Iblis dan Tawasul Kepada Rasulullah SAW

Iblis dan Tawasul Kepada Rasulullah SAW
Kaum Muslimin Berdoa di Makam Rasulullah SAW. 
IBLIS itu tercatat sebagai makhluk paling soleh dulunya. Tercipta dari api membuat dia merasa paling mulia. Iblis adalah makhluk yang paling memurnikan Tauhid, makanya dia tak mau sujud kepada Adam as sebagaimana diperintahkan Tuhan. Bagi Iblis, untuk apa sujud kepada Adam as, toh dia makhluk Tuhan juga, tercipta dari barang hina yang selalu dinjak, yaitu tanah.

"Dan sungguh telah Kami ciptakan kalian (manusia) kemudian Kami sempurnakan bentuk kalian, Kemudian (saat itu) Kami berfirman kepada para malaikat,"sujudlah kalian semua kepada Adam!" Maka mereka semua bersujud kecuali Iblis. Tidaklah dia termasuk orang yang tunduk bersujud." (Qs. Al A'raf ayat 11).

Iblis tidak sujud kepada Adam karena bagi Iblis hanya kepada Tuhan saja dia boleh sujud. Iblis tidak mau sujud kepada apapun kecuali hanya kepada Tuhan saja! Rupanya anggapan Iblis salah, sebab kekafiran itu adalah ingkar akan perintah Tuhan, dan Iblis tidak mau sujud kepada Adam as, berarti ingkar kepada Tuhan, berarti kafir kepada Tuhan.

Saat ini, ada sekelompok manusia yang mengaku umat Muhammad Saw dan mengaku paling memurnikan tauhid, tapi enggan bertawasul, bahkan mengharamkan bertawasul dengan dzat Nabi SAW. Padahal semua ulama memperbolehkannya.
"Dan kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu (Muhammad saw.) lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasul (Muhammad saw.) pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Qs. An-Nisa ayat 64).

Rasululah saw. sebagai makhluk Allah yang terkasih dan memiliki kedudukan (jah/maqom/wajih) yang sangat tinggi di sisi Allah sehingga diberi otoritas oleh Allah swt.untuk menjadi perantara (wasilah) dan tempat meminta pertolongan ( istighotsah ) kepada Allah swt.. Imam Al Qurthubi menceritakan dalam tafsirnya riwayat Abi Shodiq dari Ali Bin Abi Tholib:

"Seorang badui datang tiga hari setelah kami mengubur Rasulullah, lalu ia menjatuhkan dirinya diatas kubur Rasul, lalu menaburkan debunya di kepalanya, lalu ia berkata: Ya Rasulallah, engkau telah bersabda dan kami dengarkan sabdamu, engkau paham dari Allah dan kami paham darimu, dan Allah telah menurunkan kepadamu ayat ini (An Nisa’ 64) dan aku telah menganiaya diriku, dan mendatangimu, agar engkau memintakan ampun untukku. Lalu terdengarlah suara dari kubur: “sesungguhnya kamu telah diampuni."

Bertawasul dengan dzat Nabi SAW maknanya adalah seseorang berdoa kepada Allah SWT akan tetapi disela-sela doa menyebutkan dzat Nabi Saw agar dikabulkan doa atau dipercepat kebutuhannya. Dengan mengatakan, ‘Saya memohon kepada-Mu dengan hak Nabi atau dengan kedudukan Nabi atau semisal itu."
Bertawasul dengan Nabi atau orang suci ada dicontohkan dalam al Quran.Misalnya,  Allah SWT mengkisahkan anak-anak Nabi Ya’qub as dalam Surah Yusuf ayat 97: “Mereka berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)." (QS. Yusuf ayat 97).

Sahabat Umar bin Khatab pernah meminta kepada ‘Abbas r.a, paman Rasulullah SAW. Umar berkata, “Ya Allah, sesungguhnya kami dulu bertawasul kepada-Mu dengan Nabi kami maka Engkau menurunkan hujan kepada kami. Sekarang kami bertawasul kepada-Mu dengan paman Nabi kami maka turunkanlah hujan kepada kami." (HR Bukhori).

Rasulullah SAW menyebutkan kemuliaan dan keistimewaan para wali Allah dari hadits yang berasal dari Mu’adz bin Jabal ra, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Ingat kepada para Nabi adalah bagian dari ibadah, ingat kepada orang-orang sholeh adalah penebus doa, ingat mati adalah sedekah dan ingat kuburan mendekatkan kalian kepada surga." (HR Al Dailimi).

Dari Al Haitsam ibn Khanas, ia berkata, "Saya berada bersama Abdullah Ibn Umar. Lalu kaki Abdullah mengalami kram. “Sebutlah orang yang paling kamu cintai !”, saran seorang lelaki kepadanya. “Yaa Muhammad,” ucap Abdullah. Maka seolah-olah ia terlepas dari ikatan.
Dari Mujahid, ia berkata, “Seorang lelaki yang berada dekat Ibnu Abbas mengalami kram pada kakinya. “Sebutkan nama orang yang paling kamu cintai,” kata Ibnu Abbas kepadanya. Lalu lelaki itu menyebut nama Muhammad dan akhirnya hilanglah rasa sakit akibat kram pada kakinya.

Tawasul itu serupa dengan orang yang membuat skripsi atau karya tulis yang memulainya dengan salam dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung sehingga skripsi atau karya tulis dapat terselesaikan.

Tawasul adalah salam dan ucapan terima kasih kepada orang-orang shalih baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup sehingga agama Islam sampai kepada kita. Pada hakikatnya bertawasul adalah salah satu metode berdoa dan salah satu pintu (misykat) dari pintu-pintu untuk menghadap Allah SWT. Jadi maksud sesungguhnya adalah Allah SWT.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan (washilah) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS Al Maa’idah ayat 35 ).
Bertawasul adalah adab berdoa, berperantara pada kemuliaan seseorang, kemuliaan tempat, kemuliaan benda, kemuliaan waktu, kemuliaan bacaan, doa atau dzikrullah dihadapan Allah Azza wa Jalla. Jadi hakikat bertawasul adalah adab dalam berdoa sebelum doa inti yang dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla dengan permohonan keberkahan (bertabarruk) kepada Allah dengan bacaan surat maupun nama-nama para kekasih Allah dan lain-lainya yang dicintai oleh Allah.

Contoh bertawasul (beperantara) sebelum doa inti yang dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla untuk kesembuhan dengan permohonan keberkahan (bertabarruk) kepada Allah dengan jubah atau gamis tergambar pada Surah Yusuf Ayat 93: "Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku” (QS Yusuf ayat 93).

Contoh sunnah Rasulullah bertawasul (beperantara) sebelum doa inti yang dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla untuk kesembuhan dengan permohonan keberkahan (bertabarruk) kepada Allah dengan “ludah sebagian kami” yakni ludah hambaNya yang telah meraih maqom (derajat) disisiNya.

"Lalu Rasulullah bertanya; Di mana Ali bin Abu Thalib? Para sahabat menjawab; Ia sedang menderita sakit mata ya Rasulullah. Rasulullah berkata, Bawalah ia kemari! Tak lama kemudian, Ali bin Abu Thalib datang menemui Rasulullah. Lalu Rasulullah meludahi kedua matanya dan berdoa untuk kesembuhannya. Tak lama kemudian kedua mata Ali sembuh tanpa ada rasa sakit lagi." (HR Muslim).

Begitupula sunnah Rasulullah agar doa inti yang kita panjatkan kepada Allah lebih mustajab maka kita disunnahkan diawali bertawasul dengan amal kebaikan berupa sholawat yakni menghadiahkan doa selamat bagi Rasulullah dan keluarganya sebelum doa inti kita panjatkan kepada Allah Azza wa Jalla.
Anas bin Malik r.a meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tiada doa kecuali terdapat hijab di antaranya dengan di antara langit, hingga bershalawat atas Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka apabila dibacakan shalawat Nabi, terbukalah hijab dan diterimalah doa tersebut, namun jika tidak demikian, kembalilah doa itu kepada pemohonnya."

Bahkan Allah SWT memerintahkan kita untuk bersholawat kepada Rasulullah SAW. "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab' ayat 56).

Wallahul Muwafiq ila Aqwamith Thariq. Semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Mantan Wakil Sekretaris GP Ansor Kota Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »