JARANG seorang psikolog yang terjun ke dunia politik, apatah lagi menjadi kepala daerah. Kebanyakan dari mereka lebih memilih mengabdikan ilmu sebagai psikologi klinis, psikolog pendidikan, dan psikolog industri. Sehari-hari mereka berkutat dengan tingkah laku dan proses mental manusia, menyelidiki penyebab gejala psikologi dari sisi non-medis seperti pola asuh, susunan keluarga, tumbuh kembang masa kanak-kanak hingga dewasa, dan pengaruh lingkungan sosial. Tugas pokok seorang psikolog adalah sebagai ahli konseling.
Dalam kajian psikologi politik, menurut Harold Lasswell melalui bukunya Psychopathology and Politic, motivasi orang yang terjun ke dunia politik tak lain karena dorongan untuk memuaskan konflik personalitas dalam kehidupan pribadinya. Dengan memasuki dunia yang satu ini, ia dimungkinkan mengatasnamakan perilaku neurotiknya pada kepentingan umum. Psikologi politik atau psikopolitik mungkin karena beban pendekatan psikologisnya, tidak dapat melepaskan diri dari telaah yang mendasarkan pada tipologi kepribadian para pemimpin.
Dalam kajian psikologi politik, menurut Harold Lasswell melalui bukunya Psychopathology and Politic, motivasi orang yang terjun ke dunia politik tak lain karena dorongan untuk memuaskan konflik personalitas dalam kehidupan pribadinya. Dengan memasuki dunia yang satu ini, ia dimungkinkan mengatasnamakan perilaku neurotiknya pada kepentingan umum. Psikologi politik atau psikopolitik mungkin karena beban pendekatan psikologisnya, tidak dapat melepaskan diri dari telaah yang mendasarkan pada tipologi kepribadian para pemimpin.
"Agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap." (Imam Al Ghazali).
Sebagai seorang psikolog, kehidupan awal Prof DR H Irwan Prayitno, Psi, MSc., Datuk Rajo Bandaro Basa tidak pernah menyentuh dunia politik. Sejak tahun 1982, Irwan Prayitno menjadi guru beberapa SMA swasta di Jakarta. Ia juga menggeluti bisnis buku dan pakaian jadi. Setelah menamatkan kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada tahun 1988, Irwan Prayitno merambah ke dunia konselor. Beberapa lembaga psikologi dia kuasai, sampai menjadi psikolog di Kota Padang.
Kiprah Irwan Prayitno selanjutnya adalah sebagai konsultan Human Resource Development (HRD) di beberapa perusahaan sejak tahun 1988 hingga tahun 1995. Pekerjaan itu dilakukannya dengan paruh waktu (part time). Irwan Prayitno bisa membaga waktunya, antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Namun demikian, aktivitas dakwah yang sudah dilakoninya semenjak kuliah tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Bagi Irwan Prayitno, menggeluti dunia dakwah merupakan niat dan cita-cita yang suda tertanam sejak lama. Keyakinannya, sekecil apapun modal untuk langkah awal, bila dilandasi dengan nawaitu demi menggapai Islam kafah, Insya Allah akan menjadi besar. Dan keyakinan itu pula yang mendorong semangatnya bersama teman-temannya membangun lembaga pendidikan Adzkia yang artinya kecerdasan, sehingga menjadi sebuah perguruan Islam yang besar seperti saat ini. Untuk mencapai cita-cita berdakwah untuk kejayaan Islam, tak hanya Adzkia yang didirikan, tetapi juga Yayasan Al Madani untuk dakwah sosial.
Terjun ke dunia politik pun, niat Irwan Prayitno adalah untuk berdakwah. Sebab, mustahil kemaslahatan akan tercapai tanpa kekuasaan ditangan. Bagi Irwan Prayitno, berjuang di kancah politik untuk mewujudkan masyarakat madani, baik secara struktural maupun kultural, sebagai bagian dari dakwah dalam maknanya yang historik, positif dan obyektif bagi umat Islam dalam bingkai NKRI.
Melalui persinggungannya dengan pergerakan tarbiah, Irwan Prayitno menunjukkan perhatiannya dalam politik. Irwan Prayitno termasuk orang yang membidani lahirnya Partai Keadilan (PK). Partai Keadilan dideklarasikan di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, pada 20 Juli 1998. Irwan Prayitno ditunjuk sebagai Ketua Perwakilan PK di Malaysia. Pada pemilu tahun 1999, Irwan Prayitno dicalonkan sebagai calon anggota DPR RI mewakili Sumatera Barat, dan terpilih sebagai wakil rakyat.
Irwan Prayitno tercatat tiga kali periode menjadi anggota DPR RI. Selama di DPR RI, ia tercatat pernah menjabat Ketua Komisi VIII (1999-2004), Ketua Komisi X (2006-2009), dan Ketua Fraksi PKS (2005-2009). Pada pemilukada Sumatera Barat tahun 2005, Irwan Prayitno maju sebagai calon Gubernur Sumatera Barat, namun tidak terpilih. Pada pemilukada 2010, Irwan Prayitno maju kembali dan dipercaya rakyat menjadi Gubernur Sumatera Barat untuk masa bhakti 2010-2015. Dan pada pemilukada 2015 ini, Irwan Prayitno kembali maju sebagai calon Gubernur Sumatera Barat berpasangan dengan Nasrul Abit, mantan Bupati Pesisir Selatan.
Menurut Siti Rusdiana, jarang seorang psikolog terjun ke dunia politik, apatah lagi menjadi kepala daerah. Hal itu diungkapkannya ketika menghadiri peluncuran buku "Irwan Prayitno di Mata Awak (Media Cetak dan Media Online) di Hotel Mercure, Rabu pagi (11/11/2015). Secara kebetulan Siti Rusdiana Rusad bersama suaminya menginap di hotel tersebut.
Ia tertarik untuk melihat peluncuran buku tersebut. Setelah membaca buku itu, Siti Rusdiana baru mengetahui kalau Prof DR H Irwan Prayitno, Psi, MSc merupakan lulusan psikologi UI dan pernah menjadi konselor. “Jarang lulusan psikologi yang dapat menjabat seorang kepala daerah. Ini tentunya dapat menjadi sebuah referinsi bagi para psikolog lainnya. Di dalam buku ini juga banyak hal menarik yang dapat dilihat tentang seorang Irwan Prayitno sebagai orang yang pernah menjabat Gubernur Sumatera Barat dan maju kembali dalam pemilukada tahun ini, ” ungkapnya.
Sejak tahun 1999 sampai sekarang Irwan Prayitno tercatat sebagai dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), dan pada tahun 2008 dinobatkan sebagai Guru Besar Bidang HRD (Manajemen Sumber Daya Manusia) UMJ. Sebagai seorang dosen dan psikolog, Irwan Prayitno pun banyak menulis artikel dan buku tentang psikologi. Buku-buku Irwan Prayitno yang bertemakan psikologi antara lain : Membentuk Kepribadian Muslim, Kepribadian Dai, Ajaklah Anak Bicara, Ketika Anak Marah, 24 Jam Bersama Anak, Membangun Potensi Anak, Tips Bergaul Dengan Anak, dan Anakku Penyejuk Hatiku.
Wallahu A'lam Bishawab, dan hanya Allah yang Maha Mengetahui.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Wakil Ketua PK KNPI Kuranji
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »