![]() |
Diskusi publik tentang pernyataan M. Riza Chalid. |
BentengSumbar.com --- Dalam rangka menjaga dan meningkatkan marwah Minangkabau, Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Pemuda-Pemudi Minang (DPW IPPMI) Sumatera Barat mengangkat diskusi publik tentang pernyataan M. Riza Chalid yang menyatakan Provinsi Sumbar sebagai Provinsi Dajjal, bertempat di Sekretariat DPW IPPMI Sumbar, Minggu (13/12/2015).
Ketua Panitia Pelaksana Devi Roszal menyatakan, kegiatan ini diikuti oleh Muspida, OKP, KNPI, Ormas, LSM, LKAAM, dan komunitas lainnya se-Sumbar yang bertujuan untuk menyatukan persepsi tentang ungkapan M. Riza Chalid tersebut.
Sementara itu, Sekretaris DPW IPPMI Sumbar, Deri Rizal menegaskan, pernyataan Riza Chalid tersebut sangat melukai hati dan perasaan masyarakat Minangkabau, baik yang tinggal di Sumatera Barat maupun di luar Sumatera Barat. Apatah lagi, masyarakat Sumatera Barat menganut prinsip, "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabbullah." Artinya, adat Minangkabau berpedoman kepada jaran Islam secara komprehensif.
Deri mendesak Riza Chalid meminta maaf kepada masyarakat Sumbar atas pernyataannya tersebut, baik di media nasional maupun media terbitan di Sumbar. Permintaaan maaf tersebut dihadapan tokoh, dan pemuda Minang, baik di Sumbar maupun di perantuan. Harus ada sikapnya nyata dari Pemerintah Sumbar, serta tokoh adat soal pernyataan M. Reza Chalid.
Tak hanya orang Minang yang tersinggung atas ucapan Riza Chalid tersebut, warga Sumbar yang bukan orang Minang juga merasa tersinggung. M. Siringo-Ringo, Ketua Presidium Badan Kerjasama Kristen, Protestan dan Khatolid Sumbar mengaku ikut tersinggung.
"Walaupun kami bukan orang Minang, tapi kami adalah rakyat Sumbar, kami juga ikut merasa tersinggung. Bahasa Dajjal yang diucapkan Reza Chalid tidak mengenakkan bagi masyarakat Sumbar, apa yang dilakukan pemuda Minang di Jakarta untuk mensomasi harus didukung. Kita sebagai orang Sumbar merasa tersinggung, pernyataan djalal sama artinya rajanya setan," cakapnya.
Sedangkan Ketum Forisemindo, Joni Azwar Pajok menentang keras ungkapan Riza Chalid tersebut. Secara ekstrim dia menanggapi, kalau dapat Reza Chalid ditembak mati saja. Ungkapan senada juga disampaikan oleh Solamuddin Rambe dari Gema Kosgoro, Adlis Jaya Putra dari Pemuda Muhammadiyah, Andika dari GMNI dan Edi Zulkarnaen dari HMI.
Menurut Abdul Azis, Ketua Kebangkitan Generasi Minangkabau, pernyataan Riza Chalid tersebut sangat menyinggung perasaan sebagai orang Minang dan meminta yang bersangkutan melakukan permintaan maaf secara terbuka di media nasional. Ia mengatakan, ada dua persoalan dalam hal ini, yakni soal freeport dan pernyataan Riza Chalid.
Dikatakannya, kekecewaan terhadap freeport tetap jalan, namun jangan sampai pernyataan Reza Chalid dikesampingkan. Pernyataan tersebut sudah melecehkan orang Minang. Riza Chalid harus meminta maaf kepada seluruh masyarakat Sumbar, agar tidak ada lagi gejolak dikemudian hari. LKAAM, MTKAM, dan tokoh masyarakat Sumbar harus peduli dengan pernyataan dari M Reza Chalid, sebab ini merupakan perendahan harkat martab orang Minang.
Sementara itu, Megy Aidillova, Humas IPPMI Sumbar mengatakan, ada 3 poin tuntutan yang disepakati bersama. Pertama, sepakat tanda tangani petisi yang dilakukan IPPMI serta Pemuda Minang di Jakarta, yaitu mendukung somasi agar Riza Chalid meminta maaf. Kedua, harus ada sikap nyata dilakukan Pemerintah Sumbar soal pernyataan Reza Chalid tersebut. Dan ketiga, komunikasi dan diskusi dengan Gubernur Sumbar, LKAAM, dan MTKAM soal pernyataan Riza Chalid. (mg)
Ketua Panitia Pelaksana Devi Roszal menyatakan, kegiatan ini diikuti oleh Muspida, OKP, KNPI, Ormas, LSM, LKAAM, dan komunitas lainnya se-Sumbar yang bertujuan untuk menyatukan persepsi tentang ungkapan M. Riza Chalid tersebut.
Sementara itu, Sekretaris DPW IPPMI Sumbar, Deri Rizal menegaskan, pernyataan Riza Chalid tersebut sangat melukai hati dan perasaan masyarakat Minangkabau, baik yang tinggal di Sumatera Barat maupun di luar Sumatera Barat. Apatah lagi, masyarakat Sumatera Barat menganut prinsip, "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabbullah." Artinya, adat Minangkabau berpedoman kepada jaran Islam secara komprehensif.
Deri mendesak Riza Chalid meminta maaf kepada masyarakat Sumbar atas pernyataannya tersebut, baik di media nasional maupun media terbitan di Sumbar. Permintaaan maaf tersebut dihadapan tokoh, dan pemuda Minang, baik di Sumbar maupun di perantuan. Harus ada sikapnya nyata dari Pemerintah Sumbar, serta tokoh adat soal pernyataan M. Reza Chalid.
Tak hanya orang Minang yang tersinggung atas ucapan Riza Chalid tersebut, warga Sumbar yang bukan orang Minang juga merasa tersinggung. M. Siringo-Ringo, Ketua Presidium Badan Kerjasama Kristen, Protestan dan Khatolid Sumbar mengaku ikut tersinggung.
"Walaupun kami bukan orang Minang, tapi kami adalah rakyat Sumbar, kami juga ikut merasa tersinggung. Bahasa Dajjal yang diucapkan Reza Chalid tidak mengenakkan bagi masyarakat Sumbar, apa yang dilakukan pemuda Minang di Jakarta untuk mensomasi harus didukung. Kita sebagai orang Sumbar merasa tersinggung, pernyataan djalal sama artinya rajanya setan," cakapnya.
Sedangkan Ketum Forisemindo, Joni Azwar Pajok menentang keras ungkapan Riza Chalid tersebut. Secara ekstrim dia menanggapi, kalau dapat Reza Chalid ditembak mati saja. Ungkapan senada juga disampaikan oleh Solamuddin Rambe dari Gema Kosgoro, Adlis Jaya Putra dari Pemuda Muhammadiyah, Andika dari GMNI dan Edi Zulkarnaen dari HMI.
Menurut Abdul Azis, Ketua Kebangkitan Generasi Minangkabau, pernyataan Riza Chalid tersebut sangat menyinggung perasaan sebagai orang Minang dan meminta yang bersangkutan melakukan permintaan maaf secara terbuka di media nasional. Ia mengatakan, ada dua persoalan dalam hal ini, yakni soal freeport dan pernyataan Riza Chalid.
Dikatakannya, kekecewaan terhadap freeport tetap jalan, namun jangan sampai pernyataan Reza Chalid dikesampingkan. Pernyataan tersebut sudah melecehkan orang Minang. Riza Chalid harus meminta maaf kepada seluruh masyarakat Sumbar, agar tidak ada lagi gejolak dikemudian hari. LKAAM, MTKAM, dan tokoh masyarakat Sumbar harus peduli dengan pernyataan dari M Reza Chalid, sebab ini merupakan perendahan harkat martab orang Minang.
Sementara itu, Megy Aidillova, Humas IPPMI Sumbar mengatakan, ada 3 poin tuntutan yang disepakati bersama. Pertama, sepakat tanda tangani petisi yang dilakukan IPPMI serta Pemuda Minang di Jakarta, yaitu mendukung somasi agar Riza Chalid meminta maaf. Kedua, harus ada sikap nyata dilakukan Pemerintah Sumbar soal pernyataan Reza Chalid tersebut. Dan ketiga, komunikasi dan diskusi dengan Gubernur Sumbar, LKAAM, dan MTKAM soal pernyataan Riza Chalid. (mg)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »