"Saya Khilaf"

"Saya Khilaf"
KATA khilaf sering kita dengar disekitar kita. Kata khilaf merupakan kata sakti untuk berkelit dari kesalahan.

Sering kali seseorang mengaku khilaf saat berbuat salah. Sering kali pula kita mengatakan khilaf saat kita menyakiti orang lain atau berbuat yang kurang baik kepada saudara ataupun kepada orang-orang disekitar kita.

Padahal,  perbuatan yang dilakukan penuh dengan kesadaran dan berulang-ulang.  Perbuatan itu lahir dari pemikiran yang direncanakan.

Contohnya, seorang laki-laki bilang khilaf saat pacarnya ternyata hamil. Padahal,  dia sadar telah melakukan hubungan suami istri dengan pacarnya tersebut di luar ikatan pernikahan.

Bahkan, setelah mengetahui pacarnya hamil,  dengan sadar pula dia memaksa pacarnya untuk menggugurkan kandungan.

Padahal, hubungan suami istri yang mereka lakukan adalah jenis kegiatan yang melibatkan alam sadar sepenuhnya, bukan tindakan impulsif seperti saat kita membantah tuduhan yang tidak kita lakukan.

Kalau yang seperti ini masih berani dikategorikan sebagai khilaf, lambat laun definisi khilaf akan absurd dengan sendirinya. Tidak sesuainya perkataan dengan perbuatan merupakan dosa besar bagi orang mukmin, bahkan pelakunya dicap munafik.

Kalau demikian,  apa arti khilaf itu?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), khilaf diartikan sebagai keliru atau salah yang tidak disengaja. Maka, kekhilafan berarti kekeliruan atau kesalahan yang tidak disengaja.

Artinya,  khilaf bukan perbuatan yang melalui proses pemikiran apalagi direncanakan sebelumnya dan bahkan ada yang dilakukan berulang-ulang.

Sebalikntya, jika perbuatan itu melalui proses pemikiran, apalagi direncanakan sebelumnya,  bahkan dilakukan secara berulang-ulang,  sudah dipastikan perbuatan itu bukan khilaf lagi,  tapi sengaja dengan sadar dilakukan.

Maka perkataan, "Saya khilaf," hanya menjadi pembenaran terhadap perbuatan yang salah atau keliru. Sebab,  dia dengan sadar melakukannya secara berulang-ulang dengan perencanaan sebelumnya.

Masih berani bilang khilaf?

Dalam suatu riwayat,  Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tanda orang munafik itu ada tiga; jika berbicara, ia berbohong. Jika berjanji, ia ingkar. Jika diberi amanat, ia berkhianat.”

Ditulis Oleh: Zamri Yahya
Anggota PWI Sumatera Barat dan Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »