BENTENGSUMBAR. COM - Pemberontak Suriah yang ingin menggulingkan rezim Presiden Bashar al-Assad, diakui Israel selama ini ternyata mendapatkan persenjataan dari militernya. Pengakuan langka ini muncul, setelah bertahun-tahun rezim Zionis bungkam dan memicu spekulasi tentang hubungannya dengan oposisi anti-Assad.
Pengakuan itu muncul dari Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Gadi Eisenkot yang pensiun minggu ini. Dia mengatakan pasokan senjata itu untuk pertahanan diri kubu oposisi.
Eisenkot, yang menjabat Kepala Staf IDF selama tiga tahun terakhir, mengungkap rahasia itu kepada Sunday Times dalam sebuah wawancara perpisahan, yang dilansir Selasa, 15 Januari 2019. Menurutnya, Israel memang telah terlibat langsung dalam konflik Suriah dengan berdiri di sisi pemberontak.
Jenderal rezim Zionis itu mengatakan bahwa Israel memasok senjata ringan kepada para pemberontak di perbatasan dengan tujuan membela diri.
Sebelum konfirmasi ini muncul, sejumlah media pernah melaporkan adanya pasokan senjata militer Tel Aviv ke tangan pemberontak anti-Assad. Majalah Foreign Policy, contohnya, melaporkan pada bulan September bahwa Israel memasok senjata dan memberikan uang kepada setidaknya 12 kelompok pemberontak yang bersembunyi di Suriah selatan.
Laporan itu menyebut pejabat Israel juga memberikan tunjangan bulanan USD75 per orang untuk para pejuang pemberontak, di samping dana yang diterima para pemimpin mereka untuk mendapatkan senjata di pasar gelap.
Sebagai imbalannya, pemberontak diharapkan untuk menghalangi pasukan Iran dan proksinya, Hizbullah, dari wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Skema ini dilaporkan berlaku di seluruh area yang jadi lokasi Operation Good Neighbor, sebuah operasi militer Israel yang secara resmi dimulai pada Juni 2016 dan baru selesai bulan November lalu. Dalam upaya ini, Israel secara terbuka membantu para pemberontak, tetapi mengklaim bahwa bantuan itu sepenuhnya bersifat kemanusiaan.
Israel selama ini memang merawat para pemberontak Suriah yang terluka dan keluarga mereka di rumah sakitnya. Rezim Zionis juga menyediakan sekitar 1.524 ton makanan, 250 ton pakaian, 947.520 liter bahan bakar, serta sejumlah besar pasokan medis.
Eisenkot juga mengakui bahwa menteri pertahanan Israel pernah bertemu dengan pemberontak Suriah. Sebelum Eisenkot membuka rahasia, pemerintah Zionis menyangkal keterlibatannya dalam konflik Suriah.
Jerusalem Post pada bulan September pernah menerbitkan laporan tentang IDF yang mengonfirmasikan bahwa mereka telah memberikan senjata ringan kepada pemberontak Suriah. Anehnya, laporan itu segera ditarik dari situs webnya. Media itu mengaku kepada Russia Today bahwa mereka dipaksa untuk menghapus artikelnya itu oleh sensor militer dengan alasan keamanan.
Pada bulan November, Mayor Jenderal Gershon Hacohen, mantan komandan senior IDF, mengungkapkan bahwa mantan Menteri Pertahanan Moshe Ya'alon secara pribadi telah bertemu dengan sekelompok pemberontak Suriah, tanpa menyebutkan jangka waktunya. Ya'alon adalah menteri pertahanan Israel dari 2013 hingga Mei 2016.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Eisenkot mengakui bahwa Israel telah melancarkan kampanye pemboman berskala besar yang bertujuan menurunkan pengaruh militer Iran di wilayah tersebut. Pada tahun 2018 saja, IDF menjatuhkan 2.000 bom pada target di Suriah yang diklaim terkait Iran.
(Source: sindonews.com)
Pengakuan itu muncul dari Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Gadi Eisenkot yang pensiun minggu ini. Dia mengatakan pasokan senjata itu untuk pertahanan diri kubu oposisi.
Eisenkot, yang menjabat Kepala Staf IDF selama tiga tahun terakhir, mengungkap rahasia itu kepada Sunday Times dalam sebuah wawancara perpisahan, yang dilansir Selasa, 15 Januari 2019. Menurutnya, Israel memang telah terlibat langsung dalam konflik Suriah dengan berdiri di sisi pemberontak.
Jenderal rezim Zionis itu mengatakan bahwa Israel memasok senjata ringan kepada para pemberontak di perbatasan dengan tujuan membela diri.
Sebelum konfirmasi ini muncul, sejumlah media pernah melaporkan adanya pasokan senjata militer Tel Aviv ke tangan pemberontak anti-Assad. Majalah Foreign Policy, contohnya, melaporkan pada bulan September bahwa Israel memasok senjata dan memberikan uang kepada setidaknya 12 kelompok pemberontak yang bersembunyi di Suriah selatan.
Laporan itu menyebut pejabat Israel juga memberikan tunjangan bulanan USD75 per orang untuk para pejuang pemberontak, di samping dana yang diterima para pemimpin mereka untuk mendapatkan senjata di pasar gelap.
Sebagai imbalannya, pemberontak diharapkan untuk menghalangi pasukan Iran dan proksinya, Hizbullah, dari wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Skema ini dilaporkan berlaku di seluruh area yang jadi lokasi Operation Good Neighbor, sebuah operasi militer Israel yang secara resmi dimulai pada Juni 2016 dan baru selesai bulan November lalu. Dalam upaya ini, Israel secara terbuka membantu para pemberontak, tetapi mengklaim bahwa bantuan itu sepenuhnya bersifat kemanusiaan.
Israel selama ini memang merawat para pemberontak Suriah yang terluka dan keluarga mereka di rumah sakitnya. Rezim Zionis juga menyediakan sekitar 1.524 ton makanan, 250 ton pakaian, 947.520 liter bahan bakar, serta sejumlah besar pasokan medis.
Eisenkot juga mengakui bahwa menteri pertahanan Israel pernah bertemu dengan pemberontak Suriah. Sebelum Eisenkot membuka rahasia, pemerintah Zionis menyangkal keterlibatannya dalam konflik Suriah.
Jerusalem Post pada bulan September pernah menerbitkan laporan tentang IDF yang mengonfirmasikan bahwa mereka telah memberikan senjata ringan kepada pemberontak Suriah. Anehnya, laporan itu segera ditarik dari situs webnya. Media itu mengaku kepada Russia Today bahwa mereka dipaksa untuk menghapus artikelnya itu oleh sensor militer dengan alasan keamanan.
Pada bulan November, Mayor Jenderal Gershon Hacohen, mantan komandan senior IDF, mengungkapkan bahwa mantan Menteri Pertahanan Moshe Ya'alon secara pribadi telah bertemu dengan sekelompok pemberontak Suriah, tanpa menyebutkan jangka waktunya. Ya'alon adalah menteri pertahanan Israel dari 2013 hingga Mei 2016.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Eisenkot mengakui bahwa Israel telah melancarkan kampanye pemboman berskala besar yang bertujuan menurunkan pengaruh militer Iran di wilayah tersebut. Pada tahun 2018 saja, IDF menjatuhkan 2.000 bom pada target di Suriah yang diklaim terkait Iran.
(Source: sindonews.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »