BENTENGSUMBAR. COM - Hasil inspeksi mendadak (sidak) Ombudsman RI ke Lapas Sukamiskin, Bandung, ditemukan masih adanya sel mewah termasuk milik Setya Novanto. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengusulkan perlu ada kamar asmara bagi narapidana di dalam lapas.
Usul disampaikan Fahri karena ia juga baru-baru ini meninjau Lapas Sukamiskin, menyusul adanya kasus jual beli fasilitas di lapas tersebut. Namun bukan sel mewah yang kemudian disoroti Fahri, melainkan kebutuhan napi akan kamar asmara.
"Itu sudah menjadi catatan temuan yang lalu. Kayaknya pada perlu kamar asmara," ujar Fahri saat berbincang dengan detikcom, Sabtu, 15 September 2018.
Saat disinggung soal sel Novanto yang luas, Fahri kembali menyinggung soal kamar asmara. Ia menyebut akan memanggil Ombudsman untuk meminta penjelasan lebih lanjut mengenai hasil temuan sidak.
"Itu mungkin penyebab ada kamar yang lebih besar. Kamar asmara itu HAM. Itulah yang kita mau dengar temuan Ombudsman biar jelas," jelas Fahri.
Ia tak banyak mengomentari soal sel mewah Setya Novanto yang merupakan eks Ketua DPR RI itu. Fahri justru menuding KPK yang menjadi alasan adanya keistimewaan bagi orang-orang tertentu di lapas.
"Saya lihat di Sukamiskin itu kalau orang yang suka mondar-mandir ke KPK biasanya mereka punya keistimewaan," tuturnya.
Toilet Novanto
Berdasarkan hasil sidak Ombudsman, terungkap kamar sel terpidana kasus korupsi KTP elektronik Setya Novanto terbilang mewah, lebih besar dan bagus dari sel lainnya. Di kamar mandinya pun tersedia kloset duduk.
Dari foto-foto yang diperoleh detikcom dari Ombudsman, kamar sel bekas Ketua Umum Partai Golkar itu ternyata terbilang mewah dan lebih luas. Di dalamnya ada kasur dan seprai berwarna putih serta exhaust fan. Ada pula rak buku hingga meja kerja lengkap dengan kursinya.
Saat ditanya, anggota Ombudsman Nanik Rahayu mengaku tidak tahu pasti ukuran kamar sel Novanto. Namun, menurutnya, luasnya dua kali lebih besar dari sel lainnya. Di kamar Novanto juga tersedia kloset duduk.
Dari foto yang dikirimkan Nanik, kamar mandi di kamar sel Novanto tampak bersih dengan lantai dan dinding dari keramik. Di situ memang terlihat ada kloset duduk berwarna putih gading. Sebuah handuk tampak tergantung di kloset tersebut.
Kondisi di sel Novanto ini berbeda dengan sel lainnya di Lapas Sukamiskin. Sebuah foto memperlihatkan sel kecil berukuran sekitar 2x1,5 meter. Kamar sel itu tampak kusam. Di dalam hanya ada satu kasur busa lusuh, yang jaraknya sangat dekat dengan kloset jongkok. Lubang tempat 'buang hajat' di sel itu tampak ditutup, kemungkinan untuk mengurangi bau. Sajadah dan celana tampak tergantung. Di bawah kolong tempat tidur ada sejumlah barang berserak.
Di foto lain, ukuran kamar selnya jauh lebih kecil. Tak tampak tempat tidur busa, melainkan hanya dipan kayu.
Menurut Nanik, di Sukamiskin, kamar yang lebih 'wah' memang milik Novanto. Kamar sel Nazaruddin, menurutnya, tidak sama dengan kondisi sel Novanto, meski dia tidak menceritakan lebih jauh seperti apa detailnya saat ditanya. Nanik hanya mengungkap kamar sel yang mirip-mirip sel Novanto adalah sel milik napi korupsi yang juga mantan Kakorlantas Polri, Djoko Susilo.
"Beda-beda modelnya ya, tapi yang luas itu kelihatannya punya Pak Djoko Susilo. Dia tapi pakai sliding ya. Jadi nggak kelihatan separuh. Separuh untuk aktivitas kayak gitu, yang separuh lagi kayaknya kamar. Kalau AC nggak. Jadi pakai exhaust ya," ucapnya.
Meski kamar sel Novanto lebih luas, Ninik mengaku tak menemukan barang mewah di sel tersebut, seperti televisi. Dia memastikan kamar ditempati Novanto berbeda dengan yang terlihat dalam tayangan Mata Najwa, yang saat itu ikut sidak bersama Dirjen Pas Sri Puguh Budi Utami.
Kritikan untuk Dirjen Pas
Anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu menuduh Dirjen Pas Kemenkum HAM Sri Puguh Utami sebagai pembohong. Hal itu sebagai reaksi atas adanya temuan sidak kamar sel napi korupsi Setya Novanto yang lebih besar dibanding sel napi lainnya.
"Dirjen Pemasyarakatan pembohong. Dia itu berkali-kali ngomong akan pembenahan di berbagai lapas, baik yang berkaitan dengan napi yang kejahatan korupsi, narkoba, maupun teroris. Berkaitan dengan Lapas Sukamiskin, dia menyampaikan akan melakukan perbaikan segala macam. Ketika kami, Komisi III DPR, mendatangi itu (Lapas Sukamiskin), beliau juga menyampaikan hal yang sama. Tapi kan ini hal yang sama terulang. Nggak ada pembenahan," ujar Masinton kepada detikcom, Sabtu, 15 September 2018.
Masinton menyebut belum ada pembenahan yang dilakukan, khususnya sel di lapas khusus bagi para napi korupsi. Melihat kondisi itu, kata Masinton, anggaran untuk Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkum HAM juga perlu dipertimbangkan lagi. Apalagi salah satu anggaran pengadaan fasilitas mencapai Rp 1 triliun.
"Kalau Dirjen Pas-nya begini perlu dipertimbangkan anggaran untuk direktorat pengadaan fasilitas segala macam itu hampir Rp 1 triliun di luar bahan makanan. Menurut saya, layak di-pending. Ini kan belum pengesahan anggaran, khusus untuk Dirjen Pas lebih layak di-pending. Itu anggaran di luar bahan makanan pengadaannya hampir Rp 1 T, Rp 700 miliar lebih, tapi cara kerja begini kan nggak layak dikasih fasilitas anggaran di luar kebutuhan pokok narapidana," kata Masinton.
Selain itu, Masinton menduga adanya pembiaran yang dilakukan oleh Dirjen Pas terhadap hal-hal yang melanggar aturan di dalam lapas. Hal itulah yang menjadikan adanya praktik-praktik transaksional di lapas.
"Itu kan harusnya dari berkali-kali keganjilan-keganjilan di dalam Lapas Sukamiskin tugas Dirjen Pas melakukan supervisi khusus ke situ. Dia nggak boleh di belakang meja menerima laporan. Dia tahu dan membiarkan. Ada pembiaran. Bohong kalau dia nggak tahu," ujarnya.
(Sumber: detik.com)
Usul disampaikan Fahri karena ia juga baru-baru ini meninjau Lapas Sukamiskin, menyusul adanya kasus jual beli fasilitas di lapas tersebut. Namun bukan sel mewah yang kemudian disoroti Fahri, melainkan kebutuhan napi akan kamar asmara.
"Itu sudah menjadi catatan temuan yang lalu. Kayaknya pada perlu kamar asmara," ujar Fahri saat berbincang dengan detikcom, Sabtu, 15 September 2018.
Saat disinggung soal sel Novanto yang luas, Fahri kembali menyinggung soal kamar asmara. Ia menyebut akan memanggil Ombudsman untuk meminta penjelasan lebih lanjut mengenai hasil temuan sidak.
"Itu mungkin penyebab ada kamar yang lebih besar. Kamar asmara itu HAM. Itulah yang kita mau dengar temuan Ombudsman biar jelas," jelas Fahri.
Ia tak banyak mengomentari soal sel mewah Setya Novanto yang merupakan eks Ketua DPR RI itu. Fahri justru menuding KPK yang menjadi alasan adanya keistimewaan bagi orang-orang tertentu di lapas.
"Saya lihat di Sukamiskin itu kalau orang yang suka mondar-mandir ke KPK biasanya mereka punya keistimewaan," tuturnya.
Toilet Novanto
![]() |
Kloset duduk di sel Setya Novanto di Lapas Sukamiskin (dok Ombudsman). |
Berdasarkan hasil sidak Ombudsman, terungkap kamar sel terpidana kasus korupsi KTP elektronik Setya Novanto terbilang mewah, lebih besar dan bagus dari sel lainnya. Di kamar mandinya pun tersedia kloset duduk.
Dari foto-foto yang diperoleh detikcom dari Ombudsman, kamar sel bekas Ketua Umum Partai Golkar itu ternyata terbilang mewah dan lebih luas. Di dalamnya ada kasur dan seprai berwarna putih serta exhaust fan. Ada pula rak buku hingga meja kerja lengkap dengan kursinya.
Saat ditanya, anggota Ombudsman Nanik Rahayu mengaku tidak tahu pasti ukuran kamar sel Novanto. Namun, menurutnya, luasnya dua kali lebih besar dari sel lainnya. Di kamar Novanto juga tersedia kloset duduk.
Dari foto yang dikirimkan Nanik, kamar mandi di kamar sel Novanto tampak bersih dengan lantai dan dinding dari keramik. Di situ memang terlihat ada kloset duduk berwarna putih gading. Sebuah handuk tampak tergantung di kloset tersebut.
Kondisi di sel Novanto ini berbeda dengan sel lainnya di Lapas Sukamiskin. Sebuah foto memperlihatkan sel kecil berukuran sekitar 2x1,5 meter. Kamar sel itu tampak kusam. Di dalam hanya ada satu kasur busa lusuh, yang jaraknya sangat dekat dengan kloset jongkok. Lubang tempat 'buang hajat' di sel itu tampak ditutup, kemungkinan untuk mengurangi bau. Sajadah dan celana tampak tergantung. Di bawah kolong tempat tidur ada sejumlah barang berserak.
Di foto lain, ukuran kamar selnya jauh lebih kecil. Tak tampak tempat tidur busa, melainkan hanya dipan kayu.
Menurut Nanik, di Sukamiskin, kamar yang lebih 'wah' memang milik Novanto. Kamar sel Nazaruddin, menurutnya, tidak sama dengan kondisi sel Novanto, meski dia tidak menceritakan lebih jauh seperti apa detailnya saat ditanya. Nanik hanya mengungkap kamar sel yang mirip-mirip sel Novanto adalah sel milik napi korupsi yang juga mantan Kakorlantas Polri, Djoko Susilo.
"Beda-beda modelnya ya, tapi yang luas itu kelihatannya punya Pak Djoko Susilo. Dia tapi pakai sliding ya. Jadi nggak kelihatan separuh. Separuh untuk aktivitas kayak gitu, yang separuh lagi kayaknya kamar. Kalau AC nggak. Jadi pakai exhaust ya," ucapnya.
Meski kamar sel Novanto lebih luas, Ninik mengaku tak menemukan barang mewah di sel tersebut, seperti televisi. Dia memastikan kamar ditempati Novanto berbeda dengan yang terlihat dalam tayangan Mata Najwa, yang saat itu ikut sidak bersama Dirjen Pas Sri Puguh Budi Utami.
![]() |
Kondisi kamar sel dan toilet di sel lain di Lapas Sukamiskin (dok Ombudsman). |
Kritikan untuk Dirjen Pas
Anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu menuduh Dirjen Pas Kemenkum HAM Sri Puguh Utami sebagai pembohong. Hal itu sebagai reaksi atas adanya temuan sidak kamar sel napi korupsi Setya Novanto yang lebih besar dibanding sel napi lainnya.
"Dirjen Pemasyarakatan pembohong. Dia itu berkali-kali ngomong akan pembenahan di berbagai lapas, baik yang berkaitan dengan napi yang kejahatan korupsi, narkoba, maupun teroris. Berkaitan dengan Lapas Sukamiskin, dia menyampaikan akan melakukan perbaikan segala macam. Ketika kami, Komisi III DPR, mendatangi itu (Lapas Sukamiskin), beliau juga menyampaikan hal yang sama. Tapi kan ini hal yang sama terulang. Nggak ada pembenahan," ujar Masinton kepada detikcom, Sabtu, 15 September 2018.
Masinton menyebut belum ada pembenahan yang dilakukan, khususnya sel di lapas khusus bagi para napi korupsi. Melihat kondisi itu, kata Masinton, anggaran untuk Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkum HAM juga perlu dipertimbangkan lagi. Apalagi salah satu anggaran pengadaan fasilitas mencapai Rp 1 triliun.
"Kalau Dirjen Pas-nya begini perlu dipertimbangkan anggaran untuk direktorat pengadaan fasilitas segala macam itu hampir Rp 1 triliun di luar bahan makanan. Menurut saya, layak di-pending. Ini kan belum pengesahan anggaran, khusus untuk Dirjen Pas lebih layak di-pending. Itu anggaran di luar bahan makanan pengadaannya hampir Rp 1 T, Rp 700 miliar lebih, tapi cara kerja begini kan nggak layak dikasih fasilitas anggaran di luar kebutuhan pokok narapidana," kata Masinton.
Selain itu, Masinton menduga adanya pembiaran yang dilakukan oleh Dirjen Pas terhadap hal-hal yang melanggar aturan di dalam lapas. Hal itulah yang menjadikan adanya praktik-praktik transaksional di lapas.
"Itu kan harusnya dari berkali-kali keganjilan-keganjilan di dalam Lapas Sukamiskin tugas Dirjen Pas melakukan supervisi khusus ke situ. Dia nggak boleh di belakang meja menerima laporan. Dia tahu dan membiarkan. Ada pembiaran. Bohong kalau dia nggak tahu," ujarnya.
(Sumber: detik.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »