Ributkan Omongan Mahfud MD, Fadli Zon Ditagih Yunarto Wijaya Soal Menang Prabowo-Sandi 80%

Ributkan Omongan Mahfud MD, Fadli Zon Ditagih Yunarto Wijaya Soal Menang Prabowo-Sandi 80%
BENTENGSUMBAR.COM - Ucapan Mahfud MD yang menyebut kemenangan Jokowi-Ma'ruf sulit dibalik oleh pasangan Prabowo-Sandiaga bikin gerah Fadli Zon.

Kritik anggota Dewan Pengarah BPN Prabowo-Sandiaga terhadap Mahfud MD itu disampaikan melalui cuitannya di akun Twitter @fadlizon, Minggu, 28 April 2019.

Fadli Zon yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu menilai omongan Mahfud MD bodoh dan pernyataannya sudah keluar jalur.

"Omongan @mohmahfudmd semakin bodoh tak bermutu dan sdh keluar jalur n sangat ngawur." tulis Fadli Zon.




Kritik Fadli Zon berdasar penggalan video wawancara Mahfud MD di Metro Pagi Prime Time dan diunggah ulang di channel Youtube Metrotvnews.

Dalam potongan video itu Mahfud MD menjelaskan sudah saatnya kedua kubu melakukan rekonsiliasi.

"Kemarin itu sudah agak panas. Mungkin pembelahannya sekarang kalau melihat sebaran kemenangan itu memang mengingatkan kita untuk menjadi lebih sadar, segera rekonsiliasi.

Karena sekarang ini kemenangan Pak Jokowi yang menang dan mungkin sulit dibalik kemenangan itu dengan cara apapun.

Tetapi kalau melihat sebarannya di provinsi-provinsi yang agak panas Pak Jokowi kalah dan itu diidentifikasi tempat-tempat kemenangan Pak Prabowo yang dulunya dianggap sebagai provinsi garis keras dalam hal agama, misalnya Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh dan sebagainya. Sulawesi Selatan juga.

Nah saya kira rekonsiliasinya menjadi lebih penting untuk menyadarkan kita bahwa bangsa ini bersatu karena kesadaran akan keberagaman dan bangsa ini hanya akan maju kalau bersatu. Karena buktinya kemajuan dari tahap ke tahap kita raih karena kebersatuan," kata Mahfud MD di potongan video tersebut.

Dalam video versi lengkapnya, ada omongan Mahfud MD yang menjelaskan bahwa soal menang kalah di Pilpres 2019 hanya soal waktu.

Omongan ini yang tak ada dalam potongan video yang dicuitkan akun @KingPurwa lalu dikomentari Fadli Zon.

"Kalau soal kemenangan kekalahan soal waktu saja dan kita akan segera selesai kalau dalam soal itu," ucap Mahfud MD di video lengkap wawancara bareng Metro TV.



Video potongan wawancara Mahfud MD turut diunggah akun Twitter 2019 Prabowo Sandi @syarif_alkadrie.

Lewat video ini Said Didu yang notabene anggota Dewan Pakar BPN Prabowo-Sandi berkomentar dan bertanya kepada Mahfud MD soal ucapannya tentang garis keras.

Ia meminta Mahfud MD untuk menunjukkan indikator dengan menyebut sejumlah daerah masuk dalam kategori garis keras.




Cuitan Said Didu kemudian dibalas Mahfud MD.

Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu, garis keras sama dengan fanatik atau kesetiaan yang tinggi.

Dikatakan Mahfud MD, seseorang dalam posisi ini tidak dilarang dan garis keras menjadi istilah dalam politik.

"Garis keras itu sama dengan fanatik dan sama dengan kesetiaan yg tinggi. Itu bukan hal yang dilarang, itu term politik.

Sama halnya dengan garis moderat, itu bukan hal yang haram.

Dua-duanya boleh dan kita bisa memilih yang mana pun.

Sama dengan bilang Jokowi menang di daerah PDIP, Prabowo di daerah hijau," terang Mahfud MD.




Tak cukup satu cuitan Mahfud MD menjelaskan apa itu garis keras dalam politik.

Dalam cuitan berikutnya, Mahfud MD memberikan contoh dirinya sebagai orang Madura masuk kategori garis keras dalam konteks setia atau taat terhadap agamanya, yaitu Islam.

Pandangan orang Madura soal ketaatan akan Islam sama seperti orang Aceh dan Bugis.

Mereka fanatik karena tingginya kesetiaan mereka terhadap agama Islam sehingga sulit digoyahkan. 

"Dalam term itu saya juga berasal dari daerah garis keras yaitu Madura.

Madura itu sama dgn Aceh dan Bugis, disebut fanatik karena tingginya kesetiaan kepada Islam sehingga sulit ditaklukkan.

Seperti halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adalah istilah-istilah yang biasa dipakai dalam ilmu politik," jelas Guru Besar Hukum Tata Negara UII ini.




Fadli Zon giliran dikiritik Yunarto Wijaya

Cuitan fadli Zon ditanggapi juga oleh Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya.

Yunarto Wijaya justru meminta Fadli Zon serta kubu Prabowo-Sandi untuk membuktikan hasil survei yang dilakukan internal mereka.

Hasil survei internal kubu Prabowo-Sandiaga mengklaim kalau pihak mereka menang atas Jokowi-Maruf Amin.

"Mendingan jelasin dulu real count 62%, quick count 52%, exit poll 55% & menang 80% itu maksudnya gimana? Kalo gak berarti kubu anda sudah berbohong scr terstruktur, sistematis & massif?" tulis Yunarto Wijaya.




Diketahui, data masuk suara nasional Pilpres 2019 ke Situng KPU pada Minggu, 28 April 2019 sampai pukul 08.30 WIB sudah 45,73775%.

Merujuk situs pemilu2019.kpu.go.id, menurut data masuk 372.008 dari 813.350 TPS (45.73775%), pasangan calon presiden-calon wakil presiden 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul.

Jokowi-Ma'ruf memperoleh suara 39.426.426 atau 56,43%, sedangkan Prabowo-Sandi mendapat suara 30.443.388 atau 43,57%.

Terpantau TribunJakarta.com untuk Sumatera, sementara Jokowi-Ma'ruf menguasai suara di Sumatera Utara, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau.

Sedangkan Prabowo-Sandi di Sumatera masih mendominasi perolehan suara yang tersebar di Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu.

Dari semua wilayah, baru satu provinsi yang sudah masuk datanya 100%, yakni Bengkulu, di mana Jokowi-Ma'ruf 582.671 suara dan Prabowo-Sandi 585.635 suara.

Selisih suara keduanya di Bengkulu sebesar 2.964, sementara selisih suara nasional di angka 8.983.038.

(Source: tribunnews.com)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »