BENTENGSUMBAR.COM - Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat sepakat dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan imbauan pemerintah, baik pusat dan daerah agar umat Islam salat tarawih dan idul fitri di rumah saja selama wabah Covid-19.
"Yang pertama, pedoman kita adalah Quran dan Sunnah. Itu puncaknya sudah difatwakan MUI dan Majelis Tarjih Muhammadiyah. Barulah imbauan pemerintah pusat melalui Menteri Agama, Gubernur, Wali Kota dan Bupati," ungkap Shofwan Karim El Husein, Ketua PW Muhammadiyah Sumatera Barat kepada BentengSumbar.com, Rabu, 15 April 2020.
Intinya sama, kata Shofwan Karim, dengan tidak mengurangi kekhusukan beribadah Ramadan tahun ini, maka menolak mufsadat atau ketidakbaikan lebih diutamakan daripada mengambil kebaikan. Itu dalilnya oleh ulama.
Dikatakannya, wabah Covid-19 ini merupakan bencana non alam dan bersifat darurat. Bahkan ulama sudah memfatwakan, yang meninggal karena Covid-19 adalah mati syahid, yaitu syahid dunia, disamakan dengan perempuan yang meninggal ketika melahirkan.
"Oleh karena itu, kita harus menahan diri dengan tidak mengurangi kekhusukan dan ketawadhuan kita beribadah kepada Allah SWT dengan beribadah di rumah masing-masing," jelasnya.
"Walau pun begitu, Muhammadiyah atau usulan beberapa warga punya inisiatif dan telah saya sampaikan kepada Wali Kota Padang dan Gubernur Sumbar, dan sudah ada edaran Gubernur dan Wali Kota, bahwa masjid-masjid masih dibuka, namun sangat terbatas jamaahnya, 4-5 orang," ungkapnya.
Protokol Salat di Masjid
Meski demikian, kata Shofwan Karim, jamaah yang ingin salat di masjid harus membawa sajadah dari rumah, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di wastafel pintu masuk masjid atau hand sanitizer dan jarak satu meter perjamaah.
"Lantas mubaligh bagaimana? Bisa datang ke masjid dengan berkoordinasi dengan pengurus masjid, tidak usah jamaahnya yang banyak, cukup mikrofonnya diperbaiki dengan ceramah yang selama ini 15 menit dipersingkat menjadi 7-10 menit dengan suara lantang yang dapat didengar dari rumah-rumah di sekitar masjid dan musala," cakapnya.
Mengenai uang transport penceramah dan mubaligh, Shofwan mengatakan, pihaknya telah merundingkan dengan Gubernur, Wali Kota dan Bupati.
"Itu sudah ada sekarang dari Baznas provinsi, kabupaten dan kota, minta mencatat mubaligh yang bukan pegawai negeri, untuk tetap bekerja, diberilah sekedar uang transport mereka," ungkapnya.
Memanfaatkan Teknologi
Selain itu, kata Shofwan, saat ini mubaligh sudah canggih dengan memanfaatkan teknologi. Misalnya virtual meeting, digital communication, youtube, whatsapp, telegram, facebook mesengger dan lain sebagainya, yang bisa kontak langsung dengan jamaah.
"Dengan aplikasi zoom google meeting, itu tidak terbatas orangnya. Hanya yang gratis itu terbatas waktunya 30 menit. Muhammadiyah sekarang sudah melakukan itu. Kita sudah mempraktekan, baik di pesantren, Muhammadiyah Sumbar dan pusat, bahkan kita melakukan konferensi nasional dan internasional dengan virtual itu," ungkapnya.
Mencari Donatur
Shofwan Karim juga mengungkapkan, Muhammadiyah Sumbar juga mencoba mencari donatur untuk membantu orang-orang yang betul-betul membutuhkan di tengah wabah Covid-19.
"Kalau mereka pegawai negeri, setidak-tidaknya masih menerima gaji, atau kalau mereka pensiunan masih menerima uang pensiun. Bagaimana pekerja swasta atau buruh harian lepas? Semua sekarang working at home, tapi kan tidak semua perusahaan bisa melakukan itu. Mereka tidak ke kantor dan perusahaan merugi. Bahkan ada perusahaan yang melakukan PHK karyawannya. Yang seperti ini harus kita bantu," ungkapnya.
Minimal, kata Shofwan karim, dibantu kebutuhan pokok hidup sehari-hari, seperti beras, telur, mie instan, minyak goreng, sarden dan lain-lain. Walau pun sudah ada program dari Presiden Jokowi, diberi Rp600 ribu, tapi yang menerima terbatas juga, paling banyak 30 juta orang.
"Nah, yang tidak dapat bagaimana? Yang tidak masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), tapi mereka buruh harian lepas dan ada juga yang pengangguran, itu juga harus dicarikan solusinya," ujarnya.
Pekikan Allahu Akbar
Dikatakan Shofwan, wabah Covid-19 merupakan musibah pandemi di seluruh dunia. Jadi, jangan lagi berfikir hulu atau berkelebihan.
"Kita harus melawan Covid-19 dengan pekikan Allahu Akbar. Betul. Kita ini kalau bisa, kita lawan itu dengan Allahu Akbar, Subhanallah, dengan ibadah. Tapi kita harus masuk akal juga. Di rumah kan juga boleh Allahu Akbar. Bahkan kadang-kadang lebih khusuk di rumah," tegasnya.
"Kita harus juga menjaga kesehatan. Ada matahari, kita berjemur, makan makanan sehat, makan makananan bergizi, dan olahraga. Itu kan usaha. Kita kan punya slogan, ikhtiar atau usaha yang maksimal, ikhlas atau menerima keadaan dengan baik, dan tawakal kepala Allah. Kita hadapi ini semua dengan ikhtiar, ikhlas dan tawakal. Mudah-mudahan, sesuai prediksi, beberapa bulan kedepan musibah ini segera berakhir," ungkapnya.
Dikatakan Shofwan, Indonesia belum separah Amerika, Italia, Inggris, Jerman, Belanda, dan China. Di negara-negara itu sudah ribuan yang meninggal, di Indonesia baru ratusan.
"Namun begitu, kita tidak boleh sia-sia. Kita itu kan punya Tuhan. Jangan begitu, Saudi Arabia saja sudah menutup pintu atau gerbang internasionalnya. Masjidil Haram itu pun tutup sekarang, mereka lockdown, berdiam di rumah masing-masing. Ini kita harapkan dapat dipahami dan dimengerti umat Islam serta warga Muhammadiyah," harapnya.
(by)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »