Ada Varian Baru Yang Tahan Vaksin Yang Ada, Perlukah Booster Vaksin Covid-19?

BENTENGSUMBAR.COM - Varian baru virus SARS-Cov-2 terus bermunculan dalam beberapa bulan terakhir. Setelah varian Alpha yang menyita perhatian dunia, kini giliran varian Delta yang memicu kekhawatiran baru.

Kelompok penasihat ilmiah Inggris menyebut, jika menghilangkan Covid-19 tampaknya sulit.  Ada kemungkinan realistis akan muncul varian yang tahan terhadap vaksin yang ada saat ini.

Dilansir Cnet yang dikutip Main Main.com, menyebutkan,  bahwa pemerintah, organisasi kesehatan masyarakat, dan para pembuat vaksin telah melacak perkembangan pada varian virus corona seperti Delta dan Lambda.

Mereka berharap untuk bisa menemukan jawaban apakah booster yang menargetkan varian baru segera dibutuhkan.

Di Amerika Serikat, kasus virus corona yang disebabkan oleh varian Delta menyerang kurang dari 1 persen orang yang sudah divaksinasi penuh.

Efektivitas vaksin Moderna maupun Pfizer terbukti mencapai lebih dari 90 persen mencegah rawat inap dan kematian.

Lonjakan kasus Covid-19 baru lebih banyak memengaruhi orang yang tidak divaksin dan menyebabkan penyebaran di masyarakat.

Aturan memakai masker, termasuk untuk yang sudah divaksin, pun kembali diberlakukan. Terutama di wilayah dengan kasus tinggi.

Studi baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menunjukkan jika orang yang sudah divaksin dapat terkena varian Delta yang sangat menular dan mereka menyebarkannya. 

Menurut memo internal CDC yang dilaporkan secara luas, varian Delta menyebar semudah cacar air, yang dianggap lebih menular daripada flu dan kurang menular dari campak.

Rencana pemberian booster dosis ketiga pun mulai dipertimbangkan oleh sejumlah negara. 

CDC mempertimbangkan pemberian dosis vaksin ketiga untuk orang yang memiliki immunocompromised.
Selama seminggu terakhir, Israel juga sudah memulai memberikan dosis ketiga vaksin kepada mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Inggris juga berencana melakukan hal yang sama.

Namun di sisi lain, ini menimbulkan reaksi di antara negara-negara yang berjuang untuk memberikan suntikan pertama dan kedua pada warganya.

Tunda Pemeberian booster

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan, moratorium atau penundaan pada pemberian booster di negara berpenghasilan tinggi. Mengingatkan tentang kesenjangan global dalam distribusi vaksin.

Tedros menyebutkan, jika dari 4 miliar dosis yang diberikan secara global. Sebanyak 80 persen dikirimkan ke negara-negara berpenghasilan menengah ke atas yang membentuk kurang dari setengah populasi dunia.

“Kita tidak dapat menerima jika negara yang sudah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin menggunakan lebih dari itu (dua kali), sementara orang-orang paling rentan di dunia tetap tidak terlindungi,” ujar Tedros.

Sejumlah studi soal vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna yang digunakan di Amerika Serikat dan sejumlah negara maju lain menunjukkan jika mereka masih bisa memberikan perlindungan yang kuat dan efektif terhadap semua varian, termasuk Delta.

Tetapi Pfizer pada Juli juga telah mengumumkan jika dosis ketiga vaksinnya sedang dalam pengembangan. 

Mereka mengatakan jika booster dari vaksin akan meningkatkan level antibodi lima hingga 10 kali lebih tinggi setelah suntikan dua dosis. Tetapi hasilnya belum diterbitkan atau ditinjau.

Pfizer meyakini jika seiring berjalannya waktu, antibodi dari dua dosis vaksin yang diberikan akan mengalami penurunan. Itulah mengapa mereka mengembangkan dosis ketiga. Selain itu, Pfizer juga sedang mengerjakan formulasi vaksin baru yang menargetkan varian Delta.

Sementara itu CDC dan Food and Drug Administration AS (FDA) sendiri sangat berhati-hati soal pemberian booster kepada mereka yang sudah divaksinasi penuh.

Kedua lembaga ini menyebut jika perlu data ilmiah yang luas untuk menentukan perlu atau tidaknya booster, tidak hanya tergantung dari input perusahaan farmasi saja. Apalagi, lonjakan kasus di AS didominasi oleh orang yang belum divaksin.

Tetapi dalam perkembangannya, ada isu yang bergulir di pejabat kesehatan AS jika dosis ketiga mungkin diperlukan oleh orang berusia lanjut dan immunocompromised.

Namun WHO dengan tegas menyatakan jika suntikan booster tidak boleh diprioritaskan sampai orang-orang yang paling rentan di dunia dan petugas kesehatan divaksinasi.

“Kami meminta produsen vaksin untuk memprioritaskan COVAX,” kata Tedros merujuk pada program distribusi vaksin Covid-19 di dunia. 

Laporan : Reko Suroko

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »