BENTENGSUMBAR. COM - Ketua Umum PPP, Romahurmuziy atau Romy mengusulkan agar tanggal 3 Oktober menjadi Hari Antihoax Nasional. Usulan ini didasari setelah kebohongan Ratna Sarumpaet terbongkar.
Saat Ratna mengakui kasus penganiayaan terhadap dirinya itu bohong, ada banyak tokoh-tokoh oposisi yang bisa tertipu dengan rekayasa tersebut.
"Untuk mengingatkan seluruh bangsa Indonesia terhadap gelar-gelar yang bersliweran di media massa sebagai pembuat hoax terbaik yang disematkan kepada Ratna. Karenanya PPP mengusulkan sejak beberapa hari lalu tanggal 3 Oktober dijadikan sebagai Hari Antihoax Nasional," kata Romy di sela acara konsolidasi dan pembekalan caleg PPP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Asrama Haji Yogyakarta, Jumat, 5 Oktober 2018.
"Supaya kita semua ingat pernah ada seorang yang melakukan rekayasa sampai tokoh-tokoh kaliber semuanya tertipu dengan rekayasa itu," sindirnya.
Di sisi lain, Romy juga menaruh kecurigaan kubu oposisi berada di balik kasus hoax Ratna. "Atau ikut menjadi bagian dari rekayasa itu semua," sebutnya.
Romy pun meminta polisi menelusuri rekam percakapan dan komunikasi Ratna sebelum kasus hoax penganiayaan itu mencuat.
"Polri harus melanjutkan kasus ini untuk sampai pada kesimpulan apakah ini adalah pribadi Ratna Sarumpaet, ataukah ini orkestrasi yang dibangun oposisi untuk melakukan strategi playing victim?" kata Romy.
Usut Tuntas
Romy meminta polisi untuk menelusuri rekam percakapan dan komunikasi Ratna sebelum kasus hoax penganiayaan itu mencuat. Bila hal itu terbongkar akan diketahui aktor intelektualnya.
"Siapa-siapa yang dipanggil tentunya kepolisian lebih tahu, yang paling pasti adalah semua saluran komunikasi yang digunakan oleh ratna di dalam orkestrasi kebohongan itu harus dibongkar sehingga diketahui aktor intelektual dari kebohongan ini siapa," katanya.
Terkait penetapan status tersangka terhadap Ratna, Romy menyebut kasus ini deliknya sudah jelas, yakni kebohongan publik yang melanggar KUHP dan UU ITE.
"Karena yang bersangkutan menyebarkan berita bohong yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Karena ini delik umum bukan delik aduan, saya berharap Polri bisa menindaklanjuti secara serius kasus ini dengan tuntas," harapnya.
Romy pun meminta kasus Ratna ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak jangan kemudian ikhtiar untuk kemenangan suatu jabatan dilakukan dengan menghalalkan segala cara.
"Karena itu cara-cara yang tidak baik dan diwariskan hal tersebut secara demonstratif di dalam kontestasi paling besar yaitu kontestasi Pilpres," ujarnya.
Romy juga menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia baik dari kubu pendukung Jokowi maupun Prabowo lakukan cara-cara pemenangan itu dengan cara yang bermartabat dan beradab.
"Jangan kemudian meniadakan norma, karena itu hanya akan menjatuhkan bangsa ini kepada kontestasi yang tidak memberikan kenangan yang manis kepada rakyat kita yang tengah akan bersuka cita dengan pesta demokrasi lima tahunan," lanjutnya.
Curigai Kubu Oposisi
Romy menaruh kecurigaan kubu oposisi berada di balik kasus hoax Ratna Sarumpaet. Romy pun meminta polisi menelusuri rekam percakapan dan komunikasi Ratna sebelum kasus hoax penganiayaan itu mencuat.
"Polri harus melanjutkan kasus ini untuk sampai pada kesimpulan apakah ini adalah pribadi Ratna Sarumpaet, ataukah ini orkestrasi yang dibangun oposisi untuk melakukan strategi playing victim?" katanya.
"Dan karenanya semua bentuk percakapan dan komunikasi yang dilakukan oleh Ratna dengan pihak-pihak lain yang terkait dengan kebohongan ini, harus diungkap tuntas agar kemudian tidak hanya mengkambinghitamkan Ratna belaka, tetapi betul-betul terbongkar kalau ini memang merupakan sebuah orkestrasi," sambungnya.
Romy menilai apa yang dilakukan Ratna adalah strategi playing victim. Menurut Romy, pertama Ratna mencoba melakukan kebohongan sedemikian rupa sehingga membuat seolah-olah pemerintah membiarkan kekerasan itu terjadi.
"Disertai dengan hiperbolisme statement yang dilakukan oleh para tokoh oposisi dengan bahasa-bahasa yang menunjukkan kebencian membabi-buta yang sudah menutupi kearifan," sebutnya.
Romy melihat kubu oposisi yang di dalamnya terdapat calon pemimpin, tokoh politik dan tokoh senior dan juga pimpinan lembaga negara ternyata mata hatinya sudah tertutup oleh kebencian. Sehingga, lanjutnya, yang diviralkan adalah sebuah kebohongan yang ternyata belakangan direkayasa.
"Kenapa kemudian playing victim itu gagal? Ya karena kesigapan Polri. Karena itu PPP memberikan apresiasi yang tinggi atas gerak cepat mereka mengungkap persoalan ini secara formil dan materiil," ujarnya.
"Apabila kemudian tidak terbukti orkestrasi, maka tugas penyidik untuk melanjutkan kasus Ratna sebagai pelajaran," imbuhnya.
(Sumber: detik.com)
Saat Ratna mengakui kasus penganiayaan terhadap dirinya itu bohong, ada banyak tokoh-tokoh oposisi yang bisa tertipu dengan rekayasa tersebut.
"Untuk mengingatkan seluruh bangsa Indonesia terhadap gelar-gelar yang bersliweran di media massa sebagai pembuat hoax terbaik yang disematkan kepada Ratna. Karenanya PPP mengusulkan sejak beberapa hari lalu tanggal 3 Oktober dijadikan sebagai Hari Antihoax Nasional," kata Romy di sela acara konsolidasi dan pembekalan caleg PPP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Asrama Haji Yogyakarta, Jumat, 5 Oktober 2018.
"Supaya kita semua ingat pernah ada seorang yang melakukan rekayasa sampai tokoh-tokoh kaliber semuanya tertipu dengan rekayasa itu," sindirnya.
Di sisi lain, Romy juga menaruh kecurigaan kubu oposisi berada di balik kasus hoax Ratna. "Atau ikut menjadi bagian dari rekayasa itu semua," sebutnya.
Romy pun meminta polisi menelusuri rekam percakapan dan komunikasi Ratna sebelum kasus hoax penganiayaan itu mencuat.
"Polri harus melanjutkan kasus ini untuk sampai pada kesimpulan apakah ini adalah pribadi Ratna Sarumpaet, ataukah ini orkestrasi yang dibangun oposisi untuk melakukan strategi playing victim?" kata Romy.
Usut Tuntas
Romy meminta polisi untuk menelusuri rekam percakapan dan komunikasi Ratna sebelum kasus hoax penganiayaan itu mencuat. Bila hal itu terbongkar akan diketahui aktor intelektualnya.
"Siapa-siapa yang dipanggil tentunya kepolisian lebih tahu, yang paling pasti adalah semua saluran komunikasi yang digunakan oleh ratna di dalam orkestrasi kebohongan itu harus dibongkar sehingga diketahui aktor intelektual dari kebohongan ini siapa," katanya.
Terkait penetapan status tersangka terhadap Ratna, Romy menyebut kasus ini deliknya sudah jelas, yakni kebohongan publik yang melanggar KUHP dan UU ITE.
"Karena yang bersangkutan menyebarkan berita bohong yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Karena ini delik umum bukan delik aduan, saya berharap Polri bisa menindaklanjuti secara serius kasus ini dengan tuntas," harapnya.
Romy pun meminta kasus Ratna ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak jangan kemudian ikhtiar untuk kemenangan suatu jabatan dilakukan dengan menghalalkan segala cara.
"Karena itu cara-cara yang tidak baik dan diwariskan hal tersebut secara demonstratif di dalam kontestasi paling besar yaitu kontestasi Pilpres," ujarnya.
Romy juga menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia baik dari kubu pendukung Jokowi maupun Prabowo lakukan cara-cara pemenangan itu dengan cara yang bermartabat dan beradab.
"Jangan kemudian meniadakan norma, karena itu hanya akan menjatuhkan bangsa ini kepada kontestasi yang tidak memberikan kenangan yang manis kepada rakyat kita yang tengah akan bersuka cita dengan pesta demokrasi lima tahunan," lanjutnya.
Curigai Kubu Oposisi
Romy menaruh kecurigaan kubu oposisi berada di balik kasus hoax Ratna Sarumpaet. Romy pun meminta polisi menelusuri rekam percakapan dan komunikasi Ratna sebelum kasus hoax penganiayaan itu mencuat.
"Polri harus melanjutkan kasus ini untuk sampai pada kesimpulan apakah ini adalah pribadi Ratna Sarumpaet, ataukah ini orkestrasi yang dibangun oposisi untuk melakukan strategi playing victim?" katanya.
"Dan karenanya semua bentuk percakapan dan komunikasi yang dilakukan oleh Ratna dengan pihak-pihak lain yang terkait dengan kebohongan ini, harus diungkap tuntas agar kemudian tidak hanya mengkambinghitamkan Ratna belaka, tetapi betul-betul terbongkar kalau ini memang merupakan sebuah orkestrasi," sambungnya.
Romy menilai apa yang dilakukan Ratna adalah strategi playing victim. Menurut Romy, pertama Ratna mencoba melakukan kebohongan sedemikian rupa sehingga membuat seolah-olah pemerintah membiarkan kekerasan itu terjadi.
"Disertai dengan hiperbolisme statement yang dilakukan oleh para tokoh oposisi dengan bahasa-bahasa yang menunjukkan kebencian membabi-buta yang sudah menutupi kearifan," sebutnya.
Romy melihat kubu oposisi yang di dalamnya terdapat calon pemimpin, tokoh politik dan tokoh senior dan juga pimpinan lembaga negara ternyata mata hatinya sudah tertutup oleh kebencian. Sehingga, lanjutnya, yang diviralkan adalah sebuah kebohongan yang ternyata belakangan direkayasa.
"Kenapa kemudian playing victim itu gagal? Ya karena kesigapan Polri. Karena itu PPP memberikan apresiasi yang tinggi atas gerak cepat mereka mengungkap persoalan ini secara formil dan materiil," ujarnya.
"Apabila kemudian tidak terbukti orkestrasi, maka tugas penyidik untuk melanjutkan kasus Ratna sebagai pelajaran," imbuhnya.
(Sumber: detik.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »