Charta Politika: Hoax dan Fitnah Tutupi Prestasi Jokowi

Charta Politika: Hoax dan Fitnah Tutupi Prestasi Jokowi
BENTENGSUMBAR.COM - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menegaskan bahwa hoax, ujaran kebencian dan fitnah telah menutup prestasi dan kinerja Joko Widodo (Jokowi) selama 4,5 tahun ini. Menurut Yunarto Wijaya, hal tersebut merupakan alasan utama prestasi Jokowi tidak berbanding lurus dengan perolehan suara di sejumlah daerah.

"Faktor utama yang memengaruhi prestasi Jokowi tidak berbanding lurus dengan perolehan suara di Pemilu 2019 adalah permainan hoax, ujaran kebencian dan fitnah yang sudah menyerang sejak 2014 lalu," ujar Yunarto Wijaya saat dihubungi, Kamis, 15 April 2019.

Idealnya, kata Yunarto Wijaya, dengan pemerataan pembangunan yang dilakukan Jokowi antara Jawa dan luar Jawa serta tingkat kepuasan publik yang tinggi, maka Jokowi seharusnya meraih suara cukup signifikan. Namun, pada Pemilu 2019 tidak demikian, dan justru Jokowi banyak kalah di daerah luar Jawa.

"Ini pengaruh dominan hoax dan fitnah yang dialamatkan ke Jokowi, seperti suara azan dihilangkan, Jokowi kriminalisasi ulama, Jokowi eks PKI, antek Cina dan asing. Masyarakat lebih percaya hoax tersebut dibandingkan melihat kinerja dan prestasi Jokowi," ungkap Yunarto Wijaya.

Ditambah lagi, kata Yunarto Wijaya, adanya politik aliran di beberapa daerah dengan mengeksploitasi dan melakukan politisasi agama dan suku agama ras dan antargolongan (SARA). Ketika hoax dan politisasi agama bertemu dan dijadikan strategi pemenangan, maka daya rusak sangat tinggi terhadap Jokowi.

"Selain itu, sebenarnya juga pengaruh perilaku dan pesepsi pemilih yang cenderung dipengaruhi faktor emosional dibandingkan faktor rasionalitas dalam memilih. Pemilih tidak terlalu tertarik dengan faktor kinerja, tetapi faktor seperti gaya memimpin, seperti cenderung memilih pemimpin tegas dan gaya militer dibandingkan pemimpin sederhana dan sipil," terang Yunarto Wijaya.

Lebih lanjut, Yunarto menilai memang tidak bisa disamaratakan untuk semua provinsi. Menurut dia, pemilih di wilayah Sumatera termasuk Aceh dan Jawa Barat sangat di pengaruh politik aliran. Kemudian, Kalimantan lebih dipengaruhi faktor kekayaan alam (sawit) dan Sulawesi karena faktor Jusuf Kalla sebagai representasi orang Sulawesi. "Namun, yang membuat faktor-faktor tersebut menjadi berbahaya karena hoax, ujaran kebencian dan hoax," pungkas Yunarto Wijaya.

(Source: BeritaSatu.com)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »