BAGI sebagian orang yang mengenal sosok Prof DR H Irwan Prayitno, Psi, MSc, Datuk Rajo Bandaro Basa dengan baik, akan mengetahui kalau sang Datuk merupakan sosok yang tidak suka menyakiti orang lain. Irwan Prayitno adalah sosok yang murah senyum, penyabar, suka menolong, dan tidak suka melihat orang lain susah. Walau acap kali dizalimi, Irwan Prayitno lebih memilih tidak membalas dengan kezaliman yang serupa.
Allah swt memiliki maksud tertentu menciptakan umat manusia, yaitu sebagai khalifah (penguasa, pengatur) bumi dalam rangka ikhlas beribadah kepada-Nya. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan memiliki hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang mendorong manusia untuk selalu dinamis berubah ke segala arah. Dengan hawa nafsu manusia dapat memrubah dunia ke zaman modern seperti saat ini dan akan terus berkembang ke masa yang lebih modern di masa yang akan datang. Dan hawa nafsu pula jika tanpa dikendalikan sebagai pendorong kuat untuk memunculkan perbuatan-perbuatan tercela dan kerusakan-kerusakan di muka bumi.
Sebagai seorang yang paham betul ajaran agama yang dianutnya, Irwan Prayitno tidak suka menyakiti hati orang lain. Justru pada berbagai kesempatan, dalam ceramah agama yang dia sampaikan, Irwan Prayitno mengingatkan jamaah agar menjauhi perilaku iri, dengki, dan suka menyakiti orang lain, karena perbuatan tersebut dilarang Allah swt dan Rasul-Nya.
Pesan yang menyejukan tersebut kembali disampaikan Irwan Prayitno ketika memberikan pengajian kepada ibu-ibu pengajian Mushalla An-Nur Sitiung III Kabupaten Dharmasraya. Menurut Irwan Prayitno, perilaku suka menyakiti orang lain adalah perbuatan yang dibenci Allah swt dan Rasulullah saw. Untuk itu, sudah selayaknya setiap pribadi muslim untuk menjauhi perilaku tercela tersebut.
Islam sebagai agama yang rahmatal lil 'alamin, ungkap Irwan Prayitno lagi, mengajarkan umatnya akan kehalusan budi kepada sesama. Tak hanya kepada sesama manusia, kepada binatang dan tumbuh-tumbuhan pun, Islam mengajarkan umatnya adab-adab dalam memperlakukannya. Islam mengecam setiap perbuatan yang aniaya dan zalim, termasuk kepada binatang dan tumbuhan sekali pun. Demikian sempurna ajaran Islam, sehingga hal-hal terkecil pun tidak luput dari aturan agama ini.
Dengan logat yang halus, Irwan Prayitno mengatakan, bila ingin mengetahui suatu perbuatan itu menyakiti orang lain atau tidak, maka hendaknya setiap individu harus intropeksi diri sendiri, bagaimana bila dirinya yang diberlakukan seperti itu, apakah dia suka atau tidak? Sebelum memukul orang lain, hendaknya berpikir bagaimana bila dirinya yang dipukul, apakah suka menerimanya? Sebelum berbuat jahat kepada orang lain, hendaknya berpikir bagaimana bila dirinya yang dijahati orang lain, apakah suka?
Dikatakan Irwan Prayitno, sebagai pribadi agung utusan Allah swt, Nabi Muhammad saw selalu mencontohkan akhlak yang mulia kepada umatnya. Ummul Mukminin Aisyah ra menyebut akhlak Rasulullah saw adalah Al-Qur’an. Tujuan akhir dari diutusnya Nabi Muhammad saw adalah terciptanya ketentraman, kebahagian dan kesejahteraan hidup seluruh makhluk di seluruh dunia hingga akhirat.
Untuk itu, Irwan Prayitno mengajak semua orang untuk meneladani pribadi Rasulullah saw. Salah satunya adalah tidak suka menyakiti orang lain. Akhlak Rasulullah saw yang antun dan agung tersebut, harus diteladani dengan sebaik-baiknya, sehingga setiap pribadi muslim menjadi pribadi yang menjadi rahmat bagi lingkungannya, dimana pun dia tinggal.
Akhlak yang mulia menjadi karakter kuat yang ada pada diri para penganut akidah yang lurus. Maka sungguh ironis, jika ada orang yang mengaku bermanhaj dan berakidah lurus, namun ternyata akhlaknya buruk; gemar mencela, merendahkan, menghina dan suka memberi gelar-gelar buruk kepada sesama. Apatah lagi suka memfitnah dan memperlihatakan perilaku kemunafikan.
Menyakiti orang lain dapat dalam bentuk mencela dan menjatuhkan kehormatan orang lain. Perilaku ini sangat bertentangan dengan syariat Islam. Kehormatan adalah satu dari lima dasar kebutuhan primer (al kulliyaatu al khams) manusia yang dijaga keutuhannya oleh syariat. Diantaranya dengan diharamkannya perbuatan mencela dan menghina sesama. Setiap muslim adalah saudara, karenanya tidak dibenarkan sesama muslim saling mencaci, mencela, menghina dan menuduh dengan tuduhan yang bukan-bukan.
Dalam hal ini, termasuk perbuatan mencaci sesama muslim. Di antaranya adalah menyakiti, mencela, mengadu domba, menyebarkan kabar yang tidak benar, mencemarkan nama baik sehingga bisa merusak keluhuran martabat dan membuka rahasia pribadi yang tidak patut diketahui orang lain. Orang yang suka mencaci seorang muslim, semua amal kebaikan yang dilakukannya akan sia-sia.
Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus. Amin.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min, lelaki atau perempuan, tanpa adanya sesuatu -kesalahan- yang mereka lakukan, maka orang-orang yang menyakiti itu menanggung kebohongan dan dosa yang nyata." (QS. al-Ahzab ayat 58). "Seorang Muslim itu ialah orang yang kaum Muslimin lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya -yakni selamat dari kekejaman perkataan serta perbuatannya. Seorang muhajir -yang hijrah- ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah." (HR Muttafaq 'alaih).
Allah swt memiliki maksud tertentu menciptakan umat manusia, yaitu sebagai khalifah (penguasa, pengatur) bumi dalam rangka ikhlas beribadah kepada-Nya. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan memiliki hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang mendorong manusia untuk selalu dinamis berubah ke segala arah. Dengan hawa nafsu manusia dapat memrubah dunia ke zaman modern seperti saat ini dan akan terus berkembang ke masa yang lebih modern di masa yang akan datang. Dan hawa nafsu pula jika tanpa dikendalikan sebagai pendorong kuat untuk memunculkan perbuatan-perbuatan tercela dan kerusakan-kerusakan di muka bumi.
Sebagai seorang yang paham betul ajaran agama yang dianutnya, Irwan Prayitno tidak suka menyakiti hati orang lain. Justru pada berbagai kesempatan, dalam ceramah agama yang dia sampaikan, Irwan Prayitno mengingatkan jamaah agar menjauhi perilaku iri, dengki, dan suka menyakiti orang lain, karena perbuatan tersebut dilarang Allah swt dan Rasul-Nya.
Pesan yang menyejukan tersebut kembali disampaikan Irwan Prayitno ketika memberikan pengajian kepada ibu-ibu pengajian Mushalla An-Nur Sitiung III Kabupaten Dharmasraya. Menurut Irwan Prayitno, perilaku suka menyakiti orang lain adalah perbuatan yang dibenci Allah swt dan Rasulullah saw. Untuk itu, sudah selayaknya setiap pribadi muslim untuk menjauhi perilaku tercela tersebut.
Islam sebagai agama yang rahmatal lil 'alamin, ungkap Irwan Prayitno lagi, mengajarkan umatnya akan kehalusan budi kepada sesama. Tak hanya kepada sesama manusia, kepada binatang dan tumbuh-tumbuhan pun, Islam mengajarkan umatnya adab-adab dalam memperlakukannya. Islam mengecam setiap perbuatan yang aniaya dan zalim, termasuk kepada binatang dan tumbuhan sekali pun. Demikian sempurna ajaran Islam, sehingga hal-hal terkecil pun tidak luput dari aturan agama ini.
Dengan logat yang halus, Irwan Prayitno mengatakan, bila ingin mengetahui suatu perbuatan itu menyakiti orang lain atau tidak, maka hendaknya setiap individu harus intropeksi diri sendiri, bagaimana bila dirinya yang diberlakukan seperti itu, apakah dia suka atau tidak? Sebelum memukul orang lain, hendaknya berpikir bagaimana bila dirinya yang dipukul, apakah suka menerimanya? Sebelum berbuat jahat kepada orang lain, hendaknya berpikir bagaimana bila dirinya yang dijahati orang lain, apakah suka?
"Begitupun sebaliknya, bila kita suka diberi hadiah, tentulah orang lainpun sama, senang diberi hadiah oleh kita. Bila kita suka orang lain senyum dan ramah tamah kepada kita, tentu orang lainpun senang diperlakukan seperti itu oleh kita. Dengan demikian, bila semua orang meyakini dan mempraktekan ini, tentulah semuanya akan saling menjaga hak-hak orang lain, dan tidak akan menyakiti orang lain," jelas Irwan Prayitno.
Dikatakan Irwan Prayitno, sebagai pribadi agung utusan Allah swt, Nabi Muhammad saw selalu mencontohkan akhlak yang mulia kepada umatnya. Ummul Mukminin Aisyah ra menyebut akhlak Rasulullah saw adalah Al-Qur’an. Tujuan akhir dari diutusnya Nabi Muhammad saw adalah terciptanya ketentraman, kebahagian dan kesejahteraan hidup seluruh makhluk di seluruh dunia hingga akhirat.
Untuk itu, Irwan Prayitno mengajak semua orang untuk meneladani pribadi Rasulullah saw. Salah satunya adalah tidak suka menyakiti orang lain. Akhlak Rasulullah saw yang antun dan agung tersebut, harus diteladani dengan sebaik-baiknya, sehingga setiap pribadi muslim menjadi pribadi yang menjadi rahmat bagi lingkungannya, dimana pun dia tinggal.
Akhlak yang mulia menjadi karakter kuat yang ada pada diri para penganut akidah yang lurus. Maka sungguh ironis, jika ada orang yang mengaku bermanhaj dan berakidah lurus, namun ternyata akhlaknya buruk; gemar mencela, merendahkan, menghina dan suka memberi gelar-gelar buruk kepada sesama. Apatah lagi suka memfitnah dan memperlihatakan perilaku kemunafikan.
Menyakiti orang lain dapat dalam bentuk mencela dan menjatuhkan kehormatan orang lain. Perilaku ini sangat bertentangan dengan syariat Islam. Kehormatan adalah satu dari lima dasar kebutuhan primer (al kulliyaatu al khams) manusia yang dijaga keutuhannya oleh syariat. Diantaranya dengan diharamkannya perbuatan mencela dan menghina sesama. Setiap muslim adalah saudara, karenanya tidak dibenarkan sesama muslim saling mencaci, mencela, menghina dan menuduh dengan tuduhan yang bukan-bukan.
Dalam hal ini, termasuk perbuatan mencaci sesama muslim. Di antaranya adalah menyakiti, mencela, mengadu domba, menyebarkan kabar yang tidak benar, mencemarkan nama baik sehingga bisa merusak keluhuran martabat dan membuka rahasia pribadi yang tidak patut diketahui orang lain. Orang yang suka mencaci seorang muslim, semua amal kebaikan yang dilakukannya akan sia-sia.
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya’ ayat 107). "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab ayat 21). "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam ayat 4). "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh." (HR. Bukhari, Baihaqi dan Hakim).
Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus. Amin.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »