Dimana Kantor Ayah ?

Dimana Kantor Ayah ?
SHOHWATUL Islah itulah nama gadis cantik ini. Terlahir dari keluarga yang agamis, membuat gaya hidupnya sangat Islamis. Sebagian orang mungkin tidak tahu, siapa dirinya sebenarnya. Ya, dia merupakan anak ketujuh dari H Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa dan Ny. Hj. Nevi Irwan Prayitno.

Saat ini, Shohwatul Islah terdaftar sebagai siswi di SMA Negeri 1 Padang. Ia termasuk anak yang mudah bergaul dengan teman-teman sebayanya. Walau Ia anak seorang pembesar negeri ini, namun Ia tetap tampil bersahaja. Tidak ada yang mencolok darinya, sebagai pertanda Ia anak seorang pejabat (waktu itu ayahnya Irwan Prayitno merupakan Gubernur Sumatera Barat dan maju kembali pada periode kedua pada Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Sumatera Barat 2015 berpasangan dengan H Nasrul Abit, red).

Kedua orang tuanya memang mengajarkan Ia hidup sederhana, jauh dari kemewahan sebagai anak seorang pejabat tinggi dan politisi partai besar. Sebagai anak pejabat, apatah lagi gubernur pada waktu itu, Ia bisa saja memanfaatkan semua fasilitas yang melekat pada jabatan ayahnya. Namun itu tidak membuat Ia sombong, Ia tampil sebagaimana anak kebanyakan dengan tampilan penuh kesederhanaan.
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. Al-Tahrim: 6). Amirul Mukmini Ali bin Abi Thalib ketika menafsirkan ayat ini berkata, "Kepada mereka adab dan tanamkanlah pada diri mereka kebaikan." (Tafsir Ibnu Katsir: 4/391).  

Pernah satu ketika, Ia dan teman-temannya melakukan kunjungan ke Balaikota Padang yang terletak di pusat Pemerintahan Aia Pacah. Pada saat itu, ayahnya Irwan Prayitno masih menjabat Gubernur Sumatera Barat. Kantor Walikota Padang yang baru itu terlihat mewah di matanya. Halamannya luas, di depan ada penjagaan dari security. Untuk menuju ruangan walikota, Ia dan teman-temannya harus naik lift ke lantai dua gedung mewah itu.

Sebelum memasuki ruangan kantor walikota, Ia dan teman-temannya harus melapor terlebih dahulu kepada petugas piket yang berbaju Satpol PP. Setelah itu mereka diizinkan masuk ke ruangan ajudan dan protokoler. Petugas di ruangan ini masuk dan memberitahu walikota akan kedatangan mereka. Setelah diizinkan masuk, baru bisa mereka dapat bertemu Walikota Padang Mahyeldi Anshrullah.

Di ruangan Walikota Padang tersebut Ia melihat ada tv control. Semua kondisi ruangan terpantau dari tv itu. Sewaktu berada di luar ruangan walikota, Ia memang melihat ada beberapa titik yang dipasangi kamera CCTV. Di dalam hati Ia bergumam, "Ternyata kantor walikota ini dilengkapi berbagai fasilitas, terkesan mewah dan lengkap dengan protokolernya."
Sepulang dari kunjungan itu, disaat waktu luang bersama ayah, ummi, dan saudara-saudaranya, Ia pun bertanya kepada ayahnya, "Dimana kantor ayah?" Sontak Irwan Prayitno terkejut mendengar pertanyaan putrinya itu. Betapa tidak, sejak dilantik menjadi Gubernur Sumatera Barat lima tahun silam, Irwan Prayitno tidak pernah berkantor di kantor gubernur Rumah Bagonjong, karena rusak kena gempa. Ia sempat berkantor selama tiga bulan di kantor sementara yang sempit dan pengap, persis terletak di samping Rumah Bagonjong.

Menempati kantor yang sempit dan pengap seperti itu, Irwan Prayitno tentu tidak leluasa melaksanakan tugasnya sebagai seorang gubernur. Banyak tamu yang harus dilayani, rapat pun harus digelar di ruangan itu, sementara ruangan itu hanya mampu memuat lima atau enam orang. Makanya Irwan Prayitno mengambil keputusan pindah ke rumah dinas di komplek Istana Gubernur Sumatera Barat. Semua aktivitasnya sebagai gubernur dilaksanakan di rumah dinas itu, sehingga putra-putrinya hanya tahu, ayahnya hanya berputar di sekitar rumah dinas dan Istana Gubernur. Tidak dilihatnya ayahnya pergi kekantor nan mewah dengan fasilitas serba lengkap seperti itu. Shohwatul Islah tentu menganggap itu komplek Istana Gubernuran, bukan kantor.

"Sejak mulai datang ke Padang, Ia hanya melihat saya berputar-putar di rumah, ke auditorium, ke ruang rapat istana. Jadi pantas bertanya, dimana kantor ayah?" ujar Irwan Prayitno bercerita kepada penulis.

Dan selama lima tahun itu, Shohwatul Islah melihat ayahnya sibuk siang malam, berangkat subuh, pulang malam melaksanakan tugasnya sebagai Gubernur Sumatera Barat. Tak terlihat olehnya ayahnya berkantor layaknya seorang gubernur atau walikota. Kantor yang mewah, dilengkapi berbagai fasilitas, seperti meja besar, ruangan yang dilengkapi tv control, CCTV, dan lain sebagainya.


Menjadi Gubernur Sumatera Barat pasce gempa 30 September 2009 yang menghancurkan dan meluluhlantakan Ranah Minang, membuat Irwan Prayitno tidak segera menempati kantor yang layak sesuai standar fasilitas yang disediakan untuk seorang gubernur, sebab Rumah Bagonjong juga rusak berat kena gempa. Irwan pun tak serta merta membangun kembali Rumah Bagonjong, namun dibenaknya, bangun kembali rumah masyarakat dan insfrastruktur yang rusak kena gempa, baru kemuadian dilakukan pembangunan kantor, termasuk Rumah Bagonjong.

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.
 
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Mantan Ketua Kastrat KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »