Ade Armando Soal Paksaan Berjilbab: Kaum Berpikiran Sempit yang Ingin Mengatur Kehidupan Orang

Ade Armando Soal Paksaan Berjilbab: Kaum Berpikiran Sempit yang Ingin Mengatur Kehidupan Orang
BENTENGSUMBAR.COM - Ade Armando, dosen dan pakar komunikasi menyebut orang yang memaksa perempuan berjilbab sebagai orang yang berpikiran sempit namun ingin mengatur kehidupan orang lain dengan kebodohan mereka.


Hal tersebut disampaikan Ade Armando dalam video berjudul ‘Mereka yang (Ingin) Melepas Jilbab’ yang diunggah oleh Cokro TV pada Rabu, 14 Maret 2021.


Awalnya, Ade Armando mengangkat sebuah kisah tragis seorang mahasiswi yang dipermalukan, dijambak, hingga disebut ‘pelacur’ oleh orangtuanya sendiri hanya karena berfoto tanpa menggunakan jilbab.


Padahal, foto itu pun hanya untuk koleksi pribadi mahasiswi tersebut yang ia simpan di laptop-nya.


Ada Armando lalu mengaitkan bahwa kisah yang dialami mahasiswi itu bukanlah satu-satunya kisah penindasan bagi perempuan yang tidak ingin atau belum ingin berjilbab.


Maret lalu, kata Ade, Humah Rights Watch meluncurkan sebuah laporan 150 halaman berjudul ‘Aku Ingin Lari Jauh: Ketidakadilan Aturan Berpakaian Bagi Perempuan di Indonesia.’


“Laporan itu mendokumentasikan perjalanan para perempuan di beberapa kota di Indonesia yang menolak berjilbab dan akibatnya mengalami perundungan, bullying habis-habisan,” ungkap Ade.


Menurut Ade, tekanan untuk berjilbab itu bisa datang dari berbagai penjuru, seperti orangtua, teman, senior, pihak sekolah, atasan, dan lain-lain.


“Ini lazim sekali terjadi pada siswi-siswi yang menempuh pendidikan di Sekolah Negeri,” ujar Ade.


Seorang siswi tidak berjilbab, katanya, akan terus diganggu dengan pertanyaan dari teman-temannya yang menyatakan “Kan berjilbab itu wajib?”


“Ia bahkan bisa diisolasi dalm lingkungan pertemanan,” lanjut Ade.


Namun, menurut Ade, perlakuan dari teman itu tidak sebanding dengan tekanan dari orangtua dan guru.


“Para pemegang otoritas itu gemar menyudutkab siswi tak berjilbab, baik dengan kata-kata halus atau bahkan kasar, misalnya dengan mempermalukan sang siswi di depan kelas,” tandasnya.


Ade melanjutkan ceritanya dengan cerita para siswi yang dipaksa keluar atau mengundurkan diri karena tekanan. Begitu pula dengan para pagawai yang bernasib sama.


“Tidak sedikit yang mengalami kegoncangan psikologis, trauma, ketakutan, bahkan berusaha bunuh diri,” katanya.


Ade lantas menceritakan bagaimana di keluarganya tidak ada paksaan berjilbab. Istrinya memakai jilbab sementara anaknya tidak.


Baginya, pakaian bukanlah ukuran keimanan seseorang.


“Karena itu, sungguh menyedihkan kalau di Indonesia ini masih bertebaran kaum berpikiran sempit yang menindas kaum perempuan tidak berjilbab,” tutur Ade.


Mereka ini, kata Ade, tidak memiliki pengetahuan keagamaan yang cukup sehingga percaya bahwa Tuhan akan menimpahkan azab bagi masyarakat yang mengizinkan warganya tidak berjilbab.


“Mereka bodoh. Tapi kemudian, dengan kebodohannya itu, mereka ingin mengatur kehidupan orang,” pungkasnya.


Source: makassar.terkini.id

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »