BENTENGSUMBAR.COM - Kasus guru cubit murid di Surabaya disesalkan Dinas Pendidikan (Dispendik) setempat. Kepala Dispendik Surabaya Ihksan meminta maaf kepada para wali murid.
"Saya sempat berkomunikasi dengan pihak orang tua. Saya atas nama pribadi, nama dinas dan pemerintah Kota Surabaya meminta maaf," kata Ikhsan saat dihubungi detikcom, Selasa, 23 Juli 2019.
Dispendik melakukan pertemuan dengan wali murid, guru dan Kepala Sekolah SDN Simomulyo I Surabaya. Pihaknya akan melakukan pendampingan pada kedua anak yang trauma hingga enggan masuk sekolah setelah dicubit sang guru.
"Kami juga akan menyiapkan psikolog untuk melakukan pendampingan anak-anak tadi di sekolah," ujar Ikhsan.
Ada tiga siswa kelas IV yang menjadi korban tindak kekerasan guru berinisial L. Dua di antaranya mengalami trauma. Ikhsan memastikan tidak ada siswa lain yang menjadi korban tindak kekerasan.
"Insyaallah kayaknya nggak. Karena saya sudah ketemu dengan kepala sekolah dan gurunya. Karena menurut cerita kepala sekolah dan gurunya tidak pernah ada kejadian itu," ujar Ikhsan.
Dispendik juga akan melakukan pendampingan kepada guru yang melakukan tindak kekerasan. Itu dilakukan untuk mengetahui apakah sang guru memiliki masalah di luar sekolah atau tidak.
"Kami akan melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap guru tersebut. Sambil kita evaluasi bersama kondisinya seperti apa. Sambil dipantau sepenuhnya," terang Ikhsan.
Ikhsan juga memastikan jika L berstatus PNS. "Statusnya guru PNS. Cuma kita belum tahu kenapa terjadi seperti itu. Makanya kita melakukan pembinaan dan pendampingan nantinya. lanjutnya.
Sebelumnya diberitakan, beberapa wali murid mendatangi sekolah untuk mengadukan tindak kekerasan yang dilakukan L pada anak-anak mereka. Salah satu wali murid Sulistianing Tyas Utami menyampaikan, ada memar di tangan kanan anaknya karena dicubit sang guru.
Meski sang anak tidak sampai trauma, ia berharap tidak kekerasan seorang guru terhadap murid tidak terulang lagi. Terlebih tahun ajaran 2019-2020 baru saja berjalan.
"Harapan saya, inikan waktunya masih lama. Baru satu mingguan masih butuh jangka satu tahun ke depan. Saya tidak ingin teman-teman anak saya mengalami hal yang serupa. Bahkan dua teman anak saya tidak mau berangkat sekolah karena trauma," pungkas Sulistianing.
(Source: detik.com)
"Saya sempat berkomunikasi dengan pihak orang tua. Saya atas nama pribadi, nama dinas dan pemerintah Kota Surabaya meminta maaf," kata Ikhsan saat dihubungi detikcom, Selasa, 23 Juli 2019.
Dispendik melakukan pertemuan dengan wali murid, guru dan Kepala Sekolah SDN Simomulyo I Surabaya. Pihaknya akan melakukan pendampingan pada kedua anak yang trauma hingga enggan masuk sekolah setelah dicubit sang guru.
"Kami juga akan menyiapkan psikolog untuk melakukan pendampingan anak-anak tadi di sekolah," ujar Ikhsan.
Ada tiga siswa kelas IV yang menjadi korban tindak kekerasan guru berinisial L. Dua di antaranya mengalami trauma. Ikhsan memastikan tidak ada siswa lain yang menjadi korban tindak kekerasan.
"Insyaallah kayaknya nggak. Karena saya sudah ketemu dengan kepala sekolah dan gurunya. Karena menurut cerita kepala sekolah dan gurunya tidak pernah ada kejadian itu," ujar Ikhsan.
Dispendik juga akan melakukan pendampingan kepada guru yang melakukan tindak kekerasan. Itu dilakukan untuk mengetahui apakah sang guru memiliki masalah di luar sekolah atau tidak.
"Kami akan melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap guru tersebut. Sambil kita evaluasi bersama kondisinya seperti apa. Sambil dipantau sepenuhnya," terang Ikhsan.
Ikhsan juga memastikan jika L berstatus PNS. "Statusnya guru PNS. Cuma kita belum tahu kenapa terjadi seperti itu. Makanya kita melakukan pembinaan dan pendampingan nantinya. lanjutnya.
Sebelumnya diberitakan, beberapa wali murid mendatangi sekolah untuk mengadukan tindak kekerasan yang dilakukan L pada anak-anak mereka. Salah satu wali murid Sulistianing Tyas Utami menyampaikan, ada memar di tangan kanan anaknya karena dicubit sang guru.
Meski sang anak tidak sampai trauma, ia berharap tidak kekerasan seorang guru terhadap murid tidak terulang lagi. Terlebih tahun ajaran 2019-2020 baru saja berjalan.
"Harapan saya, inikan waktunya masih lama. Baru satu mingguan masih butuh jangka satu tahun ke depan. Saya tidak ingin teman-teman anak saya mengalami hal yang serupa. Bahkan dua teman anak saya tidak mau berangkat sekolah karena trauma," pungkas Sulistianing.
(Source: detik.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »