BENTENGSUMBAR.COM - Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka-bukaan soal inovasi pengembangan teknologi Step Temperature Acid Leaching (STAL) pada pengelolaan nikel di Indonesia. Teknologi ini sedang dikembangkan oleh PT Trinitan Metal and Minerals.
Luhut menyebut teknologi STAL adalah penerapan teknologi hasil karya anak bangsa. Maka dari itu dia meminta teknologi terus dikembangkan.
"Ini ada pengembangan teknologi baru dari anak bangsa, kita dukunglah. Saya ingin produk-produk dalam negeri terus maju," ungkap Luhut dalam keterangannya, Jumat, 30 April 2021.
Teknologi STAL memproses bijih nikel dengan tekanan atmosfer (atmospheric pressure). Teknologi ini disebut mampu menghasilkan recovery nikel di atas 90%.
Dengan teknologi ini, smelter nikel dapat menghasilkan limbah yang lebih ramah lingkungan. Pasalnya, limbahnya bisa dikelola kembali menjadi produk yang bernilai.
Luhut menjelaskan limbah STAL menghasilkan residu Fe (besi) dan Al (aluminium) yang bisa diolah menjadi Iron Ore dan produk lainnya. Selain itu, STAL juga dinilai akan menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan teknologi pengolahan nikel lainnya.
Pengembangan teknologi STAL dipandang sebagai sebuah terobosan untuk aplikasi teknologi pengolahan nikel dalam skala kecil. Penerapan teknologi STAL bisa dilakukan secara modular dan dipandang cocok untuk diterapkan pada lokasi-lokasi yang dekat dengan wilayah pertambangan nikel.
Dengan teknologi modular ini, besaran investasi yang dibutuhkan akan bisa dijangkau oleh industri pertambangan pada skala yang lebih kecil dan yang banyak terdapat di Indonesia.
"Desain teknologi STAL yang dikembangkan ini akan membutuhkan bijih nikel sebesar 170 ribu ton bijih nikel per tahun, atau 600 ton perhari untuk setiap modular STAL," papar Luhut.
STAL dapat mengolah Nickel Ore dengan kadar rendah sampai 1.1%. Kemudian listrik yang dibutuhkan dalam menggunakan teknologi ini, yakni 1,3 mega watt hour untuk menghasilkan 1800 ton nikel.
Source: detikcom
« Prev Post
Next Post »