurung bagi Perempuan dan memakai celana panjang bagi laki-laki)”.
Gara-gara mewajibkan pakaian muslim ini, Fauzi Bahar dianggap pro syariah. Protes pun datang dari penggiat demokrasi dan HAM yang menganggap Instruksi Walikota Padang nomor: 451.422/Binsos-iii/2005 tersebut telah menciderai HAM dan demokrasi. Protes juga datang dari negeri yang nun jauh di ujung Eropa sana, yaitu dari Ratu Elizabeth II, Ratu Kerajaan Inggris Raya.
Fauzi juga terkenal kerena subuh mubarakah yang dia gagas. Wirid remaja dihidupkan kembali. Dalam suatu wawancara dengan sosok yang satu ini, dia berkata, "Saya tidak membangun fisik dulu, tetapi membangun karakter warga kota agar kembali kepada agama dan budayanya. Manfaatnya akan terasa 15 tahun yang akan datang, bukan sekarang."
Sampai tragedi tanggal 17 Januari 2014 itu tiba. Berawal dari penolakan investasi dan pembangunan Super Blok Lippo Group atau Rumah Sakit Siloam, pada hari Senin, pada saat perpisahan dengan warganya, sebagai tanda akan mengakhiri jabatan Walikota Padang, Fauzi Bahar didemo besar-besaran oleh orang-orang yang mengatasnamakan umat Islam.
Demo yang diduga kuat diboncengi oleh kepentingan bisnis tertentu, walau berkali-kali dibantah pihak pendemo, berangkat dari Kantor Gubernur Sumbar menuju kediaman Walikota Padang di jalan A Yani No. 11 Padang. Fauzi Bahar pun menuding bahwa dibalik pendemo ada agenda partai tertentu yang merupakan koalisinya pada masa jabatan Walikota Padang kedua kalinya. Sekian jengkelnya karena tau siapa otak dibalik demo itu, dalam orasi dia dianggap mengeluarkan kata-kata tak pantas.
Maka digelarilah dia dengan embel-embel Walikota Pacaruik. Mungkin sekali itu dia mengeluarkan kata-kata kotor - dan yang menudingnya pun mungkin lebih sering menggunakan kata-kata yang lebih kotor dari itu - tapi dia sudah dicap sebagai "WALIKOTA PACARUIK." Stigma negetif yang dilekatkan kepadanya dan itu selalu menjadi bahan lucu yang diulang-ulang oleh pembenci dan lawan politiknya.
Oh Fauzi Bahar, nasib mu sungguh tragis, ketiban sial diakhir masa jabatan..... .....
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua PK KNPI Kuranji
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »