Survei: PDIP, Gerindra, PSI, dan Berkarya, Nikmati Kenaikan Elektabilitas

Survei: PDIP, Gerindra, PSI, dan Berkarya, Nikmati Kenaikan Elektabilitas
BENTENGSUMBAR. COM - Survei terbaru lembaga survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan bahwa empat partai peserta Pemilu Serentak 2019 mengalami kenaikan elektabilitas. Keempat partai tersebut adalah PDI Perjuangan, Gerindra, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Partai Berkarya.

Survei indEX Research dilakukan pada 17-28 Desember 2018, dengan jumlah responden 1.200 orang. Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

"Survei kami menunjukkan empat partai, yakni PDIP, Gerindra, PSI dan Berkarya mengalami kenaikan elektabilitas. Sementara yang lain cenderung stagnan dan ada yang mengalami penurunan," ujar Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni di Jakarta, Sabtu, 12 Januari 2019.

Berdasarkan hasil survei pada Desember 2018 tersebut, kata Vivin elektabilitas PDIP meningkat dari 23,1 persen pada survei periode November 2018 menjadi 25,7 persen. Sedangkan Gerindra naik dari 12,3 persen menjadi 14,7 persen. Keduanya mengalami kenaikan karena coattail effect dari Jokowi dan Prabowo yang menjadi capres.

"Kenaikan elektabilitas PDIP dan Gerindra tidak mengherankan, mengingat kedua parpol adalah pengusung utama calon presiden dan calon wakil presiden,” ungkap dia.

Yang menarik, kata Vivin adalah partai papan menengah ke bawah. Sebagian besar parpol ini cenderung stabil elektabilitasnya. Yang paling mengalami kenaikan adalah PSI dan Berkarya.

“PSI naik dari 1,2 persen menjadi 2,3 persen, sedangkan Berkarya dari sebelumnya hanya 0,1 persen menjadi 0,8 persen,” tutur dia.

Menurut Vivin, baik PSI maupun Berkarya mengandalkan strategi melontarkan isu-isu kontroversial untuk mendapatkan efek elektoral. Isu-isu tersebut ternyata terbukti berdampak pada elektabilitas kedua partai ini.

“PSI memanfaatkan isu-isu sensitif seperti Perda Syariah, poligami, hingga ucapan selamat Natal, sedangkan Berkarya menjual Soeharto sebagai Bapak Pembangunan pada era Orde Baru,” terang dia.

Sementara itu PKB relatif stabil pada kisaran 7,3 - 7,5 persen. Terkait erat dengan basis Nahdlatul Ulama (NU), kata Vivin, kehadiran sosok cawapres Kiai Ma’ruf Amin dinilai masih belum berdampak signifikan mengerek elektabilitas capres pasangannya, Jokowi.

“Mesin kampanye PKB dan Kiai Ma’ruf tampak belum sinkron,” kata dia.

Sebaliknya, lanjut Vivin, Golkar mengalami penurunan paling dalam dari sebelumnya 12,8 persen menjadi tinggal 9,8 persen. Penurunan juga dialami Demokrat, melemah dari 5,4 persen menjadi 4,6 persen. “Tidak terwakilinya Golkar dan Demokrat dalam pasangan calon presiden dan calon wakil presiden menjadikan semangat caleg-caleg di basis suara turut merosot,” jelas Vivin.

Menurut Vivin, pemilu yang kali ini berjalan serentak lebih banyak didominasi wacana pertarungan Pilpres. “Di antara strategi yang dilakukan, Golkar merekrut Tuan Guru Bajang (TGB) yang sempat digadang-gadang sebagai capres, sedangkan manuver Andi Arief dapat dibaca kaitannya dengan menjaga elektabilitas Demokrat,” pungkas dia.

(Source: BeritaSatu.com)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »