Setia Pada Satu Istri

Setia Pada Satu Istri
SELAMA ini, elit Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sering dituding doyan melakukan poligami. Tudingan tersebut seakan-akan berupaya memojokan partai yang lahir dari rahim Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) ini. Padahal, dalam ajaran Islam, poligami dibolehkan dan merupakan salah satu solusi dalam menghindari perbuatan zina. Namun, penentang poligami berusaha memojokan PKS dalam persoalan ini. Seakan melakukan poligami adalah perbuatan hina dan tidak berprikemanusiaan.
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah hanya satu wanita saja." (QS. An-Nisa ayat 3).

Sebelum Al-Qur'an diturunkan, tidak ada batasan untuk poligami dan banyak pria memiliki banyak sekali istri, bahkan ratusan istri. Islam menempatkan batasan maksimal sebanyak empat istri. Islam memberikan izin pria untuk menikahi dua, tiga atau empat wanita, dengan syarat bahwa ia bisa berlaku adil kepada mereka.

Banyak orang yang menggampangkan kebolehan berpoligami dalam Islam tersebut. Padahal, al-Quran adalah satu-satunya kitab agama di muka bumi ini yang menegaskan, "jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah hanya satu wanita saja." Tidak ada kitab agama lain yang memerintahkan pria untuk menikahi satu istri saja.

Tidak ada kitab suci agama lain, apakah itu Veda, Ramayana, Mahabharata, Gita, Talmud atau Bibel yang memberi pembatasan pada jumlah istri yang boleh dinikahi. Menurut kitab-kitab suci selain Islam, seseorang dapat menikahi lebih dari satu istri. Baru pada masa berikutnya para pemimpin Hindu dan Gereja Kristen membatasi jumlah istri yang boleh dinikahi menjadi satu saja.

Banyak tokoh agama Hindu, menurut kitab suci mereka, memiliki banyak istri. Raja Dashrat, ayah dari Rama, memiliki lebih dari satu istri. Krishna memiliki beberapa istri. Di masa lalu, orang-orang Kristen diizinkan menikahi istri sebanyak yang mereka inginkan, karena Bibel tidak menentukan batasan pada jumlah istri. Baru pada beberapa abad yang lalu Gereja membatasi jumlah istri menjadi satu saja.

Poligami juga diperbolehkan dalam agama Yahudi. Menurut hukum Talmud, Abraham memiliki tiga istri, dan Salomo memiliki ratusan istri. Praktek poligami terus dilakukan sampai Rabbi Gerson ben Yehudah (960 M sampai 1030 M) mengeluarkan dekrit untuk menentangnya. Masyarakat Yahudi Sephardic yang tinggal di negara-negara Muslim terus melanjutkan praktek poligami sampai akhir tahun 1950-an, dimana Undang-undang Ketua Kerabian Israel memperpanjang larangan menikahi lebih dari satu istri.
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri (mu)..." (QS. An-Nisa ayat 129).  "Siapa saja orangnya yang memiliki dua istri lalu lebih cenderung kepada salah satunya, pada hari kiamat kelak ia akan datang dalam keadaan sebagian tubuhnya miring." (HR. Abu Dawud, An-Nasa-i, At-Tirmidzi).

Menurut Prof DR H Irwan Prayitno, Psi, MSc., Datuk Rajo Bandaro Basa, poligami itu diperbolehkan dalam syariat Islam, dan dalilnya tidak usah diperdebatkan lagi. Namun realisasinya, tergantung masing-masing. Bagi yang mau dan siap, silahkan melakukannya. Tetapi di sisi lain masyarakat belum siap. Citra poligami kurang baik terutama di mata wanita. Sebagai ummat Islam yang taat semestinya bisa menerima poligami karena poligami merupakan salah satu syariat Islam. Tetapi memang, dalam realisasinya bisa jadi tidak demikian.

Irwan Prayitno termasuk politisi PKS yang mengambil sikap, "nikahilah hanya satu wanita saja," sebagaimana ditegaskan Tuhan dalam Qs. An-Nisa ayat 3 tersebut. Irwan Prayitno adalah tipikal suami yang setia kepada satu orang istri. Walau syariat Islam membolehkan poligami, tetapi Irwan Prayitno memilih hanya beristrikan satu wanita saja, yaitu Hj Nevi Zuairina, yang dinikahinya pada 20 November 1985.

Kisah pertemuan antara Irwan Prayitno dan Nevi Zuairina terbilang unik. Mereka bertemu dalam sebuah pengajian saat Irwan Prayitno menjadi ustad di pengajian kampus UI. Pada pandangan pertama tersebut, Irwan Prayitno langsung jatuh cinta kepada Nevi Zuairina. Seminggu setelah pertemuan itu, Irwan Prayitno yang sudah jatuh bangun menahan gejolak rasa, langsung menemui Nevi Zuairina dan mengajaknya menikah.

Tentu saja Nevi Zuairina merasa kaget, karena antara dia dan Irwan Prayitno belum saling kenal. Boro-boro membalas ungkapan cinta Irwan Prayitno, berbicara saja Nevi Zuairina kebingungan mencari kata-kata yang tepat. Untuk mengobati kebingungannya, Irwan Prayitno mengajak Nevi Zuairina sama-sama sholat Istikharah. Mungkin karena mendapat petunjuk Tuhan mereka tidak berpacaran, walau berkenalan dalam waktu yang singkat, mereka menikah, tak lama setelah menjalani khitbah (proses lamaran) yang betul-betul singkat, yaitu satu bulan.

Irwan Prayitno mengaku benar-benar nekat waktu itu. Betapa tidak, Irwan Prayitno saat itu belum bekerja dan masih menyandang status mahasiswa Fakultas Psikologi UI semester tiga. Irwan Prayitno buru-buru menikahi Nevi Zuairina karena ajaran Islam mengajarkan demikian. Soal rezeki, sudah diatur Tuhan. Bagi Irwan Prayitno, pernikahan itu sebuah perjuangan untuk mempertahankannya. Dari rahim Nevi Zuairina, Irwan Prayitno dikaruniai anak sepuluh orang. Sampai saat ini, Irwan Prayitno mengaku belum punya niat untuk berpoligami.
Rasulullah saw bersabda, "Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang memiliki kemapuan untuk menikah, maka menikahlah…" (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dari Umar bin Khattab ra, ia berkata, "Saya mendengar Rassulullah saw bersabda, 'Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian seperti seekor burung, pagi-pagi ia keluar dari sarangnya dalam keadaan lapar dan pulang disore hari dalam keadaan kenyang'." (HR.Ahmad dan Turmuzi).

Kecintaan Irwan Prayitno kepada istrinya, diabadikan dalam sebuah lagu yang dia ciptakan dan nyanyikan sendiri, yaitu "Kau Istriku." Lagu itu terinspirasi dari keberangkatan istrinya ke tanah suci melaksanakan ibadah umrah pada awal Ramadhan. Proses lahirnya terjadi di hari ke-9 bulan Ramadhan tahun 2013. Setelah menunaikan shalat Ashar dan membaca al Quran, terbetik di hati Gubernur untuk menuliskan suatu lirik lagu tentang istrinya di mana saat itu sang istri sudah 10 hari umrah ke tanah suci.
Wallahu A'lam Bishawab, dan hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Mantan Ketua Bidang Kajian Strategis KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »