BENTENGSUMBAR. COM - Kesalehan seorang calon pemimpin selalu menjadi perbincangan hangat disetiap pesta demokrasi, apakah itu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Legislatif (Pileg) maupun Pemilihan Presiden (Pilpres). Tentu saja, rakyat berharap, pemimpin yang terpilih merupakan pemimpin yang amanah, memiliki integritas, tegas dari segi perbuatan, bukan ucapan semata dan memiliki kesalahen pribadi dan sosial.
Tak hanya itu, kriteria pemimpin yang baik lainnya adalah harus mampu menjaga ibadahnya kepada Tuhan. Artinya, pemimpin muslim harus mampu melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh Islam, seperti salat, puasa, zakat, ibadah haji dan lainnya. Misalnya, pemimpin muslim itu tak sekedar mampu menjadi imam salat bagi keluarganya, tetapi juga mampu menjadi imam salat bagi rakyatnya.
Dalam salah satu tausiahnya di Islamic Center Samarinda, Kalimantan Timur pada Kamis, 26 Juli 2018 pagi, Ustad Abdul Somad (UAS) menekankan arti kehadiran pemimpin dalam salat berjamaah. Pemimpin harus menjadi imam, apabila tidak berhalangan.
Hal itu diceritakannya ketika dirinya diminta maju sebagai Imam Shalat Subuh Berjamaah di Islamic Center Samarinda pagi tadi. Dirinya menolak lantaran Imam Ratib didulukan memimpin untuk menggantikan Gubernur atau pejabat turunannya karena berhalangan.
“Imam Ratib, siapapun yang datang ke Masjidil Haram, mau ulama besar sakalipun, yang maju ke depan (memimpin) tetap Syekh Abdurrahman As Sudais, tetap Syekh Suud As Syuraim karena Imam Ratib,” ungkapnya.
“Berkumpul kita semua, di Kabupaten, di Kota, di Provinsi Kalimantan Timur ini, maka yang paling layak menjadi imam adalah waliyyul amr, pemimpin-gubernur, gubernur yang jadi imam. Kalau gubernur tidak ada, wakil (gubernur), kalau tidak ada atau segan maju karena belum dilantik, maka diangkatlah Imam Ratib,” tegasnya.
Ditekankannya, Imam adalah seorang yang dipilih dan dipercaya masyarakat untuk menjadi pemimpin. Hal tersebut dibuktikannya lewat riwayat Nabi Muhammad SAW yang terus menjadi Imam shalat semasa hidupnya.
“Aslinya yang menjadi imam itu adalah pemimpin. Makanya selama Nabi Muhammad SAW masih hidup tidak ada yang maju ke depan (memimpin), kecuali atas titah baginda (Nabi Muhammad), maka majulah Sayyidina Abu Bakri Ash Siddiq Radiallahu Anh,” paparnya.
“Ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, beliau menjadi imam. Ketika meninggal Abu Bakar Ash Siddiq, naik Sayyidina Amirul Mukminin Umar Bin Khattab menjadi imam, dan ketika itu dia mengangkat Imam Ratib untuk Shalat Tarawih bernama Ubay Bin Kaab Radiallahu Anh,” tambahnya.
Namun disayangkannya, ketidakhadiran Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek Ishak lantaran dipanggil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo tidak diteruskan dengan penunjukan Imam Ratib.
“Jadi, ulil amri (ulama) boleh mengangkat imam. Alhamdulillah Ustadz Somad, seandainya ada bapak gubernur, beliau hadir karena biasa Salat Subuh berjamaah di sini, tapi karena ada undangan, ada jemputan, ada panggilan dari bapak presiden, tidak ada (hadir). Betapa bangga bahagianya, gubernur menjadi imam, andai tidak diangkatnya Imam Ratib,” ungkapnya.
“Tapi beda imam sekarang dengan Nabi Muhammad, kalau Nabi Muhammad selesai salat langsung menghadap jemaah. Mana saidun fullan, mana si fullan, kenapa tidak salat berjamaah? Ini lah hadist yang tidak saya amalkan sampai sekarang. Mana pak RT? mana pak RW? Mana si anu-mana? Kenapa ustadz tidak amalkan? Abdul Somad tidak ada kuasa,” ungkapnya disambut tawa jemaah.
(by/wartakota)
Tak hanya itu, kriteria pemimpin yang baik lainnya adalah harus mampu menjaga ibadahnya kepada Tuhan. Artinya, pemimpin muslim harus mampu melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh Islam, seperti salat, puasa, zakat, ibadah haji dan lainnya. Misalnya, pemimpin muslim itu tak sekedar mampu menjadi imam salat bagi keluarganya, tetapi juga mampu menjadi imam salat bagi rakyatnya.
Dalam salah satu tausiahnya di Islamic Center Samarinda, Kalimantan Timur pada Kamis, 26 Juli 2018 pagi, Ustad Abdul Somad (UAS) menekankan arti kehadiran pemimpin dalam salat berjamaah. Pemimpin harus menjadi imam, apabila tidak berhalangan.
Hal itu diceritakannya ketika dirinya diminta maju sebagai Imam Shalat Subuh Berjamaah di Islamic Center Samarinda pagi tadi. Dirinya menolak lantaran Imam Ratib didulukan memimpin untuk menggantikan Gubernur atau pejabat turunannya karena berhalangan.
“Imam Ratib, siapapun yang datang ke Masjidil Haram, mau ulama besar sakalipun, yang maju ke depan (memimpin) tetap Syekh Abdurrahman As Sudais, tetap Syekh Suud As Syuraim karena Imam Ratib,” ungkapnya.
“Berkumpul kita semua, di Kabupaten, di Kota, di Provinsi Kalimantan Timur ini, maka yang paling layak menjadi imam adalah waliyyul amr, pemimpin-gubernur, gubernur yang jadi imam. Kalau gubernur tidak ada, wakil (gubernur), kalau tidak ada atau segan maju karena belum dilantik, maka diangkatlah Imam Ratib,” tegasnya.
Ditekankannya, Imam adalah seorang yang dipilih dan dipercaya masyarakat untuk menjadi pemimpin. Hal tersebut dibuktikannya lewat riwayat Nabi Muhammad SAW yang terus menjadi Imam shalat semasa hidupnya.
“Aslinya yang menjadi imam itu adalah pemimpin. Makanya selama Nabi Muhammad SAW masih hidup tidak ada yang maju ke depan (memimpin), kecuali atas titah baginda (Nabi Muhammad), maka majulah Sayyidina Abu Bakri Ash Siddiq Radiallahu Anh,” paparnya.
“Ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, beliau menjadi imam. Ketika meninggal Abu Bakar Ash Siddiq, naik Sayyidina Amirul Mukminin Umar Bin Khattab menjadi imam, dan ketika itu dia mengangkat Imam Ratib untuk Shalat Tarawih bernama Ubay Bin Kaab Radiallahu Anh,” tambahnya.
Namun disayangkannya, ketidakhadiran Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek Ishak lantaran dipanggil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo tidak diteruskan dengan penunjukan Imam Ratib.
“Jadi, ulil amri (ulama) boleh mengangkat imam. Alhamdulillah Ustadz Somad, seandainya ada bapak gubernur, beliau hadir karena biasa Salat Subuh berjamaah di sini, tapi karena ada undangan, ada jemputan, ada panggilan dari bapak presiden, tidak ada (hadir). Betapa bangga bahagianya, gubernur menjadi imam, andai tidak diangkatnya Imam Ratib,” ungkapnya.
“Tapi beda imam sekarang dengan Nabi Muhammad, kalau Nabi Muhammad selesai salat langsung menghadap jemaah. Mana saidun fullan, mana si fullan, kenapa tidak salat berjamaah? Ini lah hadist yang tidak saya amalkan sampai sekarang. Mana pak RT? mana pak RW? Mana si anu-mana? Kenapa ustadz tidak amalkan? Abdul Somad tidak ada kuasa,” ungkapnya disambut tawa jemaah.
(by/wartakota)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »