Pendakwah yang Tak Pernah Mengecap Pendidikan Madrasah

Pendakwah yang Tak Pernah Mengecap Pendidikan Madrasah
SECARA formal, Prof DR H Irwan Prayitno, Psi, MSc., Datuk Rajo Bandaro Basa tidak pernah mengecap pendidikan madrasah atau pesantren. Dia pun tidak pernah menimba ilmu di perguruan tinggi Islam. Namun sejak kecil, dididik dengan nilai-nilai keislaman oleh kedua orang tuanya. Didikan langsung kedua orang tuanya ini tak hanya diberikan secara teoritis, tetapi langsung pada tahapan aplikatif dalam lingkungan keluarga yang islamis. Ayahandanya Djamarul Djamal merupakan dosen Fakultas Syariah dan ibundanya Sudarni Sayuti adalah dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang.
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim ayat 6). "Hai anakku dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah atas apa-apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah urusan yang di utamakan." (QS. Luqman ayat 17).

Kedua orang tuanya menjadikan lingkungan keluaga sebagai pesantren tempat Irwan Prayitno menimba ilmu agama. Mulai dari bangun tidur sebelum subuh sampai tidur kembali, Irwan Prayitno kecil ditanamkan aqidah dan nilai-nilai agama Islam. Irwan Prayitno diperkenalkan dengan baca tulis al Quran, bahkan Irwan Prayitno kecil tidak bisa tidur sebelum membaca atau dibacakan al Quran. Pada kelas II SD, Irwan Prayitno sudah lancar membaca al Quran. Setelah besar, Irwan Prayitno termasuk pemimpin yang hafidz al Quran.

Irwan Prayitno diperkenalkan tata cara sholat, dan terkadang disuruh menjadi imam dalam sholat. Dia diperkenalkan dengan sosok Rasulullah saw dan para sahabat melalui cerita langsung kedua orang tuanya maupun melalui buku-buku yang dipasok oleh ibundanya. Sang ibunda selalu membelikan buku-buku agama untuk Irwan Prayitno kecil dan adik-adiknya. Selain sholat wajib, membaca al Quran, Irwan Prayitno pun dididik untuk terbiasa puasa sunnah Senin-Kamis. Irwan Prayitno juga dibiasakan sholat dhuha dan sholat tahajud.

Sungguh beruntung Irwan Prayitno dan adik-adiknya memiliki kedua orang tua yang paham ajaran agama, bahkan keduanya seorang pendidik di IAIN Imam Bonjol Padang. Kedua orang tuanya merupakan dosen yang disegani mahasiswanya karena ketinggian ilmu mereka. Penulis sendiri termasuk salah seorang mahasiswa dari Drs. Djamarul Djamal, SH. Selama menjadi mahasiswa beliau, penulis terbilang mahasiswa yang 'agak nakal". Namun dengan penuh kesabaran, beliau menuntun penulis, sehingga pada mata kuliah yang beliau ajarkan, penulis memperoleh nilai A.

Berbekal ilmu agama yang diperoleh dari kedua orang tuanya, Irwan Prayitno berniat dan bercita-cita menjadi pendakwah demi kejayaan Islam. Ketika menempuh pendidikan setingkat SMP dan SMA, Irwan Prayitno sudah mahir memberikan kultum (kuliah tujuh menit) dihadapan guru dan murid-murid lainnya. Sebagai pelajar, Irwan Prayitno terbilang pelajar yang pintar. Ketika tamat SD, SMP, dan SMA, Irwan Prayitno selalu menjadi juara umum.

Ketika menjadi mahasiswa pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Irwan Prayitno terlibat aktif berdakwah di mesjid. Tak hanya itu, Irwan Prayitno juga bergabung dalam keanggotaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Saking cintanya kepada HMI, Irwan Prayitno memilih tinggal di asrama HMI Sunan Giri Rawamangun, Jakarta. Irwan Prayitno pun pernah dipercaya sebagai Ketua HMI Komisariat Fakultas Psikologi UI (1984-1986).

Namun dalam perjalanan Irwan Prayitno kecewa ketika HMI dalam kongres di Padang pada tahun 1983, memilih berkompromi dengan Orde Baru, yaitu menerima asas tunggal Pancasila. Memang saat itu, rezim Soeharto tengah aktif melibas gerakan Islam. Semua organisasi kemahasiswaan dipaksa menerima asas tunggal Pancasila, termasuk HMI. Irwan Prayitno tidak sependapat dengan hasil kongres dan memilih keluar daeri HMI.
Selanjutnya Irwan Prayitno memfokuskan aktivitas dengan mengajar dan berdakwah. Untuk meneruskan perjuangan, Irwan Prayitno dan teman-teman yang seide dengannya ke mesjid di kampus-kampus. Cara itu dipandang paling baik untuk mengaktualkan potensi mahasiswa guna memperjuangkan Islam. Dan Irwan Prayitno jadi sering bepergian ke beragam kampus untuk menyampaikan ceramah dan membangun jaringan.

Setelah jaringan dirasa kuat, Irwan Prayitno dan teman-temannya membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) pada tanggal 29 Maret 1998. Dan kemudian KAMMI mendeklarasikan berdirinya Partai Keadilan (PK) pada tanggal 9 Agustus 1998 di lapangan Mesjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Irwan Prayitno pun dipercaya menjadi Ketua PK di Malaysia, karena pada saat itu dirinya masih kuliah S3 di Universitas Putra Malaysia (UPM). Di bawah pimpinan Irwan Prayitno, PK Malaysia mampu mendapatkan dukungan yang menggembirakan pada pemilu 1999. Dan Irwan Prayitno pun diberi amanah duduk di DPR RI, tempat ia kemudian dipercaya menjadi Ketua Komisi VIII.

Irwan Prayitno diberi amanah sebagai anggota DPR RI tiga kali periode. Di tengah kesibukannya sebagai anggota dewan, Irwan Prayitno tak lupa dengan niat awal dan cita-citanya dalam berdakwah demi tegaknya Islam. Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur Sumatera Barat 2010, Irwan Prayitno terpilih. Walau sudah mengemban amanah sebagai Gubernur Sumatera Barat bukan halangan bagi Irwan Prayitno untuk tetap berdakwah.

Irwan Prayitno tetap menunaikan dakwah selama menjabat sebagai gubernur. Dua kali sebulan setiap jumat pagi, ia mengisi wirid mingguan yang diikuti jajaran pegawai Pemprov Sumatera Barat. Kegiatan wirid dipusatkan di Masjid Raya Sumatera Barat sejak awal tahun 2012, meskipun saat itu penggunaan masjid belum diresmikan. Ia pun mengisi tausiah dalam kunjungan ke instansi-instansi pemerintah. Irwan Prayitno pun sering diundang sebagai penceramah, khatib Jum'at, khatib Idul Fitri, khatib Idul Adha, dan memberikan khotbah nikah. 

Ceramah agama yang disampaikan Irwan Prayitno pun sudah pula dicetak dalam bentuk vidio CD sebanyak 200 judul. Tak hanya itu, Irwan Prayitno pun menulis beberapa buku yang berthemakan keagamaan, yaitu: Ma'na Asy-Syahaadatain, Ma'rifatullah, Ma'rifah Ar-Rasul, Ma'rifah Al-Islam, Ma'rifah Al-Insaan, Ma'rifah Al-Quran, Al-Ghazw Al-Fikri, Hizb Asy-Syaithaan, Qadhaayaa Ad-Da'wah Al-Ummah, Al Haq wa Al-Baathil, Takwiin Al-Ummah, At-Tarbiyah al-Islaamiyah Al-Harakiyah, Fiqh Ad-Da'wah, Membentuk Kepribadian Muslim, Kepribadian Muslim, Kepribadian Da'i, Pemuda Islam Generasi Penerus, Wanita Islam Perubah Bangsa, Da'i di Tengah Kegalauan Politik, dan Pemikiran Menuju Masyarakat Madani.

Bagi Irwan Prayitno, tujuan berdakwah bukan saja sebagai syiar agama, akan tapi bagaimana dakwah tersebut mampu mengubah seseorang untuk menjadi lebih baik. Karena itu perlu dakwah yang terus menerus dan berkesinambungan dengan pelajaran secara bertahap, sehingga makna perjuangan dakwah itu menjadi suatu berkah dan memiliki hikmah bagi setiap orang yang mendengarkan.

Selama lima tahun menjabat Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno berkomitmen terhadap pembangunan nilai-nilai keagamaan di daerah ini. Ada banyak persoalan yang mampu diredam atau diperbaiki dengan pembangunan nilai-nilai keagamaan ini antara lain, konflik yang terjadi antar kampung dan nagari, persoalan kebiasaan dan perbedaan budaya masing-masing daerah maupun persoalan yang tumbuh karena kurangnya nilai-nilai agama pada masyarakat tersebut.
"Dan hendakklah ada di antaramu segolongan umat yang mengajak (manusia) kepada kebaikan), menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran ayat 104). "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. At-Taubah ayat 71).

Wallahu A'lam Bishawab, dan hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Mantan Ketua Bidang Kajian Strategis (Kastrat) KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »