Pada suatu waktu
Aku melihatmu didalam diriku
Melihatmu begitu mencemaskanku
Aku mendengar suara langkahmu di antara angin
Mendengarmu meributi diriku di antara malam malamku
Pada suatu waktu
Kamu adalah api yang memasak rasaku
Pada suatu waktu
Kamulah yang terpatri di sepertiga malamku
Tandikat, 30 September 2020
Aku masih ingat
Kutulis dedaunan hijau
Kubaca lalu kusisihkan
Kutulis rindu yang risau
Kubaca lalu kuselipkan
Aku masih ingat
Matamu membuat candu
Aku masih ingat
Tanganmu begitu layu
Setiap langkahku
Itulah doaku
Setiap hariku
Sepi tanpamu
Tandikat, 19 Oktober2020
Dalam secangkir matamu
Dimatamu tergenang merah yang menua
Larut dalam pandanganmu yang begitu menggoda
Aku dipaksakan candu
Hingga menikmati kesengsaraan dalam tubuhku
Tandikat,, 30 September 2020
Doaku malam ini
Rinai hujan di paruh malam ini
Megenangkanku binar lentera bola matamu
Suaramu yang sarau memicu candu bagiku
Dibilikku,tercecer secarik kertas rinduku
Aku tulis, "semoga kau dijaga oleh biadab jalang itu"
Tandikat, 9 Oktober2020
Buku usang
Goresan kecil di kalbuku
Mengusik lengang malamku
Kubaca hingga larut asmaraku
Membuat sungai di pipiku
Lalu kutulis di lembaran sepiku
"Rindu beta sepanjang 201 m"
Barangkali itu buku usang
Tandikat, 12 Oktober 2020
Penulis adalah Abdul Jamil Al Rasyid, mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019 berdomisili di Padang Pariaman Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas Patamuan Tandikek
« Prev Post
Next Post »