Monumen Merpati Perdamaian, Jokowi dan Peristiwa Hijrah

Monumen Merpati Perdamaian, Jokowi dan Peristiwa Hijrah
Monumen Merpati Perdamaian di Muaro Lasak. 
LAGI-lagi kunjungan Presiden RI Joko Widodo diributkan oleh orang-orang berfikiran sempit. Kali ini yang mereka ributkan adalah Monumen Merpati Perdamian yang baru saja diresmikan oleh Presiden Jokowi. Monumen tersebut terletak di objek wisata Pantai Muaro Lasak, Kota Padang.

Pada monumen tersebut dituliskan, "Perdamaian yang dilambangkan dengan burung Merpati adalah dambaan seluruh umat di dunia. Origami adalah seni lipat kertas yang harus dibuat dengan kesabaran, ketekunan, tahap demi tahap untuk menghasilkan karya yang indah. Akan tetapi karya yang indah tersebut sangat mudah dirusak, untuk itu perlu dijaga bersama. Demikianlah makna dari monumen ini, bahwa perdamaian harus dijaga agar tetap abadi. Maka dari itu Angkatan Laut selalu siap bersatu dan bekerjasama untuk menjaga perdamaian dunia."

Awalnya penulis tidak ingin terlibat dalam persoalan yang diributkan sebagian kecil peggiat media sosial tersebut. Namun Buya Firdaus Djafri, seorang pengurus DPW Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Sumatera Barat berkomentar pada postingan penulis di jejaring sosial facebook mengenai jasa sepasang burung Merpati dalam peristiwa hijrah, akhirnya penulis memutuskan menulis artikel ini.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang Medi Iswandi, inisiatif dan filosofi Monumen Merpati Perdamaian tersebut berasal dari Angkatan Laut Republik Indonesia. Sedangkan Pemerintah Kota Padang hanya membangun pelataran monumen nan indah itu.

Origami burung merpati yang terletak di puncak tugu nan indah itu dipersoalkan karena dianggap melambangkan keyakinan keagamaan tertentu, yaitu agama Nasrani. Cerita burung Merpati memang terukir indah di dalam Injil sebagai kitab suci umat Nasrani. Burung Merpati, sebagaimana diceritakan injil adalah makhluk yang melambangkan roh kesucian dan melambangkan ketulusan.

"Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya. (Matius 3: 16). "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati." (Mat. 10:16). 

Namun, bukan berarti burung Merpati itu semata-mata milik umat Nasrani atau melambangkan keyakinan umat Nasrani. Kita tentu tidak lupa dengan kisah banjir bandang di zaman Nabi Nuh As. Untuk memeriksa apakah air sudah surut atau belum, konon Nabi Nuh As memerintahkan kepada burung Merpati untuk memastikannya.

Maka Merpati itu pun pergi untuk memeriksa keadaan air. Ketika Merpati turun kedasar air maka ia injakkan kakinya diatas tanah sehingga Merpati melihat kakinya yang merah tampak oleh matanya pertanda air memang sudah benar-benar surut. Kemudian Merpati pergi melapor kepada Nabi Nuh As tentang apa yang sudah dia kerjakan.

Nabi Nuh As sangat senang dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Merpati dan Nabi Nuh As pun memanjatkan doa kepada Allah SWT, “Ya, Tuhanku, kiranya Engkau menjinakkan burung ini kepada manusia, dan manusia pun menyayangi burung ini, dan peliharalah burung ini oleh para manusia."

Cerita lain tentang burung Merpati ini datang dari bangsa Yunani. Burung Merpati itu dipilih mewakili cinta karena mitologi Yunani terkait burung kecil putih bersama Aphrodite, dewi cinta. Aphrodite atau Venus sering digambarkan bersama Merpati beterbangan di sekitarnya atau beristirahat di tangannya.

Tak hanya itu, burung Merpati adalah simbol perdamaian dan umur panjang sejak jaman Cina kuno. Demikian juga orang Mesir memakai burung Merpati sebagai tanda ketenangan.

Jika diamati tingkah laku burung yang satu ini, banyak alasan yang menguatkan sebagai ia dipilih menjadi simbol perdamaian. Merpati tidak suka membunuh saat mencari makan. Merpati juga tidak melawan saat diserang pemangsa, lebih baik melarikan diri.

Merpati juga identik dengan romantisme. Coba perhatikan ketika sang jantan bertalu-talu memberikan pujian, sementara sang betina tertunduk malu. Pernahkah kita melihat mereka saling mencaci? Jawabannya adalah “tidak”!

Burung Merpati tahu bagaimana pentingnya bekerjasama. Coba perhatikan ketika mereka bekerja sama membuat sarang. Sang jantan dan betina saling silih berganti membawa ranting untuk sarang anak-anak mereka. Apabila sang betina mengerami, sang jantan berjaga diluar kandang. Dan apabila sang betina kelelahan, sang jantan gantian mengerami.

Dalam sejarah Islam pun, peranan burung Merpati pun diceritakan dalam peristiwa hijrah. Bersama laba-laba, dua ekor burung Merpati diperintahkan Allah SWT menjaga mulut gua. Cerita ini termuat dalam sebuah hadis sebagaimana diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Dalalil an-Nubuwwah, Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, al-Bazzar dalam Musnad.

"Abu Mush'ab al-Makki berkata: "Aku bertemu Anas bin Malik, Zaid bin Arqam, dan Mughirah bin Tsu’bah, aku mendengar dari mereka yang bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: "Allah memerintahkan pohon di malam saat berada di gua, maka pohon tersebut tumbuh dihadapanku. Dan Allah juga memerintahkan labah-labah dan kemudian ia menyulan dan menutupiku. Dan Allah juga memerintahkan dua merpati yang gesit dan berhenti di mulut gua."

Ketika menyaksikan sepasang burung Merpati bersarang di pintu masuk Goa Tsur, orang-orang kafir Mekkah akhirnya memastikan tidak ada orang di dalamnya. Jika ada, Merpati itu pasti terganggu dan meninggalkan sarangnya. Para pengejar itu pun menjauhi goa dan mencarinya di tempat lain.

Al-Hafizh Ibnu Katsir meriwayatkan hadits diatas dalam as-Sirah an-Nabawiyyah (II/241) dan dalam al-Bidayah wa an-Nihayah (III/222) berkata: "Dan dalam hadits ini, semua Merpati di Mekkah adalah keturunan dari dua merpati tersebut." Ini merupakan penegasan bahwa al-Hafizh Ibnu Katsir menerima riwayat dua Merpati dalam gua tersebut. Apalagi cerita ini sudah seperti mutawatir diriwayatkan oleh banyak ulama.

Barangkali karena hal itu, Merpati menjadi kekasih seluruh penduduk Mekah hingga saat ini. Pantang bagi mereka untuk menyembelih merpati-merpati itu. Para mukimin atau warga Indonesia yang bekerja di Tanah Haram ini banyak yang mengingatkan jangan sekali-sekali mengganggu, menendang, atau bahkan menangkap merpati-merpati tersebut. Katanya, akan berakibat buruk bagi yang mengganggu.

Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq. Semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya

Penulis adalah:
- Mantan Wakil Sekretaris GP Ansor Kota Padang
- Mantan Ketua Bidang Kajian Strategis KAMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang
- Wakil Ketua PK KNPI Kuranji
- Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »