Soal Mahar Politik, Zulkifli Hasan: Kenapa Enggak Dikatakan Suap Politik Saja?

Soal Mahar Politik, Zulkifli Hasan: Kenapa Enggak Dikatakan Suap Politik Saja?
BENTENGSUMBAR. COM - Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan tidak setuju penyebutan istilah mahar politik yang tengah ramai menjadi sorotan menjelang Pilkada 2018. Istilah mahar politik dinilai menyudutkan agama Islam.

"Begini ya, istilahnya mahar itu hati-hati. Mahar itu kalimat sakral, itu seolah-olah menyudutkan Islam itu," kata Zulkifli di Gedung DPR, Jakarta, Selasa, 16 Januari 2018.

Mahar, kata Zulkifli, merupakan istilah pemberian yang digunakan dalam sebuah pernikahan. 

Dalam agama Islam, mahar adalah pemberian dari pengantin pria kepada wanita yang akan dinikahinya.  

Zulkifli lantas mempertanyakan konteks penggunaan kata mahar itu dalam istilah politik. 

"Kenapa enggak dikatakan suap politik saja? Kenapa mesti menyudutkan Islam? Pakai istilah mahar. Gitu, lah. Suap politik, kan jelas," kata dia. 

Lebih lanjut, Zulkifli mengklaim, partainya dalam pilkada tidak pernah meminta uang kepada calon kandidat. Namun, dia mengakui ada pembiayaan untuk operasional kegiatan kandidat.

Salah satunya seperti di Jawa Tengah. Zulkifli berkata, ketika melakukan konsolidasi untuk bakal calon gubernur Sudirman Said, dana kegiatan di enam wilayah di Jawa Tengah untuk 13 ribu relawan, berasal dari patungan pengurus partai, anggota dewan dan calon itu sendiri.

Menurutnya, biaya politik yang mahal dalam penyelenggaraan pilkada, wajar jika dibutuhkan dana pemenangan untuk saksi dan atribut kampanye. Apalagi, dana itu untuk saksi agar kandidat tidak dicurangi.

"Parpol kami keluar uang, DPR kami keluar biaya, tapi juga kandidat membantu ongkos pulang relawan-relawan. Saya kira itu suatu operasional. Atau namanya dalam rangka biaya untuk kemenangan di lapangan," katanya.

Terlepas dari kebutuhan biaya itu, Zulkifli tidak sepakat jika calon kandidat kepala daerah harus memiliki modal finansial yang kuat untuk maju di pilkada. Jika punya konsep dan gagasan yang baik, seorang kandidat bakal mendapat dukungan.

Dia mencontohkan Anies Baswedan yang terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, tidak memiliki banyak uang.

Menurut Zulkifli, Anies mendapat banyak dukungan karena punya konsep dan gagasan yang bagus. Selain itu, menurutnya, kecenderungan orang memilih karena diberi uang sudah kecil persentasenya.

"Jadi politik uang membeli suara itu sudah enggak mempan. Tetapi biaya mengumpulkan orang, itu perlu. Dan kalau kandidatnya bagus itu banyak yang mendukung. Artinya tidak harus juga kandidat itu uangnya harus besar sekali. Tergantung kandidat itu memenuhi syarat atau tidak," katanya.

(ibnu/cnnindonesia.com)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »