Komnas HAM: Peristiwa Km 50 Tak Akan Terjadi Jika FPI Tak Tunggu Polisi yang Membuntuti

Komnas HAM: Peristiwa Km 50 Tak Akan Terjadi Jika FPI Tak Tunggu Polisi yang Membuntuti
BENTENGSUMBAR.COM - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengungkap hasil investigasinya terkait tewasnya 6 laskar FPI di Km 50 Tol Jakarta-Cikampek (Japek). Berdasarkan penyelidikan Komnas HAM, terungkap fakta adanya peristiwa laskar FPI sempat menunggu mobil polisi yang melakukan pembuntutan.


"Terdapat konteks kesempatan untuk menjauh oleh mobil FPI dari petugas, namun malah mengambil tindakan menunggu mobil petugas. Jadi setelah kami crosscheck voice note terus melihat titik-titik di lapangan terus juga melihat linimasa salah satu temuannya di samping eskalasi adalah terdapat konteks kesempatan untuk menjauh oleh mobil FPI dari mobil petugas, namun malah mengambil tindakan untuk menunggu mobil petugas tersebut," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam jumpa pers, di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat, 8 Januari 2021.


Choirul mengungkapkan antara mobil laskar FPI yang mengawal Habib Rizieq Shihab dan mobil polisi sempat berjarak saat keluar dari pintu Tol Karawang Timur. Dua mobil laskar FPI kala itu memiliki kesempatan untuk menjauh, tapi justru memilih menunggu.


"Kedua, mobil FPI berhasil membuat jarak dan memiliki kesempatan untuk kabur dan menjauh namun mengambil tindakan untuk menunggu. Akhirnya mereka bertemu kembali dengan mobil petugas K-9143-EL serta dua mobil lainnya, yaitu B-1278-KJG dan B-1739-PWQ," tuturnya.


Karena itu, menurutnya, fakta tersebut berperan penting dalam rangkaian peristiwa Km 50. Sebab, menurut Choirul, peristiwa menunggu tersebut menjadi pemicu kasus Km 50 yang menewaskan 6 laskar FPI.


"Soal proses ditunggu itu, kenapa ditunggu itu dan sebagainya penting bagi kita semua, dengan asumsi begini, kalau nggak ada proses menunggu peristiwa Km 50 tidak akan terjadi. Jadi kalau nggak ada proses menunggu peristiwa Km 50 tidak akan terjadi," ujarnya.


"Karena ditunggu makanya peristiwa gesekan macam-macam, tembak-menembak sampai Km 50, sampai ke atas itu nggak akan terjadi kalau itu nggak ditunggu. Nah itu menurut kami satu standing yang cukup penting," sambung Choirul.


Choirul pun kembali menekankan bahwa peristiwa Km 50 tidak akan terjadi jika saat itu laskar FPI yang mengawal Habib Rizieq Shihab menjauh dari mobil polisi. Menurutnya, peristiwa tersebutlah yang kemudian mengakibatkan adanya eskalasi dengan polisi.


"Jadi kalau tadi dibaca ulang-ulang, sebetulnya ada yang lain juga diulang-ulang, tapi penjelasannya begitu. Jadi peristiwa Km 50 itu tidak akan terjadi kalau di titik-titik tadi itu nggak ada proses yang ditunggu," tegasnya.


Choirul juga menjelaskan asumsinya ini juga didasari hasil diskusi dengan psikolog forensik saat melakukan pemeriksaan barang-barang bukti salah satunya voice note. Menurut ahli psikologi forensik, proses menunggu yang dilakukan laskar FPI tersebut menunjukkan adanya perlawanan.


"Kami merasa perlu untuk memanggil ahli psikologi forensik dan beliau mengatakan bahwa ini baseline-nya adalah baseline fighting. Jadi makanya poin itu tadi juga menjadi concern dari diskusi kami soal psikologi forensik. Sehingga kalau tidak ada yang menunggu tadi tidak mungkin terjadi peristiwa Km 50. Toh ini juga terbukti bahwa ini pembuntutan saja. Kalau mungkin ada aktivitas yang lain, ada niat yang lain kenapa nggak di titik Sentul, di jembatan layang dan lain sebagainya," tutur Choirul.


(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »