BENTENGSUMBAR. COM - Hubertus Kasan Hidajat, seorang psikiater mengungkap kepribadian Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah. Hubertus Kasan Hidajat mengungkapnya dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One pada Selasa, 9 Oktober 2018 malam. Hubertus Kasan Hidajat menyebut sikap Fahri Hamzah kurang bagus, meski sesungguhnya, hatinya baik.
Hal itu, kata dia, terlihat dari sikap Fahri Hamzah yang saat sudah minta maaf. Namun, ia kembali menyerang. Meski menurutnya, Fahri Hamzah sebenarnya tidak memiliki tujuan apapun atas sikapnya itu.
Hal itu, kata dia, hanya bentuk contoh seorang pemimpin yang kurang matang. Ia pun mengatakan bahwa Fahri Hamzah memiliki hati baik. Namun, mulutnya saja yang celaka.
Dilansir dari tayangan ILC di YouTube, pada Rabu, 10 Oktober 2018, Hubertus Kasan Hidajat awalnya menjelaskan soal dugaan gangguan kejiwaan yang dialami tersangka kasus hoaks, Ratna Sarumpaet. Menurutnya, Ratna Sarumpaet diindikasi mengalami kelainan jiwa yang disebut hipomania.
"Orang hipomania itu orangnya semangat sekali, aktif, banyak ide, tak mengenal lelah, sampai suatu batas tertentu dia akan terjadi kelainan yang kita sebut bipolar," jelasnya.
Hubertus Kasan Hidajat menjelaskan, selama penderita memiliki hipomania, itu bagus. Karena, banyak penderita hipomania yang bisa menjadi orang kaya raya dan sukses. "Tapi kalau sudah sampai menyerang orang lain, usahanya belum selesai ditinggal, itu jadi bumerang dan itulah yang kita sebut bipolar," jelasnya.
Kemudian, orang yang mengarah ke bipolar itu, menurutnya, disebut sebagai bipolar spektrum. "Itu mempunyai gejala tempelan yang kita sebut dengan psikopatik, gejala khasnya itu asal ngomong atau bohong, kemudian gejala yang satunya lagi yaitu paranoid atau curiga," katanya.
Dalam gejala paranoid tersebut, jelasnya, penderita akan mengatakan hal-hal yang sebetulnya tidak ada faktanya. "Misalnya dia meyakini ada uang sekian-sekian yang ditahan, tapi tidak ada, namun ia yakin sendiri, inilah kelihatannya yang terjadi (pada Ratna Sarumpaet)," jelasnya.
Ia kemudian mengaitkannya dengan kebohongan yang dilakukan Ratna Sarumpaet. Menurutnya, hal itu tidak bisa dikatakan bahwa Prabowo dan Amien Rais tertipu pada kebohongan Ratna Sarumpaet. Sebab, psikiater sendiri akan terjebak karena tidak bisa membedakan kata-kata bohong atau benar dari penderita hipomania tersebut.
"Ketika hasil operasi kurang bagus, ia panik, maka ia dengan berani mengatakan hal yang seperti sungguh terjadi. Jadi, tidak bisa katakan Pak Prabowo dan Pak Amien Rais itu tertipu atau apa, karena semua orang akan tertipu. Karena dia bicaranya natural, alami sekali," katanya.
Kemudian, menurutnya, kasus Ratna Sarumpaet bukan merupakan drama atau pun teater, tapi gejala kejiwaan. Untuk itu, ia menilai wajar jika keesokan harinya, Ratna Sarumpaet langsung mengakui kebohongannya. Karena, penderita hipomania memiliki mood yang naik turun.
"Pada waktu dia semangat dia hantam terus, besoknya dia bisa down depresi, dia takut, dia ngaku semua. Jadi yang terjadi pada RS itu masalah kondisinya seperti itu, bukan niat dia, tapi reaksi kepanikan, jadi perlu bantuan psikiater," tegasnya.
Namun hal yang menjadi masalah, kata dia, yakni reaksi dari para tokoh, termasuk Prabowo dan Amien Rais Cs yang terlalu berlebihan. "Setelah dia menyampaikan pada tokoh-tokoh, mereka bereaksinya begitu cepat, hebat, dan mungkin agak sadis. Itulah yang disayangkan, apa perlu seperti itu, gitu loh," katanya.
Reaksi itulah yang menurutnya kemudian menjadi akibat besar hingga kasus tersebut menjadi besar. Bahkan, ia menyebut, reaksi tersebut merupakan contoh dari ketidakmatangan seorang pemimpin. "Setelah dia mengaku itu bohong, gimana akibatnya? Itulah ketidakmatangan seorang pemimpin, jadi di negara kita banyak pemimpin kurang matang," ujarnya.
Ia pun memberi contoh narasumber yang ada di ILC, yakni Fahri Hamzah. "Pak Fahri ini hatinya baik, tapi mulutnya celaka. Tapi dia sudah minta maaf, tapi nyerang lagi, ngapain coba dalam hati saya, nggak perlu, padahal dia gak ada maksud apa-apa, ya itulah kurang bagus," ujarnya, yang disambut tawa Budiman Sujatmiko dan peserta hadirin.
(Sumber: tribunnews.com)
Hal itu, kata dia, terlihat dari sikap Fahri Hamzah yang saat sudah minta maaf. Namun, ia kembali menyerang. Meski menurutnya, Fahri Hamzah sebenarnya tidak memiliki tujuan apapun atas sikapnya itu.
Hal itu, kata dia, hanya bentuk contoh seorang pemimpin yang kurang matang. Ia pun mengatakan bahwa Fahri Hamzah memiliki hati baik. Namun, mulutnya saja yang celaka.
Dilansir dari tayangan ILC di YouTube, pada Rabu, 10 Oktober 2018, Hubertus Kasan Hidajat awalnya menjelaskan soal dugaan gangguan kejiwaan yang dialami tersangka kasus hoaks, Ratna Sarumpaet. Menurutnya, Ratna Sarumpaet diindikasi mengalami kelainan jiwa yang disebut hipomania.
"Orang hipomania itu orangnya semangat sekali, aktif, banyak ide, tak mengenal lelah, sampai suatu batas tertentu dia akan terjadi kelainan yang kita sebut bipolar," jelasnya.
Hubertus Kasan Hidajat menjelaskan, selama penderita memiliki hipomania, itu bagus. Karena, banyak penderita hipomania yang bisa menjadi orang kaya raya dan sukses. "Tapi kalau sudah sampai menyerang orang lain, usahanya belum selesai ditinggal, itu jadi bumerang dan itulah yang kita sebut bipolar," jelasnya.
Kemudian, orang yang mengarah ke bipolar itu, menurutnya, disebut sebagai bipolar spektrum. "Itu mempunyai gejala tempelan yang kita sebut dengan psikopatik, gejala khasnya itu asal ngomong atau bohong, kemudian gejala yang satunya lagi yaitu paranoid atau curiga," katanya.
Dalam gejala paranoid tersebut, jelasnya, penderita akan mengatakan hal-hal yang sebetulnya tidak ada faktanya. "Misalnya dia meyakini ada uang sekian-sekian yang ditahan, tapi tidak ada, namun ia yakin sendiri, inilah kelihatannya yang terjadi (pada Ratna Sarumpaet)," jelasnya.
Ia kemudian mengaitkannya dengan kebohongan yang dilakukan Ratna Sarumpaet. Menurutnya, hal itu tidak bisa dikatakan bahwa Prabowo dan Amien Rais tertipu pada kebohongan Ratna Sarumpaet. Sebab, psikiater sendiri akan terjebak karena tidak bisa membedakan kata-kata bohong atau benar dari penderita hipomania tersebut.
"Ketika hasil operasi kurang bagus, ia panik, maka ia dengan berani mengatakan hal yang seperti sungguh terjadi. Jadi, tidak bisa katakan Pak Prabowo dan Pak Amien Rais itu tertipu atau apa, karena semua orang akan tertipu. Karena dia bicaranya natural, alami sekali," katanya.
Kemudian, menurutnya, kasus Ratna Sarumpaet bukan merupakan drama atau pun teater, tapi gejala kejiwaan. Untuk itu, ia menilai wajar jika keesokan harinya, Ratna Sarumpaet langsung mengakui kebohongannya. Karena, penderita hipomania memiliki mood yang naik turun.
"Pada waktu dia semangat dia hantam terus, besoknya dia bisa down depresi, dia takut, dia ngaku semua. Jadi yang terjadi pada RS itu masalah kondisinya seperti itu, bukan niat dia, tapi reaksi kepanikan, jadi perlu bantuan psikiater," tegasnya.
Namun hal yang menjadi masalah, kata dia, yakni reaksi dari para tokoh, termasuk Prabowo dan Amien Rais Cs yang terlalu berlebihan. "Setelah dia menyampaikan pada tokoh-tokoh, mereka bereaksinya begitu cepat, hebat, dan mungkin agak sadis. Itulah yang disayangkan, apa perlu seperti itu, gitu loh," katanya.
Reaksi itulah yang menurutnya kemudian menjadi akibat besar hingga kasus tersebut menjadi besar. Bahkan, ia menyebut, reaksi tersebut merupakan contoh dari ketidakmatangan seorang pemimpin. "Setelah dia mengaku itu bohong, gimana akibatnya? Itulah ketidakmatangan seorang pemimpin, jadi di negara kita banyak pemimpin kurang matang," ujarnya.
Ia pun memberi contoh narasumber yang ada di ILC, yakni Fahri Hamzah. "Pak Fahri ini hatinya baik, tapi mulutnya celaka. Tapi dia sudah minta maaf, tapi nyerang lagi, ngapain coba dalam hati saya, nggak perlu, padahal dia gak ada maksud apa-apa, ya itulah kurang bagus," ujarnya, yang disambut tawa Budiman Sujatmiko dan peserta hadirin.
(Sumber: tribunnews.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »