Catatan Wisnu Anggara: Mengenal Tradisi Tolak Bala yang Berada di Daerah Minangkabau

Catatan Wisnu Anggara: Mengenal Tradisi Tolak Bala yang Berada di Daerah Minangkabau
BENTENGSUMBAR.COM - Dalam hidup ini manusia menghadapi berbagai persoalan dan tantangan, seperti bencana alam, penyakit, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam menghadapi dan mencari solusi atau penyelesaian untuk mengatasi persoalan tersebut harus dilakukan. 


Ada banyak cara yang dilakukan oleh manusia, salah satunya berdamai dengan alam melalui pelaksanaan serangkaian ritual atau upacara. Meskipun manusia berada dalam zaman yang serba maju dan canggih, namun cara seperti ini tidaklah ditinggalkan sepenuhnya oleh sebagian kelompok masyarakat. 


Bagi mereka melaksanakan ritual untuk berdamai dengan alam adalah jalan untuk mencapai kehidupan yang damai, aman, tenteram, dan sejahtera. Ritual tersebut secara umum bagi masyarakat Minangkabau dikenal dengan istilah “tolak bala”.


Ritual tolak bala merupakan suatu tradisi yang sudah berlangsung sejak lama di masyarakat dan tetap dipertahankan hingga saat sekarang. Ritual ini dilakukan dengan tujuan untuk menolak bala atau bencana, baik secara pribadi maupun kampung. 


Ritual tolak bala mengandung kepercayaan terhadap adanya kekuatan alam yang harus didukung dan dipertahankan untuk mencari jalan terbaik dalam meneruskan kehidupan sehari-hari masyarakat agar dijauhkan atau terhindar dari marabahaya. 


Masyarakat minangkabau melakukan tolak bala ini sebagai penangkal bencana alam, wabah penyakit dan terhindar dari gangguan makhluk gaib.


Pada ritual tolak bala yang dilakukan pun juga mengandung nilai budaya, yang befungsi bahwa dalam hidup manusia senantiasa diikat dengan adat dan budaya yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan juga bisa menimbulkan rasa kebersamaan oleh masyarakat minangkabau tersebut.


Pelaksanaan ritual tolak bala melalui  beberapa tahapan, yaitu


(1) Memotong limau


Sebelum limau dipotong terlebih dahulu dimantrai oleh dukun, memasukan basmalah pada permulaan mantra dan di akhiri dengan sebutan " La Ilaha illallah Muhammadar Rasulullah". Sebelum limau dipotong terlebih dahulu disediakan mangkuk yang berisi air sebagai tempat untuk menjatuhkan limau yang telah dipotong. Pemotongan limau merupakan tanda dimulainya pelaksanaan ritual tolak bala. 


(2) kenduri atau makan bersama


Dalam acara kenduri tolak bala masyarakat membaca surat Yasin bersama-sama dan ditutup dengan membaca doa tolak bala. Terlebih dahulu disiapkan hidangan persembahan seperti (kepala kerbau/sapi/kambing) dan air limau. Barang-barang persembahan tersebut diletakan telat di tengah-tengah rumah dan di kelilingi masyarakat yang melaksanakan kenduri. Maksud dilaksanakan kenduri adalah untuk memohon kepada Allah agar melindungi masyarakat dan kampung mereka agar terhindar dari berbagai penyakit dan bahaya.


(3) Pemakaian tangkal tolak bala


Setelah acara kenduri tolak bala selesai masyarakat membawa pulang air limau dan tangkal. Air limau yang dibawa pulang oleh warga digunakan dengan cara diusap-usap ke bagian muka,tangan,dan kaki. Hal ini dilakukan oleh seluruh anggota keluarga yang dilaksanakan pada malam hari. Sedangkan air limau yang diperlukan ke dinding rumah dan pemasangan tangkal bertujuan untuk melindungi penghuni rumah dari kejahatan makhluk halus. Sedangkan tangkal yang dipasang di perbatasan kampung dibuat khusus untuk melindungi kampung.


* Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »