![]() |
Marzuki Onmar. |
SORE tadi, telepon seluler penulis berdering. Seorang tokoh masyarakat Pauh Basa Si Ampek Baleh menelpon penulis. Dia mengajak penulis untuk bertemu dan berdiskusi seputar permasalahan Kota Padang. Kami sepakat untuk bertemu di sebuah restoran kecil, sembari menikmati kopi panas, untuk mengusir kegalauan dan hawa dingin yang menyelimuti Ranah Bingkuang pasca hujan lebat yang mengguyur kota ini dan menyebabkan banjir terparah sepanjang sejarah.
Dia adalah Marzuki Onmar, mantan Pejabat Bupati Solok Selatan. Sudah lama juga penulis tidak berdiskusi lepas dengan pamong senior Sumatera Barat ini. Terakhir kami, bertemu di acara syukuran Anak Nagari atas terpilihnya Prof DR H Irwan Prayitno, PSi, M. Sc Datuk Rajo Bandaro Basa sebagai Gubernur Sumatera Barat. Pertemuan yang hanya sekedar tegur sapa dan bersalaman.
Sebagai tokoh masyarakat Pauh Basa Si Ampek Beleh yang sudah berumur, tentu Marzuki Onmar adalah tempat bertanya dan berdiskusi yang tepat bagi sebagian besar Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh. Asam garam kehidupan, dan pengalamannya di pemerintahan merupakan ilmu yang tak habis-habisnya ditimba. Dengan da Maron, demikian ia akrab disapa, diskusi tak perlu formal, bahasa yang digunakan pun adalah bahasa Minang dengan logat Kuranji.
Thema diskusi, sedari awal sudah penulis duga. Da Maron merasa risih melihat 'perang urat saraf' di dunia maya, antara Anak Nagari yang memposisikan diri sebagai pendukung 'fanatik' Wakil Walikota Emzalmi Zaini dengan pendukung Walikota Mahyeldi Ansharullah. Awalnya da Maron mengaku hanya mengikuti dan menikmati, karena masih dalam tahap sindiran halus. Namun, setelah dia cermati, perlu dia memberikan saran dan pemikiran.
Da Maron mengatakan, kepemimpinan Mahyeldi - Emzalmi Zaini mutlak harus dikawal Anak Nagari sampai berakhir masa jabatan mereka. "Kenapa mutlak?" tanya penulis. Ia pun menjelaskan, bagaimana pun, semua orang tahu, terutama publik Kota Padang, kemenangan Mahyeldi-Emzalmi berkat dukungan Anak Nagari. Mustahil mereka memenangkan pilkada Kota Padang, tanpa dukungan itu.
Adinda harus memahami, jelas da Maron, pada pilkada Kota Padang kemaren itu, pasangan Mahyeldi-Emzalmi menang hanya diempat kecamatan yang secara wilayah adat, memiliki ikatan yang sama, yaitu Basa Pauh Si Ampek Belah. Ini artinya, mereka memenangkan pilkada karena dukungan penuh dari Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Beleh. Maka sudah menjadi tanggungjawab moral dari Anak Nagari Pauh Basa Ampek Baleh mensukseskan kepemimpinan mereka.
Jika mereka gagal, ujar da Maron, maka yang malu bukan partai politik pengusung saja, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) atau Partai Persatuan Pembangunan (PPP) atau yang lebih dominan memegang peranan saat ini adalah PKS, tetapi juga Anak Nagari Pauh Basa Ampek Baleh. Untuk itulah, kenapa Anak Nagari harus mengawal kepemimpinan mereka.
Menurut da Maron, kepemimpinan Mahyeldi-Emzalmi saling melengkapi, saling isi mengisi. Mahyeldi sebagai seorang walikota yang berasal dari partai politik, dan Emzalmi Zaini yang berlatar birokrat murni. Walau pun peran Emzalmi Zaini selama ini kerap tidak terekspost ke publik, tetapi orang tahu bahwa otak pembangunan Kota Padang adalah Emzalmi Zaini, karena dia punya konsep yang jelas, sesuai pengalaman yang dia miliki selama menjadi birokrat, dia memahami permasalahan kota ini dengan rinci, dan tahu solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
"Saya memahami kondisi adinda dan Anak Nagari lainnya, karena masih muda-muda, darah 'panas' saja yang diperturutkan," ujar da Maron. Darah 'panas' itu memang perlu, namun harus diwaktu yang tepat. Jangan asal dalam bersikap dan bertindak, sebab akan merugikan, tak hanya Mahyeldi, tetapi juga Emzalmi sendiri.
Adinda harus paham, secara normatif posisi walikota dan wakil walikota itu. Walikota tentu memiliki peran yang sangat besar, termasuk menentukan siapa akan menjabat apa dan lain sebagainya? Sedangkan wakil walikota hanya membantu tugas walikota dan memberi saran kepada walikota. Porsi terbesar tugas wakil walikota adalah bidang pengawasan.
"Sekarang kita dorong Emzalmi Zaini melaksanakan fungsi pengawasan itu, sesuai tupoksinya. Tak usah pula darah kita mendidih disaat saran dan usul Emzalmi selaku wakil walikota tidak didengar oleh walikota. Sebab, sah-sah saja walikota tidak mendengarkannya, walau etikanya harus mendengarkan saran dan usulan itu," ungkap da Maron.
Mengenai publikasi yang adinda permasalahkan, terang da Maron, kalau Humas memang tidak memberi ruang, tak usah pula marah. Apatah lagi, Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh banyak yang bekerja dan berprofesi sebagai jurnalis, manfaatkan potensi mereka. "Kalau memang tujuan kita untuk membangun kampung dan nagari, itu tak akan sulit dicapai," lanjut da Maron.
"Kami yang tua-tua ini tentu hanya bisa memberi pertimbangan, yang menjalankannya tentu yang muda-muda. Tak usahlah 'perang' urat saraf itu dibesar-besarkan, mari kita dorong Emzalmi sebagai Anak Nagari kita untuk menjalankan tugas dan tupoksinya sebagai wakil walikota. Sukses Mahyeldi-Emzalmi, berarti kesuksesan bagi Anak Nagari. Sukses mengantarkan mereka memimpin Kota Padang, dan juga sukses mengawal kepemimpinan mereka. Tak usah pula dibaca perjanjian sewaktu pencalonan dulu, rumit kita, karena ini ranahnya politik. Dan dalam politik tak ada yang pasti, jangankan perjanjian, undang-undang saja kerap dilanggar," tutur da Maron.
Begitu dalam nasehat da Maron. Walau saran itu hanya disampaikan kepada penulis, tetapi tentu maksudnya kepada semua Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh. Nasehat dari seorang tokoh yang sudah kenyang asam garam di pemerintahan, apatah lagi sudah pernah menjadi pejabat bupati dan Kepala Biro Pemerintahan di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Dia adalah Marzuki Onmar, mantan Pejabat Bupati Solok Selatan. Sudah lama juga penulis tidak berdiskusi lepas dengan pamong senior Sumatera Barat ini. Terakhir kami, bertemu di acara syukuran Anak Nagari atas terpilihnya Prof DR H Irwan Prayitno, PSi, M. Sc Datuk Rajo Bandaro Basa sebagai Gubernur Sumatera Barat. Pertemuan yang hanya sekedar tegur sapa dan bersalaman.
Sebagai tokoh masyarakat Pauh Basa Si Ampek Beleh yang sudah berumur, tentu Marzuki Onmar adalah tempat bertanya dan berdiskusi yang tepat bagi sebagian besar Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh. Asam garam kehidupan, dan pengalamannya di pemerintahan merupakan ilmu yang tak habis-habisnya ditimba. Dengan da Maron, demikian ia akrab disapa, diskusi tak perlu formal, bahasa yang digunakan pun adalah bahasa Minang dengan logat Kuranji.
Thema diskusi, sedari awal sudah penulis duga. Da Maron merasa risih melihat 'perang urat saraf' di dunia maya, antara Anak Nagari yang memposisikan diri sebagai pendukung 'fanatik' Wakil Walikota Emzalmi Zaini dengan pendukung Walikota Mahyeldi Ansharullah. Awalnya da Maron mengaku hanya mengikuti dan menikmati, karena masih dalam tahap sindiran halus. Namun, setelah dia cermati, perlu dia memberikan saran dan pemikiran.
Da Maron mengatakan, kepemimpinan Mahyeldi - Emzalmi Zaini mutlak harus dikawal Anak Nagari sampai berakhir masa jabatan mereka. "Kenapa mutlak?" tanya penulis. Ia pun menjelaskan, bagaimana pun, semua orang tahu, terutama publik Kota Padang, kemenangan Mahyeldi-Emzalmi berkat dukungan Anak Nagari. Mustahil mereka memenangkan pilkada Kota Padang, tanpa dukungan itu.
Adinda harus memahami, jelas da Maron, pada pilkada Kota Padang kemaren itu, pasangan Mahyeldi-Emzalmi menang hanya diempat kecamatan yang secara wilayah adat, memiliki ikatan yang sama, yaitu Basa Pauh Si Ampek Belah. Ini artinya, mereka memenangkan pilkada karena dukungan penuh dari Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Beleh. Maka sudah menjadi tanggungjawab moral dari Anak Nagari Pauh Basa Ampek Baleh mensukseskan kepemimpinan mereka.
Jika mereka gagal, ujar da Maron, maka yang malu bukan partai politik pengusung saja, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) atau Partai Persatuan Pembangunan (PPP) atau yang lebih dominan memegang peranan saat ini adalah PKS, tetapi juga Anak Nagari Pauh Basa Ampek Baleh. Untuk itulah, kenapa Anak Nagari harus mengawal kepemimpinan mereka.
Menurut da Maron, kepemimpinan Mahyeldi-Emzalmi saling melengkapi, saling isi mengisi. Mahyeldi sebagai seorang walikota yang berasal dari partai politik, dan Emzalmi Zaini yang berlatar birokrat murni. Walau pun peran Emzalmi Zaini selama ini kerap tidak terekspost ke publik, tetapi orang tahu bahwa otak pembangunan Kota Padang adalah Emzalmi Zaini, karena dia punya konsep yang jelas, sesuai pengalaman yang dia miliki selama menjadi birokrat, dia memahami permasalahan kota ini dengan rinci, dan tahu solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
"Saya memahami kondisi adinda dan Anak Nagari lainnya, karena masih muda-muda, darah 'panas' saja yang diperturutkan," ujar da Maron. Darah 'panas' itu memang perlu, namun harus diwaktu yang tepat. Jangan asal dalam bersikap dan bertindak, sebab akan merugikan, tak hanya Mahyeldi, tetapi juga Emzalmi sendiri.
Adinda harus paham, secara normatif posisi walikota dan wakil walikota itu. Walikota tentu memiliki peran yang sangat besar, termasuk menentukan siapa akan menjabat apa dan lain sebagainya? Sedangkan wakil walikota hanya membantu tugas walikota dan memberi saran kepada walikota. Porsi terbesar tugas wakil walikota adalah bidang pengawasan.
"Sekarang kita dorong Emzalmi Zaini melaksanakan fungsi pengawasan itu, sesuai tupoksinya. Tak usah pula darah kita mendidih disaat saran dan usul Emzalmi selaku wakil walikota tidak didengar oleh walikota. Sebab, sah-sah saja walikota tidak mendengarkannya, walau etikanya harus mendengarkan saran dan usulan itu," ungkap da Maron.
Mengenai publikasi yang adinda permasalahkan, terang da Maron, kalau Humas memang tidak memberi ruang, tak usah pula marah. Apatah lagi, Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh banyak yang bekerja dan berprofesi sebagai jurnalis, manfaatkan potensi mereka. "Kalau memang tujuan kita untuk membangun kampung dan nagari, itu tak akan sulit dicapai," lanjut da Maron.
"Kami yang tua-tua ini tentu hanya bisa memberi pertimbangan, yang menjalankannya tentu yang muda-muda. Tak usahlah 'perang' urat saraf itu dibesar-besarkan, mari kita dorong Emzalmi sebagai Anak Nagari kita untuk menjalankan tugas dan tupoksinya sebagai wakil walikota. Sukses Mahyeldi-Emzalmi, berarti kesuksesan bagi Anak Nagari. Sukses mengantarkan mereka memimpin Kota Padang, dan juga sukses mengawal kepemimpinan mereka. Tak usah pula dibaca perjanjian sewaktu pencalonan dulu, rumit kita, karena ini ranahnya politik. Dan dalam politik tak ada yang pasti, jangankan perjanjian, undang-undang saja kerap dilanggar," tutur da Maron.
Begitu dalam nasehat da Maron. Walau saran itu hanya disampaikan kepada penulis, tetapi tentu maksudnya kepada semua Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh. Nasehat dari seorang tokoh yang sudah kenyang asam garam di pemerintahan, apatah lagi sudah pernah menjadi pejabat bupati dan Kepala Biro Pemerintahan di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji, Kota Padang
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »