Islam, Agama Damai dan Lemah Lembut

Islam, Agama Damai dan Lemah Lembut

NABI
Muhammad SAW lemah lembut dengan sesama Muslim dan keras terhadap orang kafir. Nabi senang mendamaikan sesama Muslim. Bukan justru mengadu-domba mereka karena tidak akan masuk surga orang yang gemar mengadu-domba.

“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk surga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)

Saat Bani ‘Aus dan Khazraj nyaris perang karena adu domba Yahudi yang mengungkit-ngungkit peperangan mereka tempo dulu, Nabi mendamaikannya. Nabi berhasil mendamaikan 2 suku yang biasa bermusuhan menjadi bersaudara di dalam Islam:
“Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (Al Anfaal ayat 63).

Saat Abu Bakar r.a., marah kepada saudaranya yang menyebar fitnah bahwa anaknya Siti ‘Aisyah berzina dan bersumpah tidak akan memberinya sedekah lagi, Nabi justru memintanya memaafkan. Kita mungkin akan mengkafirkan orang yang telah memfitnah Siti ‘Aisyah dengan tuduhan terkeji: Zina. Nabi pun harusnya sangat tersinggung, sebab tuduhan apalagi yang lebih keji daripada zina terhadap seorang istri?

Namun Islam mengajarkan dakwah itu dilakukan dengan cara yang baik. Menyadarkan ummat Islam. Bukan justru mengkafirkan mereka dan mengeluarkan mereka dari Islam:

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (An Nuur ayat 22).

Saat ini banyak orang yang gemar berdusta untuk mengadu-domba sesama manusia. Tanpa meneliti kebenaran berita, mereka sebarkan dusta itu agar kita membenci satu kaum. Padahal itu dosa besar:

Nabi s.a.w. bersabda: “Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu? Yaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia.” (HR Muslim)

Pada akhirnya Islam itu akan tergambar kepada kemuliaan akhlak:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (Al Ahzab ayat 21).
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu…” (Ali 'Imran ayat 159).

Saat para sahabat disiksa di Mekkah dan Nabi juga dihina seperti dilempari tahi unta bahkan hendak dibunuh, Nabi tidak meminta para sahabat memerangi mereka. Karena Nabi menghindari pertumpahan darah. Nabi memilih hijrah ke Madinah dan menghindari peperangan.

Saat diserang kaum kafir Quraisy di Madinah pun Nabi memilih bertahan membela diri pada perang Badar, perang Uhud, dan Perang Khandaq. Saat musuh kalah dan mundur, beliau tidak mengejar dan menghabisi mereka. Tapi membiarkan mereka lari menyelamatkan diri.

Setelah itu, baru Nabi menaklukkan kota Mekkah dengan Futuh Mekkah. Itu pun tidak dengan peperangan. Dan nyaris tidak ada korban jiwa. Ini karena Nabi bukanlah orang yang kejam dan haus darah.

Abu Sofyan dedengkot orang kafir yang jadi musuh bebuyutannya beliau hormati dan dijadikan sahabat. Hindun yang membunuh paman Nabi, Sayyidina Hamzah, dengan keji hingga tidak berbentuk lagi serta memakan jantungnya beliau maafkan. Padahal bisa saja beliau jadikan dia sebagai penjahat perang yang dihukum mati karena telah bertindak kejam melampaui batas.

Nabi juga memaafkan Wahsyi yang membunuh paman beliau. Sehingga Wahsyi bisa jadi Muslim yang baik dan kelak tombaknya membunuh satu Musuh Islam yang mengaku sebagai Nabi, yaitu Musailamah Al Kazzab.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Fushshilat ayat 34-35).

Wallahul Muwafiq ila Aqwamith Thariq. Semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »