BENTENGSUMBAR.COM - Kepolisian Resort (Polres) Kota Bukittinggi telah menetapkan empat pengendara rombongan Motor Gede (Moge) Harley Davidson asal Bandung, Jawa Barat sebagai tersangka pengeroyokan dua anggota TNI. Mereka diketahui berinisial MS (49), B (18), RHS (48) dan NJAD (26), kini polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap anggota Moge lainnya.
Saat kejadian pengeroyokan, rombongan Moge tersebut dipimpin oleh mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Letnan Jenderal TNI Purnawirawan Djamari Chaniago. Kabid Humas Polda Sumatera Barat Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto membenarkan Djamari merupakan ketua rombongan dari klub Moge tersebut.
"Dia kan ini ketua rombongan, Letnan Jenderal TNI Purnawirawan (Djamari) Chaniago. Iya (ada), dia kan di rombongan depan," kata Bayu saat dihubungi merdeka.com, Minggu, 1 November 2020.
Bayu menjelaskan, Serda Yusuf dan Serda Mistari dikeroyok oleh rombongan kedua Moge yang berjumlah sekitar 10 kendaraan. Saat itu, jumlah rombongan Moge yang diketuai oleh Djamari berjumlah 21 kendaraan. Namun, Djamuri tak sempat melerai insiden itu.
"Enggak, jadi dia kan rombongan di depan enggak tahu. Jadi begini, jadi ada 21 Moge kan, nah yang 11 kendaraan itu sudah di depan, ini yang 10 ini kan tertinggal dia. Karena tertinggal, dia kan mungkin nambah kecepatan atau bagaimana," jelasnya.
"Terus ini kan yang boncengan tentara ini mungkin pas rombongan pertama dia sudah minggir gitu, karena dia enggak tahu kalau di belakang masih ada, dia kan jalan. Kemudian dateng lah ini rombongan yang di belakangnya ini yang 10 itu, mungkin sambil geber-geber kan, mungkin apakah dia bertujuan supaya yang di depan ini minggir. Karena dia kan enggak ada pengawalannya, ini kan rombongan tertinggal ini," sambungnya.
Saat itu, dua anggota TNI tersebut sempat merasa kaget dan bahkan nyaris terjatuh dari kendaraannya saat kembali meminggirkan kendaraannya karena mendengar geberan dari Moge tersebut.
Merasa kaget dan ingin terjatuh, akhirnya anggota TNI tersebut mencoba untuk mengejar rombongan Moge itu. Hal ini dilakukan untuk menanyakan ihwal maksud dan tujuan mereka untuk menggeber motornya itu.
"Nah ini dia ngejar ini tentara ini ngejar dia, cuma kan enggak ini, karena kalah CC kan. Tetapi di depan itu di simpang itu ada macet, dapat lah mereka, dihampiri lah orang-orang ini. Mungkin terus ada komunikasi, intinya bagaimana terus malah dipukul mereka, mungkin emosi semuanya main pukul, nah itu permasalahan rombongan kedua," ungkapnya.
Lakukan Mediasi
Mengetahui, anggotanya melakukan pengeroyokan terhadap dua pengendara motor tersebut. Djamari yang merupakan ketua rombongan tersebut langsung menemui korban untuk melakukan mediasi, karena ia sendiri juga tidak mengetahui insiden tersebut.
"Iya, dia tidak tahu (insiden pengeroyokan). Tetapi setelah ada kejadian itu dia berusaha memediasi. (Pas mediasi) Ada Kasie Intel, ada Kapolsek disitu," ujarnya.
Namun, mediasi tersebut tak membuahkan hasil. Karena, korban tetap membuat laporan terkait kejadian yang menimpa mereka itu.
"Mediasi dulu di Hotel Novotel ada mediasi di sana. Tetapi mungkin karena pihak korban ini tidak terima, akhirnya yang ini (korban) ke Polres. Pikirannya itu mungkin sudah bisa diselesaikan, tetapi enggak. Awalnya kan dimediasi di Hotel Novotel, mungkin mereka nginep di situ," ucapnya.
Atas laporan tersebut, Polres Bukittinggi langsung melakukan pemeriksaan terhadap rombongan Moge tersebut. Alhasil, polisi menetapkan dua orang tersangka pada awal pemeriksaan kasus itu.
"Iya (enggak ada titik temu), mungkin pihak korban dia tidak terima dan melapor, akhirnya itu kita periksa saksi-saksi, terus kita lihat videonya itu yang viral itu. Nah didapatlah dua, yang penting ada dulu," tutupnya.
Sebelumnya, sebuah video viral di jagat media sosial, lantaran aksi sejumlah pengendara Moge yang mengeroyok dua pengendara yang merupakan anggota TNI.
Peristiwa itu sendiri terjadi di kawasan Jalan Hamka, Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, sekitar pukul 16.30 WIB, Jumat, 30 Oktober 2020 kemarin.
Sumber: merdeka.com
« Prev Post
Next Post »