BENTENGSUMBAR. COM - Bitcoin Cs dilanda aksi jual besar-besaran (sell-off) dalam dua hari terakhir ini karena investor memilih untuk menjualnya dan belum ada yang menampung mata uang digital ini padahal harganya bisa dikatakan sudah murah.
Salah satu mata uang digital yang paling banyak dilepas adalah Bitcoin. Hingga pukul 13:30 WIB, Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$4.589,84 per koin atau setara Rp 66,99 juta. Sepanjang Oktober harga Bitcoin stabil di kisaran US$6.400 per koin.
Dalam 24 jam terakhir harga Bitcoin sudah anjlok 14%. Dalam sepekan terakhir harganya koreksi 27,37%. Ini merupakan harga terendah Bitcoin dalam 14 bulan terakhir. Padahal November tahun lalu Bitcoin cetak rekor baru, harganya menyentuh kisaran US$10.000 per koin.
Beberapa ekonom dan pelaku jasa keuangan sebenarnya sudah memprediksi kejatuhan harga Bitcoin. Salah satunya, Bill Harris. Mantan CEO Paypal ini meragukan Bitcoin sebagai mata uang dan memperkirakan harganya akan terus anjlok.
"Pengkultusan Bitcoin sebagai [mata uang yang] efisien, bermanfaat secara global, aman, bebas dan instan adalah klaim. Harga akan terus berkurang hingga jauh lebih dekat ke nol. Tidak ada nilai di sana," ujarnya seperti dikutip dari CNBC International.
Berikutnya adalah ekonom terkemuka Nouriel Raubini. Pria yang dijuluki sebagai Dr Doom karena prediksinya soal krisis financial 2008 ini juga menyatakan Bitcoin akan jatuh ke angka nol aliat tidak bernilai lagi.
Nouriel mengatakan kenaikan harga Bitcoin karena adanya manipulasi. Ada sekelompok investor yang sengaja mengerek harga Bitcoin tinggi. Namun pada akhirnya investor tersebut akan pergi dan harganya akan anjlok.
Meninggalkan masalah bagi investor yang menganut sistem HODL, kepanjangannya "hold on for dear life" atau mereka yang memegang Bitcoin dalam jangka waktu lama.
Lalu ada Ekonomi peraih Nobel Robert Shiller menggambarkan fenomena Bitcoin, tak jauh berbeda dengan fenomena bunga Tulip di Belanda pada medio 1640.
Jadi pertanyannya, apakah akan runtuh? Kami saat ini masih membayar tulip, dan terkadang harganya mahal. (Bitcoin) mungkin benar-benar runtuh dan dilupakan. Tapi saya pikir, (Bitcoin) masih bisa bertahan di sini dalam 100 tahun," kata Shriller.
Pada abad ke-17, bunga Tulip menjadi suatu fenomena besar di Belanda karena harganya yang terus meroket. Melonjaknya harga bunga tulip, akhirnya menyebabkan pasar keuangan terpuruk pada 1637, karena gelembung yang ditimbulkan dari harga Tulip yang melonjak.
(cnbci)
Salah satu mata uang digital yang paling banyak dilepas adalah Bitcoin. Hingga pukul 13:30 WIB, Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$4.589,84 per koin atau setara Rp 66,99 juta. Sepanjang Oktober harga Bitcoin stabil di kisaran US$6.400 per koin.
Dalam 24 jam terakhir harga Bitcoin sudah anjlok 14%. Dalam sepekan terakhir harganya koreksi 27,37%. Ini merupakan harga terendah Bitcoin dalam 14 bulan terakhir. Padahal November tahun lalu Bitcoin cetak rekor baru, harganya menyentuh kisaran US$10.000 per koin.
Beberapa ekonom dan pelaku jasa keuangan sebenarnya sudah memprediksi kejatuhan harga Bitcoin. Salah satunya, Bill Harris. Mantan CEO Paypal ini meragukan Bitcoin sebagai mata uang dan memperkirakan harganya akan terus anjlok.
"Pengkultusan Bitcoin sebagai [mata uang yang] efisien, bermanfaat secara global, aman, bebas dan instan adalah klaim. Harga akan terus berkurang hingga jauh lebih dekat ke nol. Tidak ada nilai di sana," ujarnya seperti dikutip dari CNBC International.
Berikutnya adalah ekonom terkemuka Nouriel Raubini. Pria yang dijuluki sebagai Dr Doom karena prediksinya soal krisis financial 2008 ini juga menyatakan Bitcoin akan jatuh ke angka nol aliat tidak bernilai lagi.
Nouriel mengatakan kenaikan harga Bitcoin karena adanya manipulasi. Ada sekelompok investor yang sengaja mengerek harga Bitcoin tinggi. Namun pada akhirnya investor tersebut akan pergi dan harganya akan anjlok.
Meninggalkan masalah bagi investor yang menganut sistem HODL, kepanjangannya "hold on for dear life" atau mereka yang memegang Bitcoin dalam jangka waktu lama.
Lalu ada Ekonomi peraih Nobel Robert Shiller menggambarkan fenomena Bitcoin, tak jauh berbeda dengan fenomena bunga Tulip di Belanda pada medio 1640.
Jadi pertanyannya, apakah akan runtuh? Kami saat ini masih membayar tulip, dan terkadang harganya mahal. (Bitcoin) mungkin benar-benar runtuh dan dilupakan. Tapi saya pikir, (Bitcoin) masih bisa bertahan di sini dalam 100 tahun," kata Shriller.
Pada abad ke-17, bunga Tulip menjadi suatu fenomena besar di Belanda karena harganya yang terus meroket. Melonjaknya harga bunga tulip, akhirnya menyebabkan pasar keuangan terpuruk pada 1637, karena gelembung yang ditimbulkan dari harga Tulip yang melonjak.
(cnbci)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »