![]() |
Erdogan dan Jokowi Bersalaman. |
PRESIDEN Turki, Recep Tayyip Erdoğan belakangan ini menjadi idola bagi sebagian orang di negeri ini. Bahkan, mereka merindukan kehadiran Erdogan untuk menjadi Presiden Republik Indonesia. Sosok Erdogan pun menjadi jualan salah satu partai politik di negeri ini.
Karir politik Recep Tayyip Erdoğan sendiri dimulai ketika ia mulai bergabung dengan Partai Islam yang bernama Milli Selâmet Partisi, namun partai tersebut bubar sebab terjadi kudeta militer pada tahun 1980 yang mengakibatkan semua partai yang ada di Turki dibubarkan.
Setelah stabilitas politik di Turki sudah mulai pulih kemudian Recep Tayyip Erdoğan kemudian menjadi ketua partai kesejahteraan yang didirikan oleh para bekas anggota partai Milli Selâmet Partisi. Sudah mempunyai kendaraan politik kemudian ia mulai mencoba mencalonkan diri sebagai walikota di Istanbul Tengah dan juga sebagai calon Dewan Nasional Agung Turki namun gagal.
Di tahun 1991, Erdogan terpilih sebgai Anggota Parlemen melalui Partainya namun posisinya sebagai anggota parlemen di cabut oleh Komisi Pemilihan Pusat Turki.
Nama Recep Tayyip Erdoğan kemudian mulai dikenal luas oleh masyarakat Turki ketika ia berhasil terpilih sebagai walikota Istanbul Raya dan membawa partainya yaitu Partai Kesejahteraan sebagai Partai Terbesar di Turki. Dari situ ia juga menjadi Presiden dari Dewan Metropolitan Istanbul Raya.
Keberhasilannya dalam merancang tata kota Istanbul yang nyaman dan modern membuat ia semakin terkenal apalagi ketika ia berhasil memerangi masalah umum di ibukota seperti berhasil mengurangi pengangguran, memberikan air bersih bagi warga Istanbul, Pengurangan kadar polusi kota, Memerangi prostitusi, pengurangan kadar polusi melalui aksi penanaman ribuan pohon di Istanbul, serta pelarangan minum minuman keras di tempat umum sehingga menjadikan Erdogan semakin populer dimata masyarakat.
Langkah politik Erdogan selanjutnya adalah mendirikan partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi) atau yang dikenal sebagai Partai Keadilan Pembangunan pada tahun 2001 yang berhaluan islam. Partainya kemudian melesat menjadi salah satu partai terbesar di negara bekas kekhalifahan Ottoman tersebut.
Terbukti ketika partainya yaitu AKP menang dalam pemilihan umum di Turki sehingga semakin melambungkan namanya di kancah politik Turki dan otomatis membuat Erdogan menjadi Perdana Menteri Turki pada tahun 2003. Sepak terjangnya kebijakannya dalam dan luar negerinya membuat namanya semakin melambung sebagai salah satu pemimpin terbaik dunia.
Ketika masa jabatannya selesai pada tanggal 28 Agustus 2014, Recep Tayyip Erdoğan kemudian mencoba mencalonkan diri sebagai Presiden Turki dengan dukungan dari partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi). Hasilnya pada tanggal 10 Agustus 2014 Erdogan berhasil terpilih sebagai Presiden Turki melalui pemilihan umum menggantikan presiden sebelumnya dengan masa jabatan selama lima tahun.
The Royal Islamic Strategic Studies Centre bahkan memasukkan nama Recep Tayyip Erdoğan sebagai tokoh muslim paling berpengaruh nomor dua di dunia pada tahun 2010. Bahkan majalah Time memilih Erdogan sebagai tokoh terpopuler di tahun 2011 lalu.
Lantas, apa hubungan Erdogan dengan PKS? Erdogan memang bukan kader PKS, tetapi kader-kader PKS dikenal sangat mengidolakan sosok Erdogan lahir di negeri ini untuk memimpin Indonesia. Bagi kader PKS, Erdogan merupakan sosok pemimpin Islam yang ideal saat ini dan layak dijadikan contoh bagi pemimpin muslim lainnya.
Garis merah antara Erdogan dan PKS dapat ditarik dari gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Erdogan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan tokoh-tokoh Ikhwan. Hubungan itu sudah terbangun sejak lama. Mentornya, Prof. Necmetin Erbakan yang memimpin Partai Refah (Kesejahteraan), sejak saat menjadi mahasiswa di Jerman, sudah memiliki hubungan dengan Ikhwan. Hubungannya semakin dekat saat Erbakan menjadi perdana menteri.
Hubungan antara Ikhwan dengan Erdogan semakin terlihat kokoh, betapapun kondisi Ikhwan di Mesir, sekarang menghadapi petaka, Erdogan tetap kukuh, tidak berubah. Erdogan sebagai Presiden Turki tetap mengakui Mursi sebagai Presiden Mesir yang sah. Erdogan mengutuk tindakan al-Sisi yang membumi hanguskan Ikhwan dengan cara-cara yang sangat keji.
Usai Mohammad Mursi dilantik menjadi presiden, kemudian Erdogan disertai sejumlah menteri, termasuk Menlu Davotoglu melakukan kunjungan ke Mesir dan bertemu dengan Presiden Mursi, dan Mursyid Aam Ikhwan Mohammad Badie, di Kedutaan Besar Turki di Cairo.
Erdogan bercucuran air mata, saat dia mendengar tulisan Mohamad Beltaqi, yang dibacakan di sebuah telivisi Turki, tentang putrinya Asmaa, yang tewas saat berlangsung aksi demonstrasi di Rabi’aah al-Adawiyah. Dia membayangkan putrinya Sumayya seandainya seperti Asmaa. Sungguh luar biasa pertautan hati antara Erdogan dengan para tokoh Ikhwan.
Erdogan tidak membiarkan Ikhwan dan tokoh-tokohnya diperlakukan seperti ‘tikus’ oleh para penguasa Arab, dan dia mengulurkan tangannya. Erdogan datang ke Qatar, dan minta kepada Emir Qatar Sheikh Hamid Tamin as-Tsani, agar tokoh-tokoh Ikhwan yang berada di Doha, diizinkan pergi ke Turki, dan negaranya akan melindungi mereka. Inilah penghargaan dan penerimaan Turki terhadap Ikhwan.
Bagi Erdogan, Jama'ah Ikhwan yang sudah tegak di hampir 100 negara bukan organisasi teroris seperti yang disangkakan oleh para penguasa Arab. Bagi Erdogan, Ikhwan adalah organisasi dan jama'ah dakwah yang menganut faham ‘wasath’ (tengah-tengah), tidak ‘guluk’ (ekstrim), bukan gerakan yang ringan tangan menumpahkan darah.
Sedangkan PKS telah lama dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin yang berbasis di Mesir, disebabkan beberapa pendirinya bersekolah di sekolah-sekolah Ikhwan. Beberapa indikasi yang terlihat adalah saat Mardani Ali Sera, juru bicara PKS, membenarkan bahwa beberapa karya pendiri Ikhwan, Hasan al-Banna, menjadi bacaan dan juga rujukan dalam proses pengkaderan partai.
Seleksi dan pola rekrutmen kader PKS unik dalam perpolitikan Indonesia. Kader PKS dipilih dan diajukan tidak dengan mengajukan diri tapi diajukan oleh sekelompok individu dan atau oleh murabbi (guru pembimbing) menggunakan metode Tarbiyah (pendikan) berkesinambungan dan terjadwal (halaqah).
PKS memakai dua strategi dalam merekrut kader. Yang pertama adalah pola rekrutmen individual (al-da'wah al-fardhiyyah), atau bentuk pendekatan orang per orang, meliputi komunikasi personal secara langsung. Calon kader yang akan direkrut diajak berpartisipasi dalam forum-forum pembinaan rohani yang diorganisir PKS seperti usrah (keluarga), halaqah (kelompok studi), liqa (pertemuan mingguan), rihlah (rekreasi), mukhayyam (perkemahan), daurah (pelatihan intelektual) dan nadwah (seminar).
Sistem yang digunakan PKS ini mirip dengan sistem rekrutmen gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Yang kedua adalah pola rekrutmen institusional (al-da'wah al'amma). PKS berafiliasi dengan berbagai organisasi sayap yang berstatus formal atau tidak formal, sehingga partai dapat mencari individu potensial untuk dijadikan kader partai.
PKS mewajibkan kadernya terlibat aktif dalam pelatihan hierarkis yang disebut marhalah. Pelatihan ini mencakup proses pembelajaran (ta'lim), pelatihan keorganisasian (tandzim), pembinaan karakter (taqwin) dan evaluasi (taqwim). Dalam sumpahnya sebagai anggota PKS, kader harus mengucapkan baiat secara lengkap dengan membaca dua kalimat syahadat.
PKS juga diklaim ikut serta dalam Revolusi Mesir 2011, meskipun kabar tersebut kemudian dibantah dan menegaskan bahwa para kader partai (yang diberitakan sebanyak 600 orang, sebagian besar berstatus mahasiswa) di Mesir hanya berperan menyalurkan logistik kepada warga negara Indonesia yang terjebak di Mesir. Namun, PKS menyatakan "berduka" atas penggulingan presiden Mesir dari Ikhwanul Muslimin, Muhammad Mursi pada Juli 2013, sekaligus menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk menekan militer Mesir.
Keterkaitan PKS dan Ikhwanul Muslimin juga dibenarkan oleh Yusuf al-Qaradawi, salah satu tokoh Ikhwan yang berpengaruh, dan juga oleh pendiri PK, Yusuf Supendi, yang mengakui bahwa 90% pendanaan PK untuk pemilihan umum pada 1999 didanai oleh partai-partai seideologi di Timur Tengah. Namun, Ketua Dewan Syariah PKS, Surahman Hidayat, menegaskan bahwa mereka hanya mempunyai "hubungan cita-cita" dengan Ikhwanul Muslimin dan menolak klaim bahwa PKS adalah perwujudan lain dari organisasi tersebut. Surahman justru menyatakan bahwa PKS secara substantif adalah pelanjut perjuangan Masyumi.
PKS juga disebut mempunyai kemiripan dengan Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa di Turki. Surahman Hidayat juga membenarkan bahwa mereka juga sering mengunjungi kader AKP di Turki "untuk perbandingan". Kedekatan ini juga diperkuat dengan banyaknya seminar dan silaturahim antara PKS dan AKP, salah satunya seperti saat para petinggi AKP berkunjung ke Jakarta pada Februari 2012.
PKS juga menggelar pertemuan kader sedunia di Istanbul pada April 2013. Meskipun presiden Anis Matta menyatakan bahwa pemilihan Istanbul adalah karena posisi strategik kota tersebut di tengah-tengah Asia, Eropa dan Afrika, Anis juga menjadwalkan pertemuan dengan petinggi AKP dan mengharapkan agar kader-kader dapat belajar dari kesuksesan AKP di Turki. Dan Erdogan merupakan penguasa Turki yang berasal dari AKP.
Hubungan Erdogan dan PKS disatukan oleh cita-cita dan semangat gerakan Ikhwanul Muslimin. Maka tidak salah kiranya, kader-kader PKS mengidolakan Erdogan dan mengharapkan sosok Erdogan lahir di negeri ini dan menjadi Presiden Indonesia.
Nah, bagi Anda yang merindukan kehadiran Erdogan di negeri ini, namun membenci PKS, sebaiknya luapan kebencian Anda itu dihentikan. Alangkah eloknya Anda mempercayakan pilihan politik Anda kepada PKS pada pemilihan umum legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) berikutnya. Silahkan Anda pilih kader-kader terbaik PKS mewakili Anda di parlemen dan kader terbaik PKS untuk menjadi presiden di negeri ini.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Mantan Ketua Bidang Kajian Strategis KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang
Karir politik Recep Tayyip Erdoğan sendiri dimulai ketika ia mulai bergabung dengan Partai Islam yang bernama Milli Selâmet Partisi, namun partai tersebut bubar sebab terjadi kudeta militer pada tahun 1980 yang mengakibatkan semua partai yang ada di Turki dibubarkan.
Setelah stabilitas politik di Turki sudah mulai pulih kemudian Recep Tayyip Erdoğan kemudian menjadi ketua partai kesejahteraan yang didirikan oleh para bekas anggota partai Milli Selâmet Partisi. Sudah mempunyai kendaraan politik kemudian ia mulai mencoba mencalonkan diri sebagai walikota di Istanbul Tengah dan juga sebagai calon Dewan Nasional Agung Turki namun gagal.
Di tahun 1991, Erdogan terpilih sebgai Anggota Parlemen melalui Partainya namun posisinya sebagai anggota parlemen di cabut oleh Komisi Pemilihan Pusat Turki.
Nama Recep Tayyip Erdoğan kemudian mulai dikenal luas oleh masyarakat Turki ketika ia berhasil terpilih sebagai walikota Istanbul Raya dan membawa partainya yaitu Partai Kesejahteraan sebagai Partai Terbesar di Turki. Dari situ ia juga menjadi Presiden dari Dewan Metropolitan Istanbul Raya.
Keberhasilannya dalam merancang tata kota Istanbul yang nyaman dan modern membuat ia semakin terkenal apalagi ketika ia berhasil memerangi masalah umum di ibukota seperti berhasil mengurangi pengangguran, memberikan air bersih bagi warga Istanbul, Pengurangan kadar polusi kota, Memerangi prostitusi, pengurangan kadar polusi melalui aksi penanaman ribuan pohon di Istanbul, serta pelarangan minum minuman keras di tempat umum sehingga menjadikan Erdogan semakin populer dimata masyarakat.
Langkah politik Erdogan selanjutnya adalah mendirikan partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi) atau yang dikenal sebagai Partai Keadilan Pembangunan pada tahun 2001 yang berhaluan islam. Partainya kemudian melesat menjadi salah satu partai terbesar di negara bekas kekhalifahan Ottoman tersebut.
Terbukti ketika partainya yaitu AKP menang dalam pemilihan umum di Turki sehingga semakin melambungkan namanya di kancah politik Turki dan otomatis membuat Erdogan menjadi Perdana Menteri Turki pada tahun 2003. Sepak terjangnya kebijakannya dalam dan luar negerinya membuat namanya semakin melambung sebagai salah satu pemimpin terbaik dunia.
Ketika masa jabatannya selesai pada tanggal 28 Agustus 2014, Recep Tayyip Erdoğan kemudian mencoba mencalonkan diri sebagai Presiden Turki dengan dukungan dari partai AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi). Hasilnya pada tanggal 10 Agustus 2014 Erdogan berhasil terpilih sebagai Presiden Turki melalui pemilihan umum menggantikan presiden sebelumnya dengan masa jabatan selama lima tahun.
The Royal Islamic Strategic Studies Centre bahkan memasukkan nama Recep Tayyip Erdoğan sebagai tokoh muslim paling berpengaruh nomor dua di dunia pada tahun 2010. Bahkan majalah Time memilih Erdogan sebagai tokoh terpopuler di tahun 2011 lalu.
Lantas, apa hubungan Erdogan dengan PKS? Erdogan memang bukan kader PKS, tetapi kader-kader PKS dikenal sangat mengidolakan sosok Erdogan lahir di negeri ini untuk memimpin Indonesia. Bagi kader PKS, Erdogan merupakan sosok pemimpin Islam yang ideal saat ini dan layak dijadikan contoh bagi pemimpin muslim lainnya.
Garis merah antara Erdogan dan PKS dapat ditarik dari gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Erdogan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan tokoh-tokoh Ikhwan. Hubungan itu sudah terbangun sejak lama. Mentornya, Prof. Necmetin Erbakan yang memimpin Partai Refah (Kesejahteraan), sejak saat menjadi mahasiswa di Jerman, sudah memiliki hubungan dengan Ikhwan. Hubungannya semakin dekat saat Erbakan menjadi perdana menteri.
Hubungan antara Ikhwan dengan Erdogan semakin terlihat kokoh, betapapun kondisi Ikhwan di Mesir, sekarang menghadapi petaka, Erdogan tetap kukuh, tidak berubah. Erdogan sebagai Presiden Turki tetap mengakui Mursi sebagai Presiden Mesir yang sah. Erdogan mengutuk tindakan al-Sisi yang membumi hanguskan Ikhwan dengan cara-cara yang sangat keji.
Usai Mohammad Mursi dilantik menjadi presiden, kemudian Erdogan disertai sejumlah menteri, termasuk Menlu Davotoglu melakukan kunjungan ke Mesir dan bertemu dengan Presiden Mursi, dan Mursyid Aam Ikhwan Mohammad Badie, di Kedutaan Besar Turki di Cairo.
Erdogan bercucuran air mata, saat dia mendengar tulisan Mohamad Beltaqi, yang dibacakan di sebuah telivisi Turki, tentang putrinya Asmaa, yang tewas saat berlangsung aksi demonstrasi di Rabi’aah al-Adawiyah. Dia membayangkan putrinya Sumayya seandainya seperti Asmaa. Sungguh luar biasa pertautan hati antara Erdogan dengan para tokoh Ikhwan.
Erdogan tidak membiarkan Ikhwan dan tokoh-tokohnya diperlakukan seperti ‘tikus’ oleh para penguasa Arab, dan dia mengulurkan tangannya. Erdogan datang ke Qatar, dan minta kepada Emir Qatar Sheikh Hamid Tamin as-Tsani, agar tokoh-tokoh Ikhwan yang berada di Doha, diizinkan pergi ke Turki, dan negaranya akan melindungi mereka. Inilah penghargaan dan penerimaan Turki terhadap Ikhwan.
Bagi Erdogan, Jama'ah Ikhwan yang sudah tegak di hampir 100 negara bukan organisasi teroris seperti yang disangkakan oleh para penguasa Arab. Bagi Erdogan, Ikhwan adalah organisasi dan jama'ah dakwah yang menganut faham ‘wasath’ (tengah-tengah), tidak ‘guluk’ (ekstrim), bukan gerakan yang ringan tangan menumpahkan darah.
Sedangkan PKS telah lama dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin yang berbasis di Mesir, disebabkan beberapa pendirinya bersekolah di sekolah-sekolah Ikhwan. Beberapa indikasi yang terlihat adalah saat Mardani Ali Sera, juru bicara PKS, membenarkan bahwa beberapa karya pendiri Ikhwan, Hasan al-Banna, menjadi bacaan dan juga rujukan dalam proses pengkaderan partai.
Seleksi dan pola rekrutmen kader PKS unik dalam perpolitikan Indonesia. Kader PKS dipilih dan diajukan tidak dengan mengajukan diri tapi diajukan oleh sekelompok individu dan atau oleh murabbi (guru pembimbing) menggunakan metode Tarbiyah (pendikan) berkesinambungan dan terjadwal (halaqah).
PKS memakai dua strategi dalam merekrut kader. Yang pertama adalah pola rekrutmen individual (al-da'wah al-fardhiyyah), atau bentuk pendekatan orang per orang, meliputi komunikasi personal secara langsung. Calon kader yang akan direkrut diajak berpartisipasi dalam forum-forum pembinaan rohani yang diorganisir PKS seperti usrah (keluarga), halaqah (kelompok studi), liqa (pertemuan mingguan), rihlah (rekreasi), mukhayyam (perkemahan), daurah (pelatihan intelektual) dan nadwah (seminar).
Sistem yang digunakan PKS ini mirip dengan sistem rekrutmen gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Yang kedua adalah pola rekrutmen institusional (al-da'wah al'amma). PKS berafiliasi dengan berbagai organisasi sayap yang berstatus formal atau tidak formal, sehingga partai dapat mencari individu potensial untuk dijadikan kader partai.
PKS mewajibkan kadernya terlibat aktif dalam pelatihan hierarkis yang disebut marhalah. Pelatihan ini mencakup proses pembelajaran (ta'lim), pelatihan keorganisasian (tandzim), pembinaan karakter (taqwin) dan evaluasi (taqwim). Dalam sumpahnya sebagai anggota PKS, kader harus mengucapkan baiat secara lengkap dengan membaca dua kalimat syahadat.
PKS juga diklaim ikut serta dalam Revolusi Mesir 2011, meskipun kabar tersebut kemudian dibantah dan menegaskan bahwa para kader partai (yang diberitakan sebanyak 600 orang, sebagian besar berstatus mahasiswa) di Mesir hanya berperan menyalurkan logistik kepada warga negara Indonesia yang terjebak di Mesir. Namun, PKS menyatakan "berduka" atas penggulingan presiden Mesir dari Ikhwanul Muslimin, Muhammad Mursi pada Juli 2013, sekaligus menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk menekan militer Mesir.
Keterkaitan PKS dan Ikhwanul Muslimin juga dibenarkan oleh Yusuf al-Qaradawi, salah satu tokoh Ikhwan yang berpengaruh, dan juga oleh pendiri PK, Yusuf Supendi, yang mengakui bahwa 90% pendanaan PK untuk pemilihan umum pada 1999 didanai oleh partai-partai seideologi di Timur Tengah. Namun, Ketua Dewan Syariah PKS, Surahman Hidayat, menegaskan bahwa mereka hanya mempunyai "hubungan cita-cita" dengan Ikhwanul Muslimin dan menolak klaim bahwa PKS adalah perwujudan lain dari organisasi tersebut. Surahman justru menyatakan bahwa PKS secara substantif adalah pelanjut perjuangan Masyumi.
PKS juga disebut mempunyai kemiripan dengan Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa di Turki. Surahman Hidayat juga membenarkan bahwa mereka juga sering mengunjungi kader AKP di Turki "untuk perbandingan". Kedekatan ini juga diperkuat dengan banyaknya seminar dan silaturahim antara PKS dan AKP, salah satunya seperti saat para petinggi AKP berkunjung ke Jakarta pada Februari 2012.
PKS juga menggelar pertemuan kader sedunia di Istanbul pada April 2013. Meskipun presiden Anis Matta menyatakan bahwa pemilihan Istanbul adalah karena posisi strategik kota tersebut di tengah-tengah Asia, Eropa dan Afrika, Anis juga menjadwalkan pertemuan dengan petinggi AKP dan mengharapkan agar kader-kader dapat belajar dari kesuksesan AKP di Turki. Dan Erdogan merupakan penguasa Turki yang berasal dari AKP.
Hubungan Erdogan dan PKS disatukan oleh cita-cita dan semangat gerakan Ikhwanul Muslimin. Maka tidak salah kiranya, kader-kader PKS mengidolakan Erdogan dan mengharapkan sosok Erdogan lahir di negeri ini dan menjadi Presiden Indonesia.
Nah, bagi Anda yang merindukan kehadiran Erdogan di negeri ini, namun membenci PKS, sebaiknya luapan kebencian Anda itu dihentikan. Alangkah eloknya Anda mempercayakan pilihan politik Anda kepada PKS pada pemilihan umum legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) berikutnya. Silahkan Anda pilih kader-kader terbaik PKS mewakili Anda di parlemen dan kader terbaik PKS untuk menjadi presiden di negeri ini.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Mantan Ketua Bidang Kajian Strategis KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »