Buya Mahyeldi, Kenapa Harus Adib Alfikri?

Buya Mahyeldi, Kenapa Harus Adib Alfikri?
BANYAK pihak yang mempersoalkan tampilnya Adib Alfikri menjelang perhelatan pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Padang 2018 mendatang.  Setidaknya banyak yang meradang melihat biliho Adib Alfikri ramai terpampang di sudut-sudut kota ini. 

Lantas, apakah Adib Alfikri terlalu nafsu dan jumawa untuk maju, apatah lagi dia adalah adik Irwan Prayitno,  Gubernur Provinsi Sumatera Barat?  Tidak. 

Jawaban itu penulis dengar langsung dari Adib Alfikri ketika berdiskusi singkat dengannya di suatu sore, beberapa hari yang lalu. Dari penjelasan Adib Alfikri, penulis menangkap, maju pada Pilkada 2018 bukan semata-mata atas keinginannya.  Banyak pihak yang mendorongnya, terutama dari kalangan generasi muda kota ini. 

Dorongan dari generasi muda kota ini kepada Adib Alfikro dirasa wajar, mengingat Adib Alfikri pernah menjabat Ketua DPD KNPI Sumetara Barat.  Dia juga disebut-sebut pernah aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). 

Bahkan, Adib Alfikri pernah memimpin Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Padang. Dan Adib Alfikri pernah digadang-gadang untuk menjadi Ketua Muhammadiyah Kota Padang.  Namun, karena menghormati Maigus Nasir, Adib Alfikri lebih memilih untuk tidak melanjutkan proses pencalonannya itu. 

Berbekal kesalehan sosial yang tidak dimiliki semua orang, Adib Alfikri memang pantas dan layak untuk maju pada Pilkada Kota Padang. Ia diyakini akan mampu menjadi calon tangguh untuk mendampingi petahana, Mahyeldi Ansharullah, Wali Kota Padang saat ini. 

Kenapa harus Adib Alfikri yang layak mendampingi Mahyeldi Ansharullah pada Pilkada Kota Padang?  Jika Mahyeldi ingin menang dan berkuasa kembali di Kota Padang, maka dia harus merontokan basis suara penantang tangguhnya, Emzalmi-Desri Ayunda.

Kita kesampingkan dulu hasil survei Adib Alfikri yang disebut-sebut cukup tinggi, berada beberapa digit di bawah Emzalmi. Harus diakui, kemenangan Mahyeldi-Emzami di Pilkada 2013, berkat dukungan penuh warga kota yang memiliki ikatan historis dengan Pauh Si Ampek Baleh. 

Mahyeldi-Emzalmi hanya menang di empat kecamatan, yaitu Pauh, Kuranji, Padang Utara, dan Padang Timur. Sedangkan tujuh kecamatan lain dikuasai Desri Ayunda - James Haliward. Keempat kecamatan yang menjadi kunci kemenangan Mahyeldi-Emzalmi merupakan wilayah Pauh si Ampek Baleh secara adat. 

Dan, jika Mahyeldi tak ingin kalah,  maka basis suara di Pauh Si Ampek Baleh harus dipecah, seperti memecah ombak Puruih yang berbahaya itu. Dia harus mengambil pasangan pendamping dari Anak Nagari Pauh Si Ampek Baleh tersebut.  

Makanya, Adib Alfikri adalah pilihan yang tepat. Tak hanya pertimbangan survei, tapi Adib Alfikri merupakan Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji yang selama ini dekat dengan masyarakat, terutama generasi muda. 

Sebagai partai yang selama ini menghandalkan kekuatan survei dan militansi kadernya, PKS tentu tak akan sembarangan mengambil keputusan untuk pendamping Mahyeldi. Untuk apa memgambil pendamping dari kader parpol tertentu, jika hanya akan mengurangi suara. 

Kalau sekedar dapat pasangan dan kawan koalisi, terlalu banyak petinggi partai di kota ini merayu-rayu Mahyeldi. Mereka berharap dapat mendampingi Mahyeldi di Pilkada 2018. Hitung-hitungan politik mereka, siapa pun pasangannya, Mahyeldi pasti menang. 

Wallahu'alam bishawab. 

Ditulis Oleh: 
Zamri Yahya,  SHI
Wakil Ketua PK KNPI Kuranji. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »