Irwan Prayitno Ustadz Politisi ?

Irwan Prayitno Ustadz Politisi ?
KATA "ustadz" sebenarnnya bukan berasal dari bahasa Arab. Ia adalah kata 'ajami (non-Arab) persisnya bahasa Parsi / Farisi / Persia (sekarang wilayah negara Iran) yang kemudian dijadikan serapan ke dalam bahasa Arab (muarrob). Asal kata dari ustadz (ﺃﺳﺘﺎﺫ) adalah ustad. Dalam kamus Al-Mu'jamul Wasith (ﺍﻟﻤﻌﺠﻢ ﺍﻟﻮﺳﻴﻂ), kata ustadz memiliki beberapa makna : 1. Guru / Pengajar, 2. Orang yang ahli dalam suatu bidang industri dan mengajarkan pada yang lain, dan 3. Gelar akademis level tinggi di universitas.  Konon, orang Islam pertama yang mendapat gelar ustadz adalah Kafur Al Ikhsyidi Al Isfirayini. Di negara Arab sendiri, istilah ustadz merujuk pada dosen / ahli / akademisi / imuwan yang memiliki keahlian di bidang tertentu.

Kata "politisi" berarti orang-orang yang menekuni hal politik. Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota). Menurut Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Politik itu erat kaitannya dengan segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.

Sebagai agama yang sempurna, Islam tidak hanya mengatur persoalan ibadah, seperti sholat, haji, qurban, zakat, shadaqah, waqaf, puasa, munakahat (hukum perkawinan), tetapi Islam juga mengatur tentang politik. Dalam kajian keislaman, dikenal istilah fiqh siasah, yaitu materi yang membahas mengenai ketatanegaraan Islam (Politik Islam). Secara bahasa Fiqh adalah mengetahui hukum-hukum Islam yang bersifat amali melalui dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan siasah adalah pemerintahan, pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan, pengurusan, dan pengawasan.

Secara terminologis dalam lisan Al-Arab, siasah adalah mengatur atau memimpin sesuatu dengan cara membawa kepada kemaslahatan. Sedangkan di dalam Al-Munjid di sebutkan, Siasah adalah membuat kemaslahatan manusia dengan membimbing mereka ke jalan yang menyelamatkan. Dan siasah adalah ilmu pemerintahan untuk mengendalikan tugas dalam negeri dan luar negeri, yaitu politik dalam negeri dan pilitik luar negeri serta kemasyarakatan, yakni mengatur kehidupan atas dasar keadilan dan istiqomah.
"Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebajikan." (An-Nur ayat 90). "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kamu sedang kamu mengetahuinya." (Al-Anfal ayat 27).

Kembali kepada pokok pembahasan, Irwan Prayitno Ustadz Politisi. Belakangan ungkapan tersebut muncul di tengah-tengah hiruk pikuk pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Gubernur (Pilkadagub) Sumatera Barat 2015 ini. Beberapa kalangan yang tidak ingin Irwan Prayitno memimpin Sumatera Barat kembali untuk periode kedua, memberikan stigma, "Irwan Prayitno Ustadz Politisi." Stigma ini diberikan tentu dengan tujuan negetif, yaitu pengambaran yang jelek, karena politisi sendiri sudah terlanjur di pandang jelek oleh umat.

Mereka menuding kepiawaian Irwan Prayitno dalam berdakwah dimanfaatkan untuk kepentingan politiknya, tidak lagi murni untuk memberikan siraman rohani kepada umat. Seakan mereka ingin mengatakan, umat Islam telah teracuni oleh dakwah-dakwah Irwan Prayitno yang mengundang simpati. Makanya Irwan Prayitno diberia lebel ustadz politisi, agar umat menjauhinya. Agar umat tidak lagi memilihnya sebagai gubernur untuk lima tahun mendatang. Padahal, isi ceramah Irwan Prayitno lebih banyak berkutat pada syahadatain, fiqh, pentingnya 'itikaf, dan jarang memberikan ceramah yang berbau politik kekinian. Dan Irwan Prayitno pun hobi berdakwah sudah sejak muda, jauh hari sebelum terjun ke dunia politik.

Merujuk pada makna kata Ustadz tadi, tidak salah memang kalau Irwan Prayitno dipanggil ustadz, karena dia memang seorang guru. Semasa kuliah dia telah menjadi guru pada bimbingan belajar (Bimbel), dan saat ini pun dia tercatat sebagai Guru Besar Bidang HRD di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jadi tidak salah orang memanggilnya ustadz dalam pengertian ini. Sebagai orang yang gemar berdakwah pun, Irwan Prayitno juga pantas dan layak dipanggil ustadz.

Jika dikatakan Irwan Prayitno adalah seorang politisi, memang benar dia adalah politisi Partai Keadilan yang saat ini menjelma menjadi Partai Keadilan Sejahtera. Karirnya di dunia politik terbilang cemerlang, sebab tiga kali periode menjadi anggota DPR RI, sebelum dilantik menjadi Gubernur Sumatera Barat pada 15 Agustus 2010. Bahkan, sempat dipercaya menjadi Ketua Komisi.

Sebagai seorang politisi Islam, tentu Irwan Prayitno sadar akan tugasnya sebagai  pemerintahan, pengambilan keputusan, pembuatan kebijaksanaan, pengurusan, dan pengawasan. Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membela kepentingan umat secara keseluruhan. Baik ketika berada di legislatif maupun ketika berada di pemerintahan. Dan orang yang mengamati perjalanan karir politiknya tentu paham akan hal ini.

Sejarah mencatat, memasuki tahun 2003, pemerintah mengumumkan kenaikkan TDL, tarif telepon, dan BBM secara serentak. Fraksi Reformasi menyatakan desakan pembatalan tiga agenda ini. Irwan Prayitno bahkan mengancam akan keluar dari DPR bersama enam orang anggota Partai Keadilan lainnya jika kenaikan tarif serentak tetap diberlakukan. Mengingat masyarakat tidak mampu menanggung beban akibat krisis, maka alternatif pembatalan adalah yang paling tepat. Ini salah satu bukti, sesuai pengertian politik atau siyasah itu, bahwa Irwan Prayitno membela kepentingan rakyat atau berusaha mewujudkan kemaslahatan umat.

Semasa menjabat Gubernur Sumatera Barat pun, Irwan Prayitno menunjukan itikad baiknya sebagai seorang pemimpin. Memimpin Sumatera Barat pasca gempa bukan suatu hal yang mudah. Negeri yang hancur, tak hanya infrastruktut jalan, jembatan, dan kantor-kantor pemerintahan yang luluh lantak dan rusak berat, tetapi lebih dari 200 ribu rumah masyarakat yang rusak terkena gempa. Tetapi dengan dana gelondongan Rp2,4 triliun dari BNPB di tangannya, bukannya pembangunan kantor yang dia utamakan, tetapi rumah-rumah masyarakat, jalan, jembatan, rumah sakit, pasar, sarana ibadah dan fasilitas publik lainnya yang dia bangun terlebih dahulu. Baru pada September 2014, dia melakukan retrofit atau penguatan dan pembangunan kembali kantor Gubernur Sumatera Barat yang dikenal dengan sebutan Rumah Bagonjong. Ini menandakan, Irwan Prayitno sebagai pemimpin yang mengutamakan kemaslahatan umat.

Gedung escape building selesai pada tahun 2012 dan diresmikan pemakaiannya pada tahun 2013, namun Irwan Prayitno tetap berkantor di Istana Gubernur, dan tidak pindah ke gedung escape building nan mewah itu. Lagi-lagi Irwan Prayitno menunjukan jiwa kepemimpinannya, dia menginstruksikan beberapa biro yang berkantor di aula untuk pindah ke ruangannya di gedung escape building. Irwan Prayitno tidak tega melihat anak buahnya bekerja di aula yang tak layak, sementara dirinya berkantor di kantor mewah yang serba lengkap fasilitasnya.

Akal sehat mengatakan, Irwan Prayitno melakukan semua ini bukan karena pencitraan, tetapi murni karena panggilan jiwa sebagai politisi yang memahami ajaran agamanya secara komprehensif, dimana kemaslahatan umat dan anak buah harus didahulukan ketimbang untuk kepentingan diri sendiri. Dan semuanya terserah Anda, apakah Anda akan termakan issu tak sedap yang sengaja dihembuskan saat pilgub digelar, atau Anda cerdas dalam melihat persoalan.
"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api Neraka." (QS.Hud ayat 113). Dan pesan Rasulullah saw, "Sesungguhnya sejahat-jahat pemimpin adalah pemimpin yang zalim. Maka janganlah kamu termasuk daripada golongan mereka." (HR.Muttafaq'alaih).

Kita patut bertanya bagi orang-orang yang mencoba memisahkan Islam dengan Politik, apa tujuan mereka ? Sebab, Islam dan politik atau siasah tidak bisa dipisahkan. Perkara pertama yang dibahas sepeninggal Rasulullah saw adalah perkara politik di Saqifah Bani Sa'adah. Dan mazhab-mazhab yang dianut umat Islam sekarang, apakah itu mazhab yang berafiliasi kepada Sunni maupun Syiah, pada dasarnya adalah mazhab politik. Dan salah satu agenda terbesar Barat saat ini adalah memecah belah umat Islam dan menjadikan Islam agama yang tidak berbicara politik. Padahal, jika kita membaca kitab-kitab fiqh dari mazhab mana pun, akan kita temui para ulama membahas pilitik secara panjang lebar. Dan dalam buku-buku fiqh standar yang dikarang ulama Indonesia pun, bab politik itu ditarok pada bagian akhir dengan judul Bab Imamah atau Imarah. Berarti, politik adalah bagian dari ajaran Islam.

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang / Alumnus Jinayah Siasah IAIN Imam Bonjol Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »