BENTENGSUMBAR. COM - Wacana Partai Demokrat (PD) menduetkan Wapres Jusuf Kalla (JK) dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pilpres 2019 tampaknya tak main-main. Bahkan elite PD sudah mulai mensosialisasikan dan menyuarakannya, termasuk dengan memamerkan poster JK-AHY.
Seperti Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP Demokrat Imelda Sari, yang mem-posting gambar tersebut di status update WhatsApp Mesengger, Minggu, 1 Juli 2018. Dia juga mencantumkan caption dalam unggahannya itu.
"JK-AHY will coming soon," tulis Imelda.
Dalam poster ilustrasi vektor itu, terlihat gambar JK berdampingan dengan AHY. Warna ungu jadi background dalam poster tersebut.
Tak hanya Imelda, Wasekjen PD Andi Arief juga mem-posting poster tersebut di akun Twitternya. Dia me-retweet simpatisan PD yang mengunggah gambar JK-AHY.
Wacana JK-AHY ini berawal dari keinginan Demokrat memunculkan poros ketiga di Pilpres 2019. Poros ketiga ini diharapkan bisa mengeluarkan capres alternatif selain Presiden Joko Widodo dan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Untuk bisa mengusung JK-AHY, Demokrat tentunya tak bisa sendiri. Ini mengingat adanya syarat ambang batas capres di UU Pemilu, yang mewajibkan parpol atau gabungan parpol memiliki 20% kursi di DPR atau 25% suara sah Pemilu 2004.
Untuk Pemilu 2014, Demokrat memiliki 10,19% suara. Artinya, partai pimpinan Ketum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu masih perlu 14,81% dari partai lain. Sedangkan di DPR, PD memiliki 10,9% dan masih perlu 9,1% kursi lain.
Golkar tetap memastikan mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Meski JK sebagai eks ketum ditawari kursi capres, Golkar hingga ini masih berkomitmen mengusung Jokowi.
Diprediksi Kalah
Ironisnya, duet tua dan muda ini malah diprediksi kalah oleh pengamat politik. Duet ini akan bernasib sama seperti ketika JK maju bersama Wiranto (WIN) di Pilpres 2009.
"Kalau kita bercermin dari pengalaman 2009 agak berat ya. Pak JK kalau disurvei presiden, angkanya relatif. Nah AHY ini sebagai calon wakil presiden memang di survei itu 3 besar, tapi belum jadi calon wakil yang bisa mendongkrak suara," ujar Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari dalam perbincangan, Senin, 2 Juli 2018.
Qodari menyebut memang ada fenomena wakil bisa mendongkrak elektalibitas capres atau pihak utama dalam pencalonan. Untuk duet ini, dia menilai JK-AHY akan kalah seperti ketika JK maju sebagai capres dengan cawapres Wiranto.
"Fenomena itu belum kelihatan kalau dari AHY. Untuk sementara, kalau itu maju, akan seperti JK-Wiranto di 2009," kata Qodari.
Dalam survei sejauh ini, elektabilitas JK sebagai cawapres memang cukup tinggi. Hanya, ketika disurvei sebagai capres, eks Ketum Golkar itu belum memiliki elektabilitas yang relatif besar.
"Survei Pak JK sebagai capres bulan April ada beberapa simulasi surveinya kecil. Pak JK memang kuatnya sebagai wakil dan ini pola yang sudah berlangsung sejak 2003-2004. Untuk 2009 pun untuk wakil situasinya seperti itu, tapi untuk capres kecil," sebutnya.
"Jadi waktu Pak JK maju 2009, waktu itu kita memperkirakan Pak JK akan kalah," imbuhnya.
Masih Buka Peluang untuk Gerindra
Meski demikian, PD menyebut mereka masih membuka opsi berkoalisi dengan partai-partai lain.
"Sikap Demokrat saat ini masih terbuka untuk semua opsi. Kami menjalin komunikasi dengan semua pihak. Dengan Gerindra, PAN, PKB dan yang lain kami komunikasi," ujar Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP PD Ferdinand Hutahaean kepada wartawan, Senin, 2 Juli 2018.
Ferdinand mengatakan, duet JK-AHY merupakan keinginan kader besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu. Dia menegaskan, duet ini belum sikap final PD untuk 2019.
"Saya tegaakan bahwa itu adalah aspirasi kader. Mungkin juga nanti menjadi salah satu opsi yang akan dibahas oleh Majelis Tinggi. Tidak ada rencana deklarasi karena belum menjadi keputusan partai," tegasnya.
Kader PD mengunggah poster JK yang disandingkan dengan AHY. PD mengaku hampir solid memasangkan JK-AHY untuk Pilpres 2019.
"Mengeras suara, hampir 90 persenan sekianlah hasilnya, agar Demokrat membentuk poros ketiga saja dan mengusung Pak JK sebagai capresnya," kata Ketua DPP PD Jansen Sitindaon.
(Sumber: detik.com)
Seperti Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP Demokrat Imelda Sari, yang mem-posting gambar tersebut di status update WhatsApp Mesengger, Minggu, 1 Juli 2018. Dia juga mencantumkan caption dalam unggahannya itu.
"JK-AHY will coming soon," tulis Imelda.
Dalam poster ilustrasi vektor itu, terlihat gambar JK berdampingan dengan AHY. Warna ungu jadi background dalam poster tersebut.
Tak hanya Imelda, Wasekjen PD Andi Arief juga mem-posting poster tersebut di akun Twitternya. Dia me-retweet simpatisan PD yang mengunggah gambar JK-AHY.
Wacana JK-AHY ini berawal dari keinginan Demokrat memunculkan poros ketiga di Pilpres 2019. Poros ketiga ini diharapkan bisa mengeluarkan capres alternatif selain Presiden Joko Widodo dan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Untuk bisa mengusung JK-AHY, Demokrat tentunya tak bisa sendiri. Ini mengingat adanya syarat ambang batas capres di UU Pemilu, yang mewajibkan parpol atau gabungan parpol memiliki 20% kursi di DPR atau 25% suara sah Pemilu 2004.
Untuk Pemilu 2014, Demokrat memiliki 10,19% suara. Artinya, partai pimpinan Ketum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu masih perlu 14,81% dari partai lain. Sedangkan di DPR, PD memiliki 10,9% dan masih perlu 9,1% kursi lain.
Golkar tetap memastikan mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Meski JK sebagai eks ketum ditawari kursi capres, Golkar hingga ini masih berkomitmen mengusung Jokowi.
Diprediksi Kalah
Ironisnya, duet tua dan muda ini malah diprediksi kalah oleh pengamat politik. Duet ini akan bernasib sama seperti ketika JK maju bersama Wiranto (WIN) di Pilpres 2009.
"Kalau kita bercermin dari pengalaman 2009 agak berat ya. Pak JK kalau disurvei presiden, angkanya relatif. Nah AHY ini sebagai calon wakil presiden memang di survei itu 3 besar, tapi belum jadi calon wakil yang bisa mendongkrak suara," ujar Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari dalam perbincangan, Senin, 2 Juli 2018.
Qodari menyebut memang ada fenomena wakil bisa mendongkrak elektalibitas capres atau pihak utama dalam pencalonan. Untuk duet ini, dia menilai JK-AHY akan kalah seperti ketika JK maju sebagai capres dengan cawapres Wiranto.
"Fenomena itu belum kelihatan kalau dari AHY. Untuk sementara, kalau itu maju, akan seperti JK-Wiranto di 2009," kata Qodari.
Dalam survei sejauh ini, elektabilitas JK sebagai cawapres memang cukup tinggi. Hanya, ketika disurvei sebagai capres, eks Ketum Golkar itu belum memiliki elektabilitas yang relatif besar.
"Survei Pak JK sebagai capres bulan April ada beberapa simulasi surveinya kecil. Pak JK memang kuatnya sebagai wakil dan ini pola yang sudah berlangsung sejak 2003-2004. Untuk 2009 pun untuk wakil situasinya seperti itu, tapi untuk capres kecil," sebutnya.
"Jadi waktu Pak JK maju 2009, waktu itu kita memperkirakan Pak JK akan kalah," imbuhnya.
Masih Buka Peluang untuk Gerindra
Meski demikian, PD menyebut mereka masih membuka opsi berkoalisi dengan partai-partai lain.
"Sikap Demokrat saat ini masih terbuka untuk semua opsi. Kami menjalin komunikasi dengan semua pihak. Dengan Gerindra, PAN, PKB dan yang lain kami komunikasi," ujar Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP PD Ferdinand Hutahaean kepada wartawan, Senin, 2 Juli 2018.
Ferdinand mengatakan, duet JK-AHY merupakan keinginan kader besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu. Dia menegaskan, duet ini belum sikap final PD untuk 2019.
"Saya tegaakan bahwa itu adalah aspirasi kader. Mungkin juga nanti menjadi salah satu opsi yang akan dibahas oleh Majelis Tinggi. Tidak ada rencana deklarasi karena belum menjadi keputusan partai," tegasnya.
Kader PD mengunggah poster JK yang disandingkan dengan AHY. PD mengaku hampir solid memasangkan JK-AHY untuk Pilpres 2019.
"Mengeras suara, hampir 90 persenan sekianlah hasilnya, agar Demokrat membentuk poros ketiga saja dan mengusung Pak JK sebagai capresnya," kata Ketua DPP PD Jansen Sitindaon.
(Sumber: detik.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »