SAYA secara langsung ketemu, bicara, diskusi dengan sosok Prof DR H Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, Psi, Msc, mungkin relatif baru. Sebagai rakyat Sumbar, sudah pasti saya sangat tahu dengan pak Irwan Prayitno, karena beliau adalah Gubernur kami.
Selama ini saya tidak begitu "kenal" dengan beliau, bahkan ada nada-nada dan irama-irama sumbang dari beberapa orang terhadap kepribadian beliau. Jujur, saya juga agak terpengaruh. Keterpengaruhan ini bukan tak beralasan, sebab yang bicara kepada saya bukanlah orang-orang sembarangan, tetapi adalah tokoh-tokoh Sumbar yang saya hormati. Tak adil, memang, karena saya hanya mendengar sepihak.
Selama ini saya tidak begitu "kenal" dengan beliau, bahkan ada nada-nada dan irama-irama sumbang dari beberapa orang terhadap kepribadian beliau. Jujur, saya juga agak terpengaruh. Keterpengaruhan ini bukan tak beralasan, sebab yang bicara kepada saya bukanlah orang-orang sembarangan, tetapi adalah tokoh-tokoh Sumbar yang saya hormati. Tak adil, memang, karena saya hanya mendengar sepihak.
Namun dalam beberapa waktu belakangan ini, setelah instens berkomunikasi dengan beliau, saya terkesima denga sifat-sifat beliau yang jujur yang harus saya akui, jarang ditemukan dari berbagai pembesar negeri. Apa yang selama ini saya dengar, ternyata bertolak belakang dengan apa yang ada. Ternyata seorang Irwan Prayitno adalah karakter orang yang tawadhu'.
Karakter positif orang beriman antara lain adalah tawadhu' (rendah hati). Pak Irwan Prayitno tidak menganggap dirinya hebat dan memandang sebelah mata orang lain. Tawadhu' adalah amalan hati yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, tak mudah patah hati bila tak dipuji dan pandai memelihara hatinya, cermat dan bersungguh-sungguh mendengar pendapat orang lain, pandai berterima kasih dan mengucapkan terima kasih, terbiasa menghargai pendapat, upaya, jerih payah, karya orang lain atau mitra kerjanya, tidak pendendam dan berperilaku pemaaf.
Bagi saya, Pak IP tidak mau mengklaim suatu sukses sebagai miliknya, walau besar andil dan perannya. Keberhasilan kerja bagi beliau tidaklah dinilai dari pujian dan penghargaan yang diraih. Saya melihat, pak IP akan terus bekerja, berkarya dan tidak berhenti dengan atau tanpa pujian atau penghargaan dari manapun jua. Beliau-pun tidak menganggap dirinya paling berperan atau berjasa dalam suatu amal usaha.
Bagi saya, Pak IP tidak mau mengklaim suatu sukses sebagai miliknya, walau besar andil dan perannya. Keberhasilan kerja bagi beliau tidaklah dinilai dari pujian dan penghargaan yang diraih. Saya melihat, pak IP akan terus bekerja, berkarya dan tidak berhenti dengan atau tanpa pujian atau penghargaan dari manapun jua. Beliau-pun tidak menganggap dirinya paling berperan atau berjasa dalam suatu amal usaha.
Bila ada orang memujinya, ia menyebut itu semata-mata berkat pertolongan Allah dan kerjasama semua pihak. Beliau tidak ingin menyakiti hati mitra kerjanya, teman-temannya, sahabat-sahabatnya. Sungguh suatu suri tauladan yang nyata tentang tawadhu'. Seorang IP dengan Pribadi tawadhu'-nya, tak akan jera mengukir prestasi dan memancangkan asa demi kemuliaan hakiki semata-mata demi keridhoan Allah semata.
Pak IP terjauh dari sifat tinggi hati, sombong dan takabur. Pribadi yg tinggi hati selalu meremehkan orang lain, jarang memberikan apresiasi terhadap karya orang lain, serta enggan mengucapkan terima kasih, apalagi meminta maaf bila bersalah.
Al Quran mencela orang yang menganggap dirinya paling benar dan suci, orang lain bersalah dan berdosa. Menjadi pribadi yang tawadhu' tidak menjadikan seseorang hina di mata orang lain. Allah SWT sendiri yang akan mengangkat derajatnya.
Rasulullah saw., bersabda, "Tidaklah seseorang itu bersikap tawadhu' kepada Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya." (HR Muslim)."
Selamat berjuang... Semoga sukses selalu buat pak IP. In Sha Allah. Amin.
Ditulis Oleh:
Jasman
Warga Kota Padang
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »