Ternyata, Virus Corona Sudah Ada Sejak Duhulu Kala

BENTENGSUMBAR.COM - Kepala Labor FK Unand dr Andani mengungkap, virus corona sudah ada sejal dahulu kala. Hal itu disampaikannya dalam Video Confrence Pemprov Sumbar dengan Bupati Walikota se Sumatera Barat yang juga dihadiri oleh Forkopimda serta beberapa OPD terkait dilingkup pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Minggu, 7 Juni 2020.

"Ada hal-hal yang harus diperhatikan bahwa corona virus itu salah virus yang sudah ada sejak duhulu kala. Pada manusia juga sudah ada virusnya yang bernama Common Corona Virus, itu disebabkan influenza. Sekitar 15 % dari kasus influenza itu oleh corona virus," ungkapnya.

Andani lebih jauh mengatakan, wabahnya sudah pernah terjadi disebut dengan sejarah Middle East Respiratory Syindrome (MERS) sekitar tahun 2010, dan Savere Acute Respiratory Syindrome ( SARS), pada tahun 2002, yang angka kematiannya MERS 4% dan SARS 9 sampai 10%.

"Semua kasus-kasus MERS maupun SARS itu berkembang dari hewan,  kondisi yang sama juga terjadi bulan Desember tahun 2019 ditemukan infeksi corona pada salah satu penduduk di daerah Wuhan," katanya. 

Dikatakannya, hasil dari ginetik yang menyebabkan bahwa virus ini identik ditemukan pada kelalawar. Kalau dianalisa bahwa sangat mirip hampir 99% mirip dengan ditemukan pada kelalawar.

"Sedangkan identitasnya pada Corona pada manusia itu hanya sekitar 70%. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa pengembangan dianostik tidak kita lakukan dengan hati-hati, bisa saja mendeteksi corona yang terinfeksi pada manusia," katanya

Ia juga mengatakan, dilihat dari angka kematian, sebenarnya tidak terlalu besar, yaitu 3-4%. 

Namun pada fase puncaknya akan bergeser 7-10%. Seperti   di Amerika Serikat, angka kematiannya bisa mencapai 500-2500/hari. "Nah inilah yang harus kita fahami," ujarnya.

Menurutnya, ini hanya terjadi pada fase eruksi semua negara di dunia. Rekomendasi WHO ditunjukan agar semua negara sedunia berfikir untuk memutus rantai peredaran, sehingga eruksi itu tidak terjadi. 

"Inilah yang penting, harus kita pahami bersama. Yang paling penting dalam penanganan covid ini adalah bagaimana kita bisa mencari orang-orang yang berpotensi sebagai penular, semakin banyak orang-orang yang berpotensi sebagai penularan yang temukan, pada dasarnya kasus positif tidak akan meningkat," jelasnya.

"Kita temukan orang-orang berpotensi hingga 100 orang, maka jumlah positif tidak akan meningkat, apakah itu jelek? Nah pada dasarnya itu tidak jelek, karena yang kita temukan itu adalah orang-orang berpotensi sebagai penular," sambungnya.

Andani mengatakan dengan istilah, "mana yang penting menangkap harimau dalam kandang dari pada mengkap harimau di jalan?? Tentu yang penting adalah menangkap harimau dijalan. Itu bisa kita analogikan dengan kasus covid, harimau dalam kandang adalah pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit, sedang harimau di jalanan adalah orang orang yang berpotensi sebagai penular," terangnya.

"Semakin banyak kita menangkap harimau di luar, sama artinya semakin banyak kita menangkap orang-orang berpotensi sebagai penular. Artinya upaya itu adalah upaya yang terbaik kita lakukan dalam proses memutuskan rantai penularan. Nah inilah data yang saya susun sendiri dari data WHO, sejak kasus ini mulai berkembang sampai saat ini," ungkap dr.Andani. 

(by/zardi)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »