Gelar Webinar, Amerta Bahas Peran Strategis Keluarga dan Sekolah Menghentikan Intoleransi dan Kekerasan

Felar Webinar, Amerta Bahas Peran Strategis Keluarga dan Sekolah Menghentikan Intoleransi dan Kekerasan
BENTENGSUMBAR.COM - Perkumpulan Amerta menggelar  webinar publik dengan topik "Melawan Intoleransi dan Kekerasan: Apa yang bisa dilakukan keluarga dan komunitas?" pada Kamis, 8 April 2021. 


Kegiatan dibuka oleh Ketua Perkumpulan Amerta, Riza Primahendra,  dengan narasumber Muhammad A Darraz (PP Muhammadiyah), Dhestina Religia M (IAIN  Surakarta), dan Tri Guntur Narwaya (Mindset Institute).  


Riza Primahendra mengatakan, aksi teror yang terjadi di Indonesia sejak 2010 mengalami memiliki karakteristik  dilakukan oleh kelompok kecil atau individu, mempergunakan senjata ringan dan peledak  berdaya ledak rendah, melibatkan perempuan dan anak-anak, serta proses ekstremisasi terjadi  melalui internet. Aksi teror merupakan konsekuensi yang sulit dihindarkan dari berkembangnya  intoleransi di Indonesia. Menjadi keprihatinan bersama bahwa sekolah menjadi salah satu tempat  berkembangnya intoleransi. 


Dikatakannya, disinyalir terjadi peningkatan potensi radikalisme di kalangan perempuan, masyarakat urban,  generasi muda, para netizen yang aktif mencari dan menyebarkan konten keagamaan di medsos. Potensi ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya penegakan hukum yang belum konsisten,  sikap diam/toleran terhadap tindak intoleransi, pengondisian melalui kebijakan dan pernyataan  figur publik yang diskriminatif.  


"Keluarga dan sekolah pada saat yang sama adalah korban dan sekaligus aktor perubahan. Keluarga perlu menjadi tempat berkembangnya nilai-nilai dan identitas kemanusiaan dan  kebangsaan, sikap kritis dan terbuka, serta penghormatan pada keberagaman. Sekolah perlu  menjadi tempat memutus mata rantai radikalisasi dengan meninjau kembali materi ajar dan  pengajar, kebijakan sekolah, kegiatan intra dan ko-kulikuler, serta kegiatan ekstrakulikuler," ungkapnya.  


Muhammad Abdullah Darraz menyatakan beberapa hal pokok untuk memotong rantai  radikalisasi yaitu pertama mengenali ciri-ciri awal seseorang mengalami radikalisasi. Kedua  mengajak dialog dan memberikan kontra narasi (pemahaman dan penafsiran kontra) terhadap  narasi yang dipegang/diyakini sebagai narasi radikal. Ketiga, dalam konteks keluarga, orangtua  harus bisa memutus komunikasi antara anak dengan kelompok yang terindikasi memiliki  pandangan radikal-ekstrim dan menjauhkan anak dari kelompoknya tersebut. 


Dhestina Religia menyampaikan beberapa upaya preventif yang dapat dilakukan keluarga untuk  mereduksi paham-paham intoleran dan radikal adalah melalui peningkatan bounding dengan  keluarga. Pentingnya penanaman nilai agama dan kebangsaan kepada anak sejak kecil karena  aka nada tahap rekonstruksi pemahaman agama di masa remaja. Penting pula membentuk  personal identity yang kuat sedini mungkin.  


Sinergisitas antar pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk menghadapi persoalan  radikalisme dan intoleransi. Peran stategis keluarga dan sekolah akan efektif memutus rantai perkembangan intoleransi dengan paket tindakan kekerasannya, apabila terumuskan dalam  kebijakan politik dan program yang mampu dilaksanakan dari level pusat sampai ke daerah. 


(Adi/Reney)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »