![]() |
Ditulis Oleh: Pinto Janir Seniman dan Budayawan Ranah Minang. |
SAYA tonton vidio ini, saya berkira-kira pasti menarik dan pasti ada sesuatu "kias" yang hendak disampaikannya. Ini pasti bukan adu ponco semata antara Bapak dengan anaknya. Dan pada sisi lain, terlepas Kaesang sebagai anak, maka ini adalah sejarah bagi Kaesang. Kaesang , mungkin saja orang pertama yang menantang seorang Presiden beradu panco. Ini sejarah di atas dunia perpancoan jagat raya.
Dan pada sebuah ruang, Pak Jokowi dan putranya Kaesang , duduk berhadap-hadapan. Di antara mereka ada meja kecil memanjang. Dalam kehangatan dan keakraban bapak dan anaknya itu, mereka saling tatap. Kaesang dengan wajah "didingin-dinginkan", sementara sang Bapak dengan wajah hangat dan akrab itu tadi.
Lalu Pak Jokowi menepuk lengan anaknya yang hanya pakai singlet saja.
"Badan gede kayak gini, tanggannya...aduh (sambil meremas lengan Kaesang)...eh belum tentu yang kayak gini ini kuat!" kembali Pak Jokowi melapir lengan sang anak yang kekar.
Kaesang diam dan seperti berwibawa-wibawakan badan. Ia kepalkan tangan ke mulutnya. Ia tatap sang bapak.
"Ini Bapak...hmmmmmm" , kata Pak Jokowi seraya menyingsingkan lengan bajunya yang tentu saja tak sekekar pangkal lengan Kaesang sang putra tersayang.Kaesang diam.Tapi tetap memandang mata bapaknya.
"Kecil, tapi diadu kuat juga, berani?!"
"Mau adu panco bapak?" tanya Kaesang ke Bapaknya.
"Berani?" kembali Pak Jokowi meyakinkan anaknya, Kaesang mengangguk.
Lalu Bapak dan anak ini adu panco. Ketika lengan Kaesang sudah lebih dari sepertiga menyentuh meja, Kaesang menghentikan adu panco itu seraya mengatakan: "Nanti encok Bapak!"
"Ngaku kalah?" tanya Pak Jokowi ke anaknya ini.
"Bapak yang kalah, aku lebih kuat toh?" jawab kaesang.
"Ya......", jawab Pak Jokowi , " tapi orang kuat, orang badannya besar belum tentu kuat".Pak Jokowi kembali menepuk-nepuk lengan anaknya.
"Gimana?" kata Kaesang lagi.
Sekali lagi Pak Jokowi dengan hangat menepuk-nepuk pundak sang anak. Ia seperti hendak menyampaikan kata dalam pelajaran hidup; "Orang badannya besar begini belum tentu kuat....."
"Apa?" tanya Kaesang. Tampaknya ia ingin bapaknya mengulang kembali apa yang disampaikan sebagai "penajaman".
Dan pada sebuah ruang, Pak Jokowi dan putranya Kaesang , duduk berhadap-hadapan. Di antara mereka ada meja kecil memanjang. Dalam kehangatan dan keakraban bapak dan anaknya itu, mereka saling tatap. Kaesang dengan wajah "didingin-dinginkan", sementara sang Bapak dengan wajah hangat dan akrab itu tadi.
Lalu Pak Jokowi menepuk lengan anaknya yang hanya pakai singlet saja.
"Badan gede kayak gini, tanggannya...aduh (sambil meremas lengan Kaesang)...eh belum tentu yang kayak gini ini kuat!" kembali Pak Jokowi melapir lengan sang anak yang kekar.
Kaesang diam dan seperti berwibawa-wibawakan badan. Ia kepalkan tangan ke mulutnya. Ia tatap sang bapak.
"Ini Bapak...hmmmmmm" , kata Pak Jokowi seraya menyingsingkan lengan bajunya yang tentu saja tak sekekar pangkal lengan Kaesang sang putra tersayang.Kaesang diam.Tapi tetap memandang mata bapaknya.
"Kecil, tapi diadu kuat juga, berani?!"
"Mau adu panco bapak?" tanya Kaesang ke Bapaknya.
"Berani?" kembali Pak Jokowi meyakinkan anaknya, Kaesang mengangguk.
Lalu Bapak dan anak ini adu panco. Ketika lengan Kaesang sudah lebih dari sepertiga menyentuh meja, Kaesang menghentikan adu panco itu seraya mengatakan: "Nanti encok Bapak!"
"Ngaku kalah?" tanya Pak Jokowi ke anaknya ini.
"Bapak yang kalah, aku lebih kuat toh?" jawab kaesang.
"Ya......", jawab Pak Jokowi , " tapi orang kuat, orang badannya besar belum tentu kuat".Pak Jokowi kembali menepuk-nepuk lengan anaknya.
"Gimana?" kata Kaesang lagi.
Sekali lagi Pak Jokowi dengan hangat menepuk-nepuk pundak sang anak. Ia seperti hendak menyampaikan kata dalam pelajaran hidup; "Orang badannya besar begini belum tentu kuat....."
"Apa?" tanya Kaesang. Tampaknya ia ingin bapaknya mengulang kembali apa yang disampaikan sebagai "penajaman".
Lalu, Pak Jokowi senyum dan dalam wajah berbinar-binar memandang sang putra dan berkata: " Yang besar itu adalah yang kuat kesabarannya.Yang besar itu adalah yang kuat kesalehannya, ngerti?"
Kaesang kian terdiam. Dan tampaknya ia sadar, sang bapak baru saja menyampaikan sesuatu dalam pemahaman.
Dan vidio ini bagi saya menarik, bukan hanya sebagai "sejarah" tapi lebih dari itu ia adalah bagaimana cara seorang presiden memberi pelajaran hidup pada sang anak dengan visualisasi dan gerak.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »