Takut Tsunami Krakatau, Warga Kalianda Lampung Mengungsi

BENTENGSUMBAR.COM - Warga Kota Kalianda, Lampung Selatan, yang berada di sebrang Gunung Anak Krakatau (GAK) masih mengungsi ke tempat tinggi, di sekitar kaki bukit Gunung Rajabasa. Mereka yang mengungsi umumnya adalah warga yang tinggal di pesisir pantai di sekitar Kalianda.

Seperti diketahui, GAK mengalami erupsi dengan menyemburkan abu vulkanik sekitar 657 meter di atas permukaan laut, pada pukul 22.35 WIB, Jumat, 10 April 2020.

“Sebagian masyarakat Kalianda, terutama yang berusia tua, masih mengungsi. Yang muda-muda sudah mulai turun untuk mencek rumah,” kata Eka Rustanti, warga Kalianda, Lampung Selatan dihubungi Beritasatu, Sabtu, 10 April 2020.

Eka menuturkan, tengah malam, setelah GAK meletus, bau belerang menyengat kuat. Debu pun beterbangan. 

“Tapi pagi ini bau belerang sudah gak menyengat. Abu juga sudah mulai berkurang,” tutur Eka yang saat tsunami pada 22 Desember 2018 juga mengungsi ke bukit di kaki Gunung Rajabasa.

Soal dentuman letusan GAK, Eka mengaku rancu apakah yang didengar adalah letusan GAK atau geledek. 

“Saya dengar, tapi gak tau itu apa letusan Krakatau atau geledek, karena Kalianda sebelumnya hujan,” kata Eka.

Rahmat Fauzi, staf Badan Nasional Penanggulan Bencana Daerah (BNPBD) Lampung Selatan mengungkapkan, suara dentuman letusan GAK tak terlalu kuat terdengar di Kalianda.

“Dentumannya kurang terdengar. Bau belerang menyengat karena arah angin dari GAK semalam menuju ke Kalianda. Tapi sekarang baunya mulai menghilang, abu juga berkurang, kondisi laut juga normal,” ungkap Rahmat.

Rahmat berpesan, masyarakat selalu waspada. 

“Erupsi hampir setiap bulan ada, karena GAK masih aktif. Itu sebabnya PVMBG melarang masyarakat mendekati GAK dalam radius 2 km,” tegas Rahmat.

(Sumber: BeritaSatu.com)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »